Bab 20

6.5K 1K 44
                                    

20:: Perasaan yang tak bisa disembunyikan

☁️☁️☁️

Batari ingin berangkat sekolah, sudah siap dengan memakai tas dan berjalan keluar dari rumah. Di halaman ada mobil yang sedang dipanasi untuk mengantar Siera dan Batari dulu. Sekarang Batari malas berada di jarak dekat dengan Siera.

Batari duduk di teras menanti seseorang. Barusan Siera keluar dari rumah dan langsung masuk ke mobil sambil memberikan lirikan mata menyebalkan entah maksudnya apa.

Tadi Batari berpesan kepada orang yang ngajak berangkat dirinya bareng itu, agar nanti masuk saja ke dalam halaman rumah Batari yang lumayan jauh jaraknya ke gerbang.

Mobil yang berisi Siera sudah berangkat keluar gerbang dan tidak lama ada motor yang berhenti dihadang oleh sekuriti. Batari segera bangun dari duduknya, untuk menyambut kedatangan orang itu.

“Siapa yang jemput kamu?” Oma Ranny muncul di teras. Tatapan tajamnya ke arah sosok yang sedang mendekat ke arah teras rumah.

“Riko, teman SD-ku,” jawab Batari.

“Kamu jangan main keluyuran sendirian, di jalanan berbahaya kalo sesuatu yang buruk terjadi, nyawa kamu bisa terancam,” ujar Oma.

“Tergantung takdirku bagaimana,” jawab Batari masam. 

“Kamu pikir Oma nggak tau kalo kamu sering didatangi polisi sebagai saksi kejadian mengerikan di dekat sekolahan. Kali ini kamu jadi saksi, siapa tau nanti di lain waktu bisa jadi korban.”

“Ya, Oma pasti tau sih. Apa yang Oma nggak tau tentang sekolahan, apalagi kelakuan burukku. Tapi Oma tenang aja nggak perlu khawatir, aku kan pernah ikut bela diri, pilihan dari Papa buat ikut club itu.” Batari menggertakkan giginya saat memberikan informasi penting itu.Mengingat orang yang dulu pernah memilihkan jalan untuknya tanpa bisa dibantah. Namun, orang itu tidak bisa bertanggung jawab atas pilihannya.

“Kamu lebih baik homeschooling lagi kalau kelakuanmu bandel seperti ini,” kata Oma mengancam. “Oma nggak tau harus percaya atau enggak sama hasil penyelidikan kamu yang sebagai saksi itu, kamu memukuli pria bermotor itu, kenapa nggak ngaku?”

Jantung di dada Batari berdegub keras dan teringat kejadian sosok misterius yang muncul di depannya dan terlihat sangat berbahaya.

“Kenapa Oma lebih percaya sama Andra? Jadi Oma nggak percaya sama aku?”

“Semua orang juga pasti lebih percaya dengan Andra.”

“Wah, hebat! Oma lebih percaya sama Andra,” decih  Batari sinis. “

Batari melihat Riko di atas motornya sudah berhenti di depan teras, pemuda itu melepas helmnya dan tersenyum menyapa Oma dengan ramah. Oma sedikit terkesan dengan kehadiran Riko. Batari tersenyum penuh makna.

“Pagi, Oma!” seru Riko tersenyum.

“Pagi juga, Nak.”

Batari mendesis, melihat bagaimana berbedanya Oma bersikap pada dirinya dan ke orang lain.

“Kami jalan, Oma,” kata Riko, karena Batari sama sekali tidak mau pamitan.

Cewek itu hanya menatap Oma dengan wajah datar lalu buang muka.

“Iya, hati-hati, Nak,” ucap Oma langsung masuk ke dalam rumah sepertinya kesal karena sikap Batari.

Batari dan Riko keluar dari gerbang rumah Batari, di sebelah mereka ada sebuah motor yang berhenti, yaitu Rishad. Rishad yang kaca helmnya masih terbuka menatap heran dengan alis bertautan ke arah Batari dan Riko secara bergantian.

Hari Ini untuk EsokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang