Bab 47

4.7K 852 50
                                    

47:: Mantan

☁️☁️☁️

Setelah menyelesaikan jadwal konsultasinya, langit senja menyambutnya di pagar depan klinik yayasan kesehatan mental itu. Batari menatap langit yang berwarna oranye karena matahari yang mulai pergi dari langit Jakarta.

Gadis itu berjalan pelan-pelan menelusuri jalanan utama yang ramai banyak kendaraan lalu lalang, dia menikmati suasana sore itu. Rencananya dia ingin mampir terlebih dahulu di depan nanti, di pinggir jalanan besar itu.

Batari sudah sampai di pinggir jalanan celingukan melihat ke arah minimarket yang biasa dia membeli minuman. Di jalanan besar depannya tersebut mulai dipadati orang-orang yang baru pulang kerja, kendaraan besar, mobil, motor dan bus.

"Batari-"

Ketika gadis itu sudah masuk area parkiran ada suara yang amat dikenalnya memanggil dari belakang, Andra.

Batari melongo terheran-heran melihat orang yang tak pernah ditemuinya lagi sejak berhenti pergi ke sekolah. Di sisi motor yang sudah terparkir itu ada sosok cowok berwajah manis, memakai hoodie warna hijau.

"Lo ngapain di sini? Kok bisa ada lo? Tau dari mana gue di sini?" tanya Batari melipat kedua tangannya depan perut.

"Mantan galak banget, gue nungguin lo tau, pengennya nemenin pas konsultasi. Lo pernah janji sama gue mau ngajak pergi konsul," jawab Andra.

"Andra, plis, gue udah nggak mau ketemu sama lo lagi," ujar Batari lelah.

"Gue cuma pengen berteman aja sama lo, salah ya?" Andra memandangi Batari sendu, dan sangat membuat tidak tega. "Kangen udah lama nggak ketemu. Pengen ngomong sama lo. Kita masih temenan, gue bukan musuh, atau orang yang harus lo benci."

"Kenapa sih lo nggak benci sama gue, setelah apa yang gue lakuin ke lo. Gue selingkuh sama Riko. Andra, kita pisah nggak baik-baik! Jangan ngarep bisa temenan lagi!"

"Gue masih nggak percaya sama lo bisa tega ngelakuin itu ke gue, kasih gue penjelasan, dan alasannya. Ngobrol sama gue jangan menghindar terus, jelasin semuanya."

"Oke, gue jelasin."

Batari mengajak Andra pergi meninggalkan parkiran itu untuk pergi ke sebuah restoran fastfood. Gadis itu menyuruh Andra membelikan makanan, soalnya katanya Andra yang nawarin mau beli es krim.

Kini keduanya sudah duduk di meja yang letaknya di luar restoran, karena suasana yang di bagian dalam kurang asyik untuk pembicaraan mereka yang akan jadi serius nantinya.

Batari memandang ke arah lain, dia tidak menyangka bahwa akan ada saat bisa berbicara lagi dengan Andra, si mantan pacar.

"Lo kenapa nggak pernah keliatan di sekolah lagi?" tanya Andra.

"Gue udah mutusin buat berhenti sekolah untuk saat ini," jawab Batari.

"Kenapa? Tahun ini kita naik kelas 12, dan tahun depan lulus-lulusan. Nggak mau lulus bareng sama gue?"

"Emangnya lo bakal lulus?" cetus Batari sadis.

"Anjrit, lo masih Batari yang gue kenal ternyata, sadis," decak Andra dengan senyuman kecil. Dia sedang memandangi Batari dengan tatapan sadisnya, yang bisa meluluhkan hati mati Batari.

Gadis itu jadi salah tingkah. "Ya, gue emang Batari yang sadis."

"Hm, gue seneng malahan liat lo galak gini, ini elo banget soalnya."

"Ck, apaan?"

"Bagaimana pun elo sebenarnya keren di mata gue." Andra sedang terkagum menatap mata Batari.

Hari Ini untuk EsokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang