Warung Bi Mala

26 6 2
                                    

      "Sebentar lagi dia pasti lewat sini," kataku sembari mencomot satu comro di piring.
       Aku, Salamah, Odah minus Jocky sengaja nongkrong di warung Bi Mala. Warung langganan anak-anak pondok puteri jajan. Kamu juga jangan mengira sosok Bi Mala ini adalah potongan ema-ema. Salah besar kamuuu. Usianya mungkin mendekati empat puluh. Tapi Bi Mala semok, bohaiy. Aku rasa, kalau lihat caranya pakai bedak, lipstik, paling semua habis tidak tempo dalam satu minggu. Sueerr deehh. Dan satu lagi, di usianya saat ini Bi Mala masih melajang. Ahh cukup ghibahnya. Kasihan Bi Mala hehhee ....
       Tapi Bi Mala baik. Terkadang kelewat ramah bahkan. Saking baik dan ramahnya, dia tidak sungkan berbagi kata-kata jorok kepada anak-anak pondok yang datang jajan. Setelah itu dia sendiri akan tertawa terbahak-bahak.
     Diantara aku, Salamah, Odah, Jocky, yang paling sering menimpali kata-kata joroknya adalah Odah. Seru sekali kalau mereka sudah bertemu. Meski obrolan mereka terkadang gatal di telinga, tapi pada dasarnya kami tak masalah. Buktinya kami cocok dan betah berlama-lama di warungnya. Seperti sekarang .... Kami sengaja berlama-lama nongkrong hanya untuk menunggu Yun pulang sekolah.
      Jocky tidak hadir karena dia juga mesti sekolah seperti Yun. Beda dengan SMA yang keseluruhannya masuk pagi. MAN membagi shift siswa pagi dan siang. Dan Yun mendapat giliran siang. Sore gini pasti dia pulang.
       Ramalan jitu. Di pematang sawah, Yun dan teman-temannya sedang meniti jalan ke arah pondok. Sebentar dia pasti lewat warung Bi Mala.
      "Dia datang!" aku menepuk pantat Odah.
      "Oh, yang mana?" Odah buru-buru menenggak habis esnya. Sementara Salamah santai saja makan.
      "Ketiga ...." Bisikku.
      "Uuhh ..." Odah merubah posisi duduknya membelakangi meja warung. "Naa si kehed teh paingan sia ulaheun dikukumaha kukami. Tujuh ke atas. Bolehlaaahh."
      "Boa teuing bogoh." Salamah nyamber asal saja.
      "Eehh anying siah!" Aku refleks menepak kepala Salamah dengan koran pembungkus. "Jaga taahh ...."
      "Haaaiii ...." Tau-tau suara Odah memecah percakapan aku dengan Salamah. Dan ketika aku menoleh Yun dan teman-temannya sudah berada tepat depan kami. "Yun sini duduk!"
      Odah menarik tangan Yun untuk duduk. Lalu katanya kepada teman-teman Yun yang sedang berdiri menunggu itu; "Yang tidak berkepentingan dipersilakan jalan ...."
      "Silakaaann!" tangan Odah mempersilakan lagi ketika satu teman Yun masih berdiri membandel.
      "Tinggal aja, gak apa-apa." Aku meyakinkan teman Yun untuk pergi. "Sok ...."
        

Babu, My BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang