Tabayyun

18 3 0
                                    

       "Kemarin Pak Kepsek mencarimu. Kamu disuruh datang ke ruangannya." Datang di sekolah Yun langsung disambut kata-kata Yati, teman sebangkunya. Dan dia hanya memberikan anggukan sebagai jawaban.
      "Nanti istirahat ajah." Yun berkata pelan saat dilihatnya Yati seperti menunggu suaranya.
      "Kamu ... Baik ajah kan?" Yati bertanya menyelidik.
      "Mudah-mudahan ..." Yun tersenyum lesu. Dia tahu cepat atau lambat dia memang harus mengklarifikasi bila diperlukan. Karena itu dia sengaja memangkas niat kepulangannya yang rencananya seminggu hanya menjadi tiga hari saja. Dia harus menyelesaikan semuanya. Begitu lebih baik sepertinya. Tapi di pondok dia mendapati kenyataan lain. Lies tidak ada di pondok. Tidak lucunya, di kamarnya tidak ada satupun orang yang tahu kemana Lies. Yun hanya tahu, Lies menghilang dari pondok setelah sebelumnya sempat pingsan. Mungkin hal inilah yang menyebabkan dia lesu sekarang ....
---------------

      "Jadi kamu Yuniar ...?" Pak Maman berkata setelah mempersilakan Yun duduk.
      "Ya bapak, saya Yuniar."
      "Bisa nebak kenapa bapak memanggilmu ke sini?" di seberang meja Pak Maman lebih menggeser duduknya agak sedikit ke depan. Sekarang, dari balik kaca matanya dia lebih bisa memperhatikan siswa perempuannya itu. Manis nian ... Sayang,  mereka tidak hidup di zaman yang sama. Eehh mikir apa aku? Pak Maman buru-buru membetulkan letak kaca matanya. Tapi Yun di depannya masih saja tertunduk menekuri lantai.
      "Yun ....?"
      "Ya Bapak ... Saya sungguh-sungguh minta maaf soal surat itu."
      Pak Maman tersenyum. "Kamu gak suka sama si Acep?"
      Si Acep? Yun buru-buru menatap Kepseknya. Menatap penuh dengan ketidakmengertian.
      "Si Acep? Acep Adang Abdul Qudus ...."
      "Ohh ..." Yun menarik nafas lega. Bodoh betul. Kenapa dia jadi tidak fokus begini. Wajar kalau Pak Maman berkata seprti itu. Kan tuaan Pak Maman dari pada Kang Acep ...
      "Kamu gak suka?"
      "Suka Bapak ...." Dan Yun buru-buru menggigit bibirnya saat melihat senyum Pak Maman. "Maksud saya ...."
      Pak Maman malah terbahak senang. "Dia ganteng lho ... Ganteng kaann?"
      Hya, Allaahh .. Kenapakah semua orang berpendapat seragam? Lama-lama Yun merasa tauhidnya pasti ambruk pelan-pelan. Dan Yun benar-benar tidak tahu mesti jawab apa atas ucapan Kepseknya ini.
      "Ceritalah, bagaimana itu surat bisa sampai ke tangan anak-anak, Yun?"

Karawang, saat shubuh Ramadhan 2020

Babu, My BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang