28:: Ajakan
☁️☁️☁️
Batari memotong telur goreng di atas piring nasi gorengnya, kembali ke rutinitasnya di hari Selasa pagi, dia sudah harus kembali masuk ke sekolah. Padahal baru kemarin sore dia tiba di rumah dan perasaannya masih seberantakan kemarin. Dia hanya perlu pergi menjauh dari Oma sejenak, menemui para teman terbaiknya untuk melupakan sejenak segala pikiran yang mengganggunya.
Kursi di depan Batari ditarik oleh seseorang, dia mendongakkan kepala ada Oma duduk di depannya dengan tatapan serius. Dia berusaha keras kali ini perbincangannya dengan Oma tidak akan berakhir menjadi keributan. Karena gadis itu sudah memutuskan sesuatu dan ingin membicarakannya serius ke Oma. Semua temannya pasti akan mendukungnya, karena selama ini semuanya juga mememberikan saran tersebut.
“Kamu mending berhenti sekolah umum lagi, Oma merasa lebih aman jika kamu homeschooling seperti dulu. Ikut les pelajaran tambahan, dan kursus bahasa asing bisa menambah keahlian kamu. Sebelum kamu sekolah di luar, kelakuan kamu nggak pernah separah ini,” ujar Oma.
Batari mengingat awal mula dia menjalani homeschooling karena tidak mau kejadian dirinya yang berantem sama teman sekelas sampai cidera parah akan terulang lagi.
“Kenapa Oma pernah ngizinin aku buat di sekolah umum?”
“Kamu memaksa ingin sekolah di luar, Oma juga pengen kamu menjadi anak murid yang aktif organisasi, dan mengikuti ekskul seperti Jerry dan Siera.”
“Terus sekarang Oma meminta aku sekolah di rumah lagi, karena aku nggak bisa sesuai harapan Oma, kan?” Batari menarik napasnya. “Sayangnya, aku lebih butuh pergi ke ahli kejiwaan, daripada les-les yang Oma sebutin tadi.”
“Jadi benar, kamu memang sudah gila dan nggak waras? Baik, sebaiknya kamu pergi ke psikiater atau RSJ, sekalian saja berhenti dari sekolah juga.” Nada ucapan Oma yang terdengar geli itu menyakitkan hati Batari. “Kamu memang seperti orang gila!”
“Aku bicara serius, tetapi Oma malah ngeledek. Ini alasan kenapa aku nggak mau melibatkan Oma.” Mata Batari melebar, “Dan, kenapa aku harus berhenti sekolah juga? Aku bisa jalanin dua-duanya.”
“Kalo kamu butuh obat, pergi ke psikiater, bukan obat-obatan anti depresan yang nggak jelas itu! Karena kamu—begitu, Oma takutnya kejadian yang sering terjadi di rumah ini mengenai kamu akan terjadi di sekolahan, apa itu nggak berbahaya?“
“Oma nyuruh aku berhenti sekolah karena malu, bukan karena peduli!” tukas Batari cepat.
Batari tidak kuat lagi bicara dengan Omanya, ketika dia sudah meyakinkan diri untuk menyembuhkan dirinya. Sang Oma berkata-kata yang lebih jahat. Dia bangun memakai tasnya, sudah menyelesaikan sarapan pagi dengan terpaksa dihentikan. Sudah tidak mampu makan di depan Oma yang memandang dirinya sebagai orang memiliki gangguan mental.
“Kalo kamu beneran pergi ke psikiater, berapa malu yang akan kita tanggung?”
“Aku baru tau kalo aku bener-bener aib dalam keluarga ini.”
☁️☁️☁️
Gadis itu mengabaikan perdebatan menyebalkannya dengan Oma dengan harus tetap semangat masuk ke gerbang sekolahan. Dia juga tak ada rencana untuk kabur, selain itu dirinya dijagain oleh bodyguard berbadan tinggi bernama Andra.
Batari dan Andra sedang berjalan dari tempat parkiran motor sambil ngobrol ringan. Hanya Andra sih yang terus memancing bicara, soalnya cowok itu memang banyak bicara untuk membuat suasana asing mereka mencair. Sedangkan Batari tipe yang hanya membicarakan hal penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hari Ini untuk Esok
Fiksi Remaja🏆Pemenang Wattys 2020 Kategori Young Adult 📌 Reading List @WattpadYoungAdultID's Semesta sedang Bercanda *** Rated 17+ Adyura Batari hidup dalam imajinasi. Dia mengabaikan sekitarnya terlalu serius masuk ke dalam dunia cerita yang dia buat. Isi ha...