22. Nyatanya

13 2 0
                                    

Kata orang-orang bilang : Jangan nilai orang dari sampulnya doang. Tapi isi dalamnya juga harus.
🌟🌟🌟🌟

Hati-hati ya,gaes. Banyak typo bertebaran. Tolong dikoreksi ya manteman😉
👣
👣
👣
👣

"DEVAN."teriak Rere menggelegar.

"Haha, sini kalo bisa."Ejek Devan disertai tawa.

"GILA LO, YA!. SINIIN SEPATU RERE, DEVAN."teriak Rere sekali lagi.

Rere berlari-lari mengejar Devan di kelasnya. Kebetulan kelasnya jam kos. Jadi, mereka sesuka hati mau ngelakuin apa di kelas. Termasuk Rere dan Devan saat ini.

"Siapun orang yang lagi liat. Tolong bantu Rere,lah. Nanti Rere traktir deh."Mohon Rere pada teman kelasnya.

"Jangan dibantu. Biar dia sendiri yang ambil,"ujar Devan yang masih setia memegang sepatu Rere.

"Devan,yang baik dan sedikit nyebelin,balikin sepatu Rere, lah."Rere memohon dengan kata baik tapi tidak sepenuhnya dari hatinya. Amit,nggak sudi.

"Gak mempan sama pujian gitu. Dah biasa,"ucap Devan.

Devan berdiri diambang pintu kelas. Ia berniat untuk menyelipkan sepatu Rere diatas jendela pintu.

Rere berjalan mendekati Devan untuk mengambil sepatunya. Sebelum melompat, ia sempat melirik tajam Devan. Dasar, gak punya hati, Pikir Rere.

Pletak

Satu jitakan mengenai kepala Rere yang membuat sang empuh meringis sakit.

"Sakit, bego."Pekik Rere kesal.

"Dasar pendek."Ejek Devan.

"Apa lo bilang! pendek! Rere ingetin ya, Rere itu tinggi. Devannya aja yang kayak tiang listrik berjalan. Udah tinggi, jelek, dingin, krempeng lagi."Cerocos Rere. Ia sangat puas telah mengeluarkan kata-kata tersebut dari unek-uneknya.

"Dasar pare." Satu jitakan lagi mendarat dikepala Rere.

"DEVAN, ONDOL."teriak Rere saat Devan pergi meninggalkan begitu saja. Setelah apa yang diperbuat. Dasar gak punya etika.

Devan tidak menggubris teriakan Rere. Ia hanya tertawa geli mengingat kejadian tadi. Semenjak Rere datang di sekolahnya, ia merasa ada sedikit perubahan.

"Ah, buang jauh-jauh Devan."Gumam Devan.

Sedangkan Rere sedang berteriak tak karuan. Ia merasa kesal dengan Devan si kepala batu. Untung saja teman-temannya sudah terbiasa dengan teriakannya.

"mamah, Devan ngeselin."Kesal Rere saat ia sudah duduk dikursinya.

"Percuma lo teriak, Re. Dia gak bakal denger,"ujar Nesya.

"Iya juga, ya,"ucap Rere cengengesan.

"Yey bego, lo."

Nesya menyentil jidat Rere.

"Sakit Cha,"ucap Rere mengelus jidatnya.

"Lo,sih. Bego dipelihara."

"Yang penting Rere gak bego dalam pelajaran. Daripada Chacha,"ucap Rere membanggakan dirinya sendiri.

Tapi,emang benar. Dari SD sampai sekarang Rere selalu mendapat peringkat 3 dari seluruh kelas. Entah kalo sekarang, ia bakal bisa mendapat peringkat 1 atau tidak. Ya, semoga aja bisa.

"Hehe."Cengir Nesya.

Brakk

"Lagi ngomongin apa sih? Serius banget!!"

Between Hate And LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang