Bab 16

7.1K 1K 193
                                    

16:: Perlawanan dalam kegelapan

☁️☁️☁️

Ini adalah kali ketiga Andra melakukan rencananya, untuk bisa mendapatkan penjahat yang membuat anak-anak sekolahnya resah. Karena Emi, adik Garda yang menjadi korban beberapa waktu lalu ponselnya dirampas saat lengah bermain ponsel di jalanan.

Lokasinya bukan lagi di area pemakaman yang sepi dan terlarang dilewati saat malam, melainkan di jalanan besar di sekitar sekolahan.

Mereka amat yakin bahwa pelakunya akan muncul lagi sebab beberapa kali berusaha menjebak, mereka nyaris berhasil, karena gagal fokus mereka gagal menangkap pelakunya. Tentu saja ada yang pernah menjadi tumbalnya, yaitu Garda dan Jey.

Di jebakan pertama pelakunya nyaris tertipu sama Garda, cowok yang menyamar menjadi perempuan hanya ditepuk bahunya dengan dua orang yang naik motor. Sepertinya para pelaku bermotor itu sudah mengetahui bahwa Garda bukanlah perempuan sungguhan, alias wanita jadi-jadian.

Jebakan kedua, si Jey yang dipaksa menyamar, nyaris tertangkap karena Jey didekati sosok naik motor. Jey yang tenaganya tidak besar amat tidak bisa menangkap orang mencurigakan yang mengikutinya itu, sedangkan para kawannnya yang lain menghilang entah ke mana.

Jey yang sedang menyamar sebagai perempuan terkena pelecehan seksual, yang sayangnya pelakunya tidak bisa ditangkap. Para manusia yang bertugas menangkap, si Andra, Dewa, dan Garda kabur karena melihat makhluk menyeramkan saat bersembunyi di kebun.

Jey kesal dan sempat mengambek karena dia terkena pelecahan seksual, sedangkan yang lainnya harus menahan malu karena putih-putih di kebun yang mereka kira makhluk halus ternyata hanya karung di pohon nangka.

Dan malam ini, Andra akan melakukan misinya sendirian, dengan cara yang sama yaitu menyamar sebagai perempuan. Idenya tentu saja konyol, siapa tahu malam itu dia beruntung bisa mendapatkan sang pelaku karena begitu ada yang melakukan kejahatan padanya akan dia tangkap dengan sigap.

Cowok itu sedang duduk di warung kopi, jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam, dan waktu yang tepat karena sepi. Dia akan kembali melakukan misinya ke daerah jalanan yang cukup sepi untuk dilalui. Dia tidak menyangka bahwa tidak hanya jalanan di pemakaman, jalanan besar yang katanya aman ternyata sama saja tidak aman dan bahaya.

Andra sudah berganti pakaian karena tadi sempat pulang dulu, dia memakai kemeja kotak-kotak warna hitam-putih, dan celana jeans pensil agar terlihat seperti perempuan. Cowok itu mengeluarkan kain warna hitam dari tasnya dan menarik napas lesu.

Kalau bukan merasa bersalah ke Jey dan emosi dipermainkan beberapa kali. Tak mau dia nekat mau menangkap dengan rencananya sendiri. Dia berjanji akan membalaskan dendam Jey yang sempat digrepein oleh para orang asing.

“Lo yakin? Lo pikir bakal berhasil?”

Ada seseorang muncul mengagetkan Andra, orang itu adalah Batari, yang malam itu masih menggunakan tas sekolah, dan kaus lengan pendek warna hitam. Cewek itu sepertinya belum pulang ke rumahnya. Meski baju, dan celananya sudah ganti, entah mengapa Andra yakin cewek itu belum pulang ke rumahnya karena gaya Batari dengan tas punggung itu masih memiliki aura anak pulang sekolahan banget.

Andra mendecak diremehkan oleh cewek yang lagi menahan senyum geli, bahkan cewek itu tadi tertawa sesaat.

“Lo ngeremehin gue? By the way, lo ngapain masih di sini malem-malem? Kayak anak SD abis pulang les!”

“Sembarangan aja lo bilang gue anak SD!"

"Gaya lo kayak anak sekolahan banget, ngapain lo di sini?"

Hari Ini untuk EsokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang