59:: Suara dari masa lalu
☁️☁️☁️
"Woi, laper kagak? Mau makan nggak lo?" teriak Jey membuyarkan mimpi indah Andra.
Andra membuka matanya lalu mendesis karena kegiatannya direcok oleh Jey. Lagu klasik yang terputar dari ponselnya dia matikan, dia tadi mendengarkan lagu dengan volume terkecil, lagu yang didengar juga lagu tenang jadi teriakan Jey terdengar lolos masuk telinganya.
"Hm, dari tadi kek ngajak makan." Andra duduk di pinggir trampoline.
"Bilang dong kalo laper, emang gue punya indra ke enam, kalo lo nggak bilang kita mana tau! Ngomonglah, Bro!" seru Jey ketus.
Ya, habisnya Andra itu tipe pasif, dan nunggu diajak, maklum emang dia tipe yang seperti itu. Menyebalkan.
"Gue bilang juga kalian gak bakalan stop nge-game. Makan apaan nih?" tanya Andra yang jadi suka pilih-pilih makanan.
"Nah ini lagi, susah ngasih makan lo. Sayur nggak doyan, nggak makan telor, dan mie. Terus lo mau makan apa?"
"Apa aja deh, asal bukan yang lo sebutin tadi."
Andra tidak menyukai sayur, entah mengapa tidak suka saja, mungkin jadi teringat pada seseorang kalau melihat sayuran. Dia juga tidak makan telor. Entah sejak kapan, kalau makan telor jadi muncul jerawat. Andra tidak makan mie, segala jenis mie. Katanya mie mengandung bahan pengawet. Dia mulai memperhatikan banyak hal selama beberapa tahun ini.
"Ck, gue gorengin cicak mau?" Canda Jey namun yang diajak bercanda hanya melengos sinis.
Andra jalan memasuki dapur lewat pintu samping mendahului Jey yang lagi kicep karena leluconnya dicuekin.
"Anjir ye, tuh bocah manusia apa bukan!" gerutu Jey. "Jadi kayak manusia es dingin amat?"
Andra duduk menyatu sama Garda dan Dewa yang lagi makan nasi dengan lauk brokoli tepung. Andra melirik bulatan potongan brokoli bertepung di meja itu dengan sorot ngeri. Garda dan Dewa asyik makan brokoli tersebut mengabaikan Andra yang lagi heran banget, dan Jey yang lagi memanaskan wajan.
"Buset ternyata makan brokoli, pantes anteng!"
Jey mengintip dua makhluk bertubuh besar itu. ART-nya suka memasak brokoli tepung agar Jey kali saja berniat mencicipi masakan tersebut, tetapi Jey masih tidak suka makan brokoli. Sementara Garda dan Dewa sangat suka makan brokoli.
Jangan tanya bagaimana brokoli di mata Andra.
Andra masih merasa makan sayur bayam lebih baik karena bentuknya yang tipis dan teksturnya lembut, kalau brokoli jangan ditanya. Sudah tebal, besar, dan pahit. Perihal sayur mayur ada yang membuatnya jadi rindu.
"Enak loh!" Garda sedang menuangkan botol saus cabai ke pinggiran piringnya. Lalu dia mencolek saus tersebut dengan potongan brokoli. Mengunyahnya tanpa beban sekali.
Andra hanya mengerjapkan mata melihatnya. Lalu membayangkan bagaimana jika dia yang memakan brokoli tersebut.
"Mau nggak?" tawar Garda.
Sontak Andra menggeleng cepat-cepat. "Nggak. No way!"
"Way! Lain kali lo harus coba ini enak banget," kata Dewa mencocol potongan brokolinya dengan saus lalu ke kecap.
"Nih buat lo biar gak ngeces liatin Garda sama Dewa."
Tiba-tiba di depan Andra sudah ada potongan tempe yang digoreng sudah keemasan cantik, dan menggugah selera.
"Makasih. Lo makan ini juga? Tunggu, kapan lo bikin bumbunya?" Andra bingung.
Seingat Andra, ART di rumahnya jika sedang memasak akan mengulek bumbu tempe terlebih dahulu. Dia curiga Jey menggorengnya tanpa bumbu, lalu berinisiatif mencocol pakai saus, dan kecap juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hari Ini untuk Esok
Teen Fiction🏆Pemenang Wattys 2020 Kategori Young Adult 📌 Reading List @WattpadYoungAdultID's Semesta sedang Bercanda *** Rated 17+ Adyura Batari hidup dalam imajinasi. Dia mengabaikan sekitarnya terlalu serius masuk ke dalam dunia cerita yang dia buat. Isi ha...