Chapter 18

5.9K 482 31
                                    

"Tidak! Bambam yang bilang, dia terus mengeluh karena kau tidak masuk selama dua hari". Elaknya

"Bambam kan satu kelas denganku Sunbae. Dan juga tadi dia sudah tahu keadaanku. Lalu kenapa kau masih menanyakan keadaanku?". Ucap Jungkook.

Taehyung terdiam. Pertanyaan Jungkook total membungkam mulutnya. Taehyung bingung alasan apalagi yang akan ia gunakan.

"Y-ya aku ingin memastikan lagi. Takutnya Bambam belum mengetahui keadaanmu". Ucapnya gugup. Jungkook hanya mengangguk mendengarnya.

"Baiklah aku percaya". Lebih baik Jungkook mengalah saja daripada nantinya masalah itu semakin panjang.

"Ah sudahlah, aku mau pulang". Ucap Taehyung lalu berlalu meninggalkan Jungkook sendirian di tempat itu.

Jungkook menatap kepergian Taehyung. Seulas senyum tipis tercetak di belah bibirnya.

"Meskipun kau tidak mengingatku, setidaknya kau masih peduli padaku hyungie".

.
.

"Aku pulang". Ucap Jungkook saat memasuki mansionnya.

Nyonya Jeon yang berada di ruang tengah langsung menyambut sang putera.

"Eoh Kookie kau sudah pulang? Kemari lah". Mendengar perintah sang eomma, Jungkook langsung menghampiri pria cantik itu.

"Ada apa eomma?". Tanyanya setelah mendudukkan dirinya di samping sang eomma.

Nyonya Jeon menatap wajah manis sang putera, ia tersenyum. Tangan Nyonya Jeon terulur mengusap kepala Jungkook. Pemuda manis itu hanya diam menerima usapan pada kepalanya.

"Kau sudah besar Kookie. Dulu kau adalah bayi kecil eomma. Apa eomma terlalu sibuk hingga tidak menyadari pertumbuhanmu. Kau anak eomma yang baik. Tapi kenapa takdir sangat kejam padamu Kookie. Kenapa kau harus menderita akibat penyakit itu". Batin Nyonya Jeon

Nyonya Jeon terus mengusap kepala Jungkook. Tidak merasakan bahwa air mata sudah mengalir di pipinya. Jungkook yang awalnya hanya diam menerima usapan dari sang eomma, tiba-tiba terkejut saat mengetahui sang eomma menangis.

"Eomma kenapa kau menangis?". Tangan pemuda manis itu terulur untuk menghapus air mata sang eomma.

"Eomma tidak menangis sayang. Eomma hanya tidak menyangka bahwa bayi kecil eomma sudah besar sekarang". Ucap Nyonya Jeon.

Tangannya menggenggam tangan Jungkook yang menghapus jejak air matanya. Jungkook menatap sang eomma sedih. Pria cantik di hadapannya ini seperti bukan eomma-nya saja. Cengeng, padahal eomma-nya itu konyol.

"Eomma. Waktu semakin berlalu, dan aku akan menjadi seorang pria dewasa, bukan lagi seorang anak SMA yang kekanak-kanakan. Dan aku juga akan menjadi seorang pria seperti Appa dan hyung yang bisa melindungimu".

Mendengar perkataan terakhir Jungkook, Nyonya Jeon tidak terima. Ia melepaskan genggaman tangannya pada Jungkook. Hey ia juga seorang laki-laki, namun memiliki sebuah keistimewaan. Jadi bukan berarti ia tidak bisa menjaga dirinya sendiri.

"Aiiis kau lupa bahwa eomma mu ini juga seorang pria?". Sungut Nyonya Jeon. Wajahnya memandang Jungkook kesal.

"Meskipun eomma seorang pria, namun eomma itu sangat lemah". Jungkook berucap dengan senyum manis di bibirnya.

"Apa maksudmu sangat lemah?". Tanya Nyonya Jeon tidak terima.

"Apa eomma lupa bahwa setiap memasak eomma selalu menangis karena tangan eomma terkena pisau?". Ucap Jungkook. Mendengus malas dengan tatapan datar menatap sang eomma.

Please Remember Me Hyung [Vkook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang