Bab 37

5.7K 920 51
                                    

37:: Mulai sadar

☁️☁️☁️

"Kamu yang melakukannya?"

Ardekara bertanya serius masih penasaran. Pria itu mencuri-curi pandang pada Batari yang duduk di kursi sebelahnya dalam mobil. Hari ini dia menemani Batari konsultasi, di saat hari libur akhir pekan dia meluangkan waktunya untuk Batari. Pria itu tadi mendengar cerita panjang yang selama ini tidak diketahui olehnya, tentang masa kecil Batari saat tinggal bersama dengan Wiratama dan diasuh oleh Nanny Olla. Selama di ruangan itu, Ardekara seperti bisa membayangkan berada di tahun itu secara langsung.

Kini mereka sedang dalam perjalanan pulang, dan bertempur dalam kemacetan jalanan Jakarta di malam hari. Batari yang duduk termenung saja memainkan tangannya di atas paha, dia menjadi sendu setelah menceritakan hal itu pada Dokter Kanya dan dilihat secara langsung oleh Ardekara.

"It's okay, kamu baru mengakui itu sekarang," ujar Ardekara memaklumi Batari.

Cerita tadi sore cukup panjang dan menegangkan sekali, sebab hal itu yang membongkar fitnah lama pada Batari. Dulu gadis itu tidak menceritakan, atau bisa membantah segala tuduhan saat dirinya dicap buruk oleh orang-orang lain.

Ardekara kala itu tidak mau ikut campur, dia bertingkah sebagai yang mana mestinya, suami dari Syara, ayah dari Siera dan Fadli. Tidak tahu bahwa saat itu Batari sedang tertekan.

"Maksudnya Papa nanya yang mana?" tanya Batari pada akhirnya bersuara walau sangat lesu.

"Tentu saja, yang kamu sengaja menukar gelas Nanny Olla," tandas Ardekara.

"Iya, aku yang nuker isi gelas itu, tapi aku nggak mau jujur karena takut. Takut aku yang dipenjara, padahal Nanny Olla yang membuatkan minuman itu beserta racunnya. Dia bikinin kami teh manis saat itu, dia naruh sesuatu di gelasku. Aku tau dan menukarkan isi gelas itu ke gelas miliknya di dapur."

Ardekara menggeleng kuat-kuat. Tidak menyangka bahwa gadis itu pernah berusaha dibunuh oleh sosok pengasuhnya saat masih berusia 8 tahun. "Papa tau itu satu-satunya cara saat itu untuk menyelamatkan kamu dan Bazel. Kamu udah terlalu takut sama dia dan nggak bisa berbuat apa pun, ya?"

"Iya, Bazel nggak mau bantu aku buat ngomong kejadian yang sebenarnya. Dia takut banget sama Olla. Aku udah nyaris membongkar kelakuan buruknya, tapi Bazel nggak ngaku kalo dia juga disiksa, dan diperlakukan buruk. Kesel nggak sih?" Batari mengalihkan padangan ke arah jendela, lalu kepalanya menggeleng pelan. "Tapi ada cara saat itu yang bisa menyelamatkan kita. Aku tau dia mau meracuniku, saat dia lengah aku menukar isi gelasnya. Perempuan itu masuk rumah sakit karena Papa membawa ke rumah sakit menolongnya, saat dia dirawat aku memaksa Bazel untuk cerita sama Mama, dan berakhir sudah sampai ke proses hukum."

Ardekara mengingat kembali saat dulu Batari kecil pernah dipisahkan dengan tinggal bersama di rumah Oma, mereka menjadi lebih dekat sering bermain bersama dengan Siera. Ardekara mendengar cerita dari Wiratama bahwa Batari itu aneh dan menyeramkan, menurut cerita Batari sangat berbahaya untuk Eliana, Bazel, dan Melody. Ardekara hanya mendengarnya dari Wiratama tanpa tahu yang sesungguhnya bahwa sikap Batari adalah aksi protes perlawanan pada Nanny Olla.

Batari tidak pernah dipercaya oleh Wiratama, bahkan sampai gadis itu melaporkan tindakan buruk Olla pada Bazel. Ketenangan Batari bersama Wiratama tidak berlangsung lama, saat kejadian kebakaran itu menghancurkan keadaan harmonis yang sedikit demi sedikit tercipta.

"Papa tau kamu sebenarnya baik, tetapi caranya sering disalahartikan. Tanpa keberanian kamu, bisa jadi Olla akan semakin lama bersama kalian. Saat itu korban selanjutnya bisa aja Melody."

"Wiratama nggak pernah nganggap aku ada, andai aja dia bisa ngasih perhatian sedikit aja sama aku. Luka-luka di tubuhku pasti bisa menyadarkan dia ada yang nggak beres di rumah itu," ujar Batari sinis dengan senyuman penuh getir.

Hari Ini untuk EsokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang