Epilog

14.9K 914 54
                                    

62:: Kakak?

☁️☁️☁️

Di sore hari yang panasnya masih terasa menerobos paksa lewat jendela, Batari sedang duduk di depan meja dengan MacBook terbuka lebar di hadapannya. Di meja tersebut banyak kertas bertebaran dengan catatan kata-kata.

Batari menelengkupkan wajahnya di atas meja, dan memejamkan matanya. Dia berpikir untuk butuh waktu bersenang-senang, misalnya jalan-jalan, belanja, nonton film, atau jogging sore. Otaknya sedang dilanda kebuntuan, dia sudah memiliki outline untuk mengerjakan bab ceritanya. Namun tidak ada kata-kata bagus yang bisa keluar menjadi ketikan di layar itu.

Bel apartemen-nya berbunyi, Batari segera bangkit dari duduknya sambil merapikan baju, dan rambutnya yang berantakan, sebab dia menggaruk kepalanya kasar, saking pusingnya tadi. Gadis yang memakai kaus kumal lengan pendek digulung, dan celana jeans pendek itu membuka pintu tanpa mengintip terlebih dahulu siapa tamu yang datang. Palingan Andra mau sok-sok ngasih kejutan mendatangi apartemennya tanpa ngasih kabar terlebih dahulu.

Sang tamu yang berdiri di balik pintu adalah orang yang tak pernah dia duga akan muncul lagi dalam hidupnya. Bazel.

Batari segera menutup pintu kembali namun sosok pria itu menahan pintu tersebut sekuat tenaga, jujur saja tenaga Batari kalah sebab dia beberapa hari ini tidak makan banyak, sampai detik itu lagi.

“Izinin gue ketemu sama lo,” kata Bazel memohon, pandangan cowok itu sangat sendu, dan sudah berkaca-kaca.

“Gue nggak mau berhubungan sama lo lagi, gue nggak mau denger lo ngomong apa-apa. Apalagi itu ucapan yang membuat gue kembali sedih, dan takut. Pergi!!!”

Batari selama ini sudah bisa hidup tenang sebab tanpa tekanan ucapan Bazel, segala tuduhan dan tatapan benci cowok itu sudah dia coba lupakan. Kalau Bazel yang tidak mau berhenti seperti dulu, Batari yang menjauh pergi. Dia dulu masuk sekolah itu sangat terpaksa, agar bisa pergi mencari kebebasan dan bantuan. Oma mengizinkan sekolah di umum dengan syarat masuk sekolah keluarga mereka.    

“Gue ke sini dengan niat baik, gue udah dewasa, nggak kayak dulu lagi,” jawab Bazel suaranya lemah.  “Kita selesaikan ini, Batari, segala kesalahpahaman. Gue udah liat video yang lo kasih ke Andra, semua video terapi lo.”

Batari menyelidiki penampilan Bazel, cowok itu memakai kaus warna hitam dengan jaket denim warna biru muda. Di bahu cowok itu ada sebuah tas hitam. Dia tidak menyangka bahwa video yang dia tinggalkan di kamar gadis itu di rumah Oma, beberapa hari sebelum masuk RS, akan ditemukan oleh Rishad.

Itu adalah hal yang cukup beruntung, siapa tahu saat itu flashdisk itu tidak ditemukan oleh siapa pun. Tidak akan ada yang tahu cerita masa lalu asli versi Batari.

“Apa gue bisa percaya sama lo?” Batari meragu, dia sesungguhnya sangat takut berhadapan dengan Bazel. Bagaimana kalau kejadian yang dulu terulang kembali?

“Percaya sama gue, seperti gue percaya sama cerita kondisi lo. Setelah lo pergi, gue mengalami hal seperti lo, dan berjuang buat bangkit. Percaya tolong, gue mohon,” kata Bazel menatap dengan tatapan terluka.

Mata Batari melebar, perasaan gadis itu jadi khawatir. “Lo gapapa sekarang?” tanya Batari segera paham apa yang Bazel alamin, dia menarik tangan Bazel ke dalam unitnya. Dia menutup kembali pintunya, dan membawa Bazel menuju tempat yang enak untuk cerita yaitu ruang TV.

Bazel diam saja mengekori Batari.

Degub jantung Batari berdetak keras, dia akan bicara dengan Bazel setelah sekian lama gadis itu memerangi Bazel. Batari tidak membenci Bazel, hanya tingkahnya yang menjengkelkan dulu membuat Batari geram.

Hari Ini untuk EsokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang