Tembang ishlah

16 3 0
                                    

     Kang Acep benar-benar berada pada puncak kegelisahan. Sekarang dia paham kenapa Lies bisa sampai ke Mangkubumi dan Yun pulang ke Ciamis. Gelisah yang mendera benar-benar tidak enak rasanya. Membuatnya seperti ingin terbang jauh. Lari sekencang-kencangnya. Bila perlu, pergi takkan kembali ....
      Padahal dia cuma tengah berpikir untuk minta maaf kepada Yun, kepada Lies. Tapi bagaimanakah meminta maaf tanpa harus menyerah kalah? Menyerah kalah tanpa harus merasa terhina?
      Kang Acep perlahan sekali mengayun langkahnya. Rasanya sumpek dan pengap sekali kamarnya. Dia harus cari angin supaya pikirannya segar. Mumpung masih pagi. Hari minggu pula. Rasanya tidak salah kalau dia lari pagi.
       Dan lari Kang Acep sudah hampir mendekati area MaN ketika dia merasa perutnya mendadak mules tiba-tiba. Dia ingin buang hajat. Tanpa pikir panjang pemuda itu segera mempercepat larinya dan membelokkan arah larinya ke MaN. Tidak ada pilihan lain, dia harus mampir dan numpang buang hajat di sekolah itu. Kalau tidak, bisa-bisa dia berak di celana.
      Segera dicarinya Mang Diman untuk meminta kunci wc begitu dia sampai di MaN.
      "Kebelet Jang?" Mang Diman tersenyum sambil menyerahkan kunci yang diminta.
      "Ha-ahh. Nuhun pisan, Mang." Kang Acep menyahut sambil buru-buru berlari ke wc.
----------------

      Kang Acep menghembuskan nafas lega. Amat sangat lega. Dia telah terbebas dari beban berat itu. Perutnya terasa enteng. Tidak seperti tadi dia begitu terburu-buru. Sekarang dia berjalan santai saja untuk mengembalikan kunci wc ke Mang Diman, PS MaN. Begitu santainya bahkan sambil menimang dan sesekali mengalungkan anak kunci itu ke atas dan ke bawah.
      Kali kesekian Kang Acep kurang kontrol. Dia melempar anak kunci ke atas dengan tenaga penuh. Setengah berlari dia mengejar untuk menangkapnya, sampai tidak hirau ada seseorang di depannya. Tak pelak mereka bertabrakan ....
      "Yun ...?!" Kang Acep tersentak kaget bagai disengat kala, begitu kesadaran mengepungnya.
      "Kang Acep ...?!" Yun juga tak kalah kaget dan terkejut begitu menyadari siapa yang menabraknya. Mukanya serasa tak berdarah seketika ....

Babu, My BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang