Bab 27

5.7K 1K 36
                                    

27:: Pulang

☁️☁️☁️

Batari sudah lama mengatur rencana agar dia bisa bersekolah di tempat umum, untuk bisa bebas datang ke tempat kerja Dokter Nieke, yang letaknya tidak jauh dari sekolahannya. Sebelum Batari bisa keluar dari rumah, dia hanya berkonsultasi dengan Dokter Nieke melalui live chat sebuah aplikasi kesehatan.

Setiap dia pulang sekolah, dia beralasan menulis cerita di suatu tempat. Tidak semua alasannya benar, dia lebih sering pergi ke klinik Dokter Nieke untuk konsultasi. Di sana Batari sudah banyak menjalani pertemuan. Namun, ternyata Dokter Nieke tidak bisa membantunya banyak. Batari banyak membaca curahan hati orang di internet bahwa pergi ke pengobatan mental, terkadang belum tentu berakhir hanya di satu dokter saja. Bisa jadi berkali-kali pergi ke dokter berbeda baru menemukan yang cocok dan bisa sembuh.

"Gue udah cerita semua hal sama Dokter Nieke, ikutin sarannya buat bersikap nggak peduli sama penindasan Bazel, mulai mendengarkan saran nasihat Oma, dekat sama saudara sepupu yang lain, memulai berteman sama orang baru dan dekat, gue juga olahraga biar bisa mengalihkan pikiran memanfaatkan waktu luang, dan mulai peduli sama nilai di sekolah. Tapi, itu aja nggak cukup kalau nggak ada timbal balik."

Batari menghela napas melihat Riko yang sibuk bermain ponsel padahal dia bicara panjang lebar, dia tersadar tak mau bicara panjang, pasti respons orang tak bisa menganggapnya penting. Percuma bicara panjang lebar tapi tak didengarkan!

"Lanjut," ujar Riko membuat Batari mengoceh lagi.

"Dokter Nieke udah sering nyuruh gue dateng sama keluarga, tapi gue nggak pernah bawa keluarga gue buat konsultasi bersama," kata Batari membuat Riko membulatkan matanya. "Emang siapa yang bisa gue harapkan bisa mendukung?"

Tangan Riko mengangkat ponselnya yang menampilkan foto informasi orang hilang, sesuatu yang diunjukkan oleh Riko menyentak hati Batari.

"Banyak yang nyariin lo, kita pulang siang ini juga. Mereka mengkhawatirkan lo, mereka sayang sama lo."

"Gue yakin nggak bakal sama setelah mereka tau gue ini gila. Mereka melakukan ini karena nggak tau kondisi asli gue," cetus Batari skeptis. "Gak tau deh nanti mereka bakal memandang gimana gue kalo tau kondisinya."

"Lo nggak gila, lo masih bisa sembuh!" seru Riko keras, supaya Batari sadar bahwa yang bisa menyelamatkan diri Batari adalah diri perempuan itu sendiri.

"Gue gila, gue nggak normal, Rik! Mana ada orang kayak gue?" balas Batari dengan nada tinggi.

"Lo sendiri yang bilang diri lo gila, emang orang lain bilang begitu?" Nada suara Riko yang tinggi segera melemah, "Lo salah satu orang terkeren yang pernah gue temuin! Benahin kehidupan lo sebelum menyesal suatu saat nanti."

Sorot mata Batari berubah menjadi sayu. Ketakutan. Penuh curiga. "Tapi gue nggak mau mereka pergi dari diri gue. Mereka seperti melekat dalam diri udah selama itu, nggak mudah bagi gue untuk menyingkirkan. Mereka bisa gue andalkan kalo gue nggak bisa jadi diri sendiri."

Riko mendekati Batari mengangguk mantap dan percaya. "Mereka nggak bakalan pergi dari elo, mereka akan menyatu dengan diri lo. Geri, Yura, dan Alita akan menjadi Batari yang utuh, lo akan menjadi seseorang yang luar biasa."

Geri, Yura dan Alita bukanlah teman imajinasi seperti Kesha, Erik dan Geo. Mereka adalah orang-orang luar biasa yang menguatkan Batari sampai melekat entah sejak kapan. Menghempaskan Geri, Yura dan Alita tidak semudah itu, dia tidak akan bisa sampai dirinya sendiri yang menyatukan mereka.

"Lo nggak bakal menghapus selamanya seperti kehilangan Kesha dkk, sedangkan Geri dkk, akan menjadi lo. Karena mereka adalah lo," kata Riko tersenyum. "Lo bisa menangis tanpa Alita, lo bisa berani tanpa Geri, dan lo bisa bahagia tanpa Yura."

Hari Ini untuk EsokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang