Chapter 15

6.1K 505 26
                                    

Jungkook memandang bosan wajah sahabatnya. Bambam, pemuda itu terus menatap wajah Jungkook hingga membuat sang empu kesal ingin menonjok wajahnya. Entah apa yang pemuda itu pikirkan. Selepas pulang sekolah, pemuda itu memutuskan untuk menjenguk sang sahabat.

"Berhentilah memandangku seperti itu. Kau akan iri jika terus memandang wajahku yang tampan ini". Ucapnya mendengus kesal.

"Aku kemari untuk menjengukmu. Aku bahkan rela kemari dengan taksi. Apa kau tak ingin menghargai perjuanganku?". Ucap dengan wajah lesu

"Sebenarnya ada apa denganmu Kookie? Apa yang sebenarnya kau sembunyikan dariku?". Lanjut Bambam menatap lekat kedua mata bulat Jungkook untuk meminta penjelasan.

Jungkook bergerak gelisah tak berani untuk sekedar menatap Bambam. Tangannya meremat selimut yang di pakainya.

"Aku....

"Eoh ternyata ada temanmu Kookie?". Nyonya Jeon memotong ucapan Jungkook.

Pria cantik itu sedang berada di ambang pintu. Berjalan menghampiri kedua pemuda itu. Jungkook bernafas lega saat sang eomma bisa menyelamatkannya dari pertanyaan Bambam.

"Eoh kau putera Baekhyun kan?". Kaget Nyonya Jeon saat melihat adanya Bambam.

"Ahjumma mengenal eomma ku?". Tanya Bambam

"Aiis apa kau sudah lupa Bamie? Baekhyun eomma kan sudah menceritakan semuanya saat kita berada di cafe". Jungkook menjawab cepat.

Bambam memasang wajah blanknya lalu menyengir seperti tidak berdosa.

"Hehehe aku lupa". Ucapnya dengan tawa canggung

"Apa kau sudah merasa baik?". Tanya Nyonya Jeon dengan tangan yang terulur menyentuh dahi Jungkook.

"Apa aku terlihat seperti orang sekarat?". Tanya Jungkook balik

Ucapan Jungkook telak menyulut emosi Nyonya Jeon, hingga akhirnya terucap kata yang tak seharusnya ia ucapkan.

"Tak bisakah kau bersikap layaknya orang sakit?". Ucapnya dengan nada meninggi

"Agar aku ingat bahwa kematian sangat dekat denganku? Itu yang eomma mau? Aku hanya ingin hidup layaknya orang normal eomma". Jawab Jungkook dengan perasaan yang tak bisa ia jelaskan.

Nyonya Jeon mengutuk dirinya sendiri yang bisa-bisanya ia berbicara seperti itu kepada sang putera.

"Mianhe Kookie, bukan maksud eomma berbicara seperti itu hiks". Mendekap erat sang putera, air mata sudah menetes pada pipi Nyonya Jeon. Dirinya tak bermaksud untuk menyinggung perihal penyakit Jungkook.

Bambam hanya menatap dalam diam antara Nyonya Jeon dan sang putera. Dirinya sungguh bingung dengan pembicaraan itu. Siapa yang akan mati? Jungkook? Tidak mungkin kan?.

"Sebenarnya apa yang kau sembunyikan dariku Kookie?". Batin Bambam

.
.

Taehyung dan Nyonya Kim berada di ruang tengah keluarga Kim. Taehyung mengerang kesal kala sang eomma terus saja bertanya dimana Bambam. Kemana sebenarnya bocah tengik itu? Kalau begini kan dia juga yang menjadi sasaran kemarahan Nyonya Kim.

"Dimana adikmu Tae?". Itu kan? Bahkan itu adalah pertanyaan yang ke tiga puluh kalinya dalam satu jam.

"Aku tidak tahu eomma. Bahkan aku sudah menjawab jawaban yang sama untuk yang ke tiga puluh kalinya". Jawab Taehyung jengah.

Deringan pada ponselnya, membuat namja itu meraih ponselnya yang berada di atas meja. Mengeraskan rahangnya saat tahu siapa pelakunya. Lalu mengangkat panggilan itu.

Please Remember Me Hyung [Vkook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang