Bagian 1

5K 191 2
                                    

Seorang pemuda masih tertidur pulas diranjangnya yang besar dengan guling dipeluknya dan selimut yang masih menutupi tubuh kurusnya itu. Tiba-tiba seorang pria dewasa datang kekamarnya, menyalakan sakelar lampu kamar setelah itu duduk ditepi ranjang dekat pemuda itu tertidur. Pria dewasa itu memperhatikan pemuda itu dengan senyuman sendu, bahagia melihatnya sudah tumbuh besar seperti sekarang.

Pria dewasa itu membelai wajah pemuda itu dengan kasih sayang, "Sehat ya Nak, jangan sakit terus. Ayah gak tega liat kamu kesakitan." Ucapnya didalam hati.
Ya, pria dewasa itu adalah Edzar Matteo Syahreza, Ayah dari pemuda itu.

"Andhra bangun, udah jam 04.45 shalat subuh dulu." Ucap  Ayah sambil mengelus surai Andhra dengan lembut.

Pemuda itu bernama Andhra atau lebih tepatnya Andhra Saddam Syahreza. Bertubuh kurus, berkulit putih, memiliki hidung yang mancung, dan mata bulat berwarna abu-abu dan coklat, Andhra mengalami heterochromia itidum dimana Ia memiliki warna yang berbeda dikedua matanya.

Andhra menggeliat dari tidurnya akibat usapan dari Ayahnya, "Nanti, 10 menit lagi Yah." Andhra menyipitkan matanya, menengok kearah Ayahnya yang kemudian tertidur lagi.

"Jangan tidur lagi Dek. Ayo bangun shalat subuh berjama'ah dulu. Itu udah di tungguin sama Kakakmu, tinggal nunggu kamu doang. Anak Ayah yang cakep, ayo bangun dong." Ayahnya menarik selimut yang menyelimuti tubuh sang anak lalu menarik lengan anaknya dengan lembut.

"Ckk, iya-iya aku bangun ini. Ayah udah keluar sana. Aku mau ke kamar mandi dulu" Kesal Andhra dengan suara serak sambil mendorong pelan Ayahnya akibat dibangunkan ketika Ia masih sangat mengantuk.

Ketika Ayah sudah diluar kamar, Ayah berucap sedikit kencang, "Oke Ayah tunggu dibawah ya. Jangan tidur lagi Dek! Kamu tuh kebiasaan kalau dibangunin pasti tidur lagi!"

"Iya Ayah! Berisik!" Teriak Andhra kemudian turun dari ranjangnya dan segera kekamar mandi untuk berwudhu lalu turun kebawah.

🕳🕳🕳🕳

Matahari sudah muncul, maklum saja sudah jam 06.00 am. Didapur, Edzar -Sang Ayah- sedang memasak sarapan untuk 2 buah hatinya dan dirinya. Dirinya sudah lama menduda karna istrinya sudah meninggal akibat insiden dimasa lalu. Ketika memasak, terdengar suara derap kaki dari tangga, Edzar pun menoleh dan melihat anak sulungnya, Rafandhan Pradipa Syahreza yang sering dipanggil Rafa itu sedang merapikan seragam dan dibahu kanannya terdapat tas sekolah.

"Loh Adekmu mana? Kok turunnya gak bareng?" Heran Ayah karena biasanya Rafa dan Andhra selalu turun bersama.

"Gak tau, tadi pas aku keluar kamarnya masih ditutup." Ucap Rafa yang menaruh tasnya di meja makan.

"Panggilin Adekmu sana, sarapannya udah mau mateng." Ujar Ayah yang tetap fokus pada masakannya.

"Iya Yah."

Rafa langsung bergegas menuju kamarnya Adiknya.
Clekk
Heran, itulah yang pertama kali muncul dibenak Rafa, kenapa tidak? Dia melihat Adiknya duduk dimeja belajar yang fokus pada bukunya, "Ngapain kamu Dek?"

"Hah?!" Tubuh Andhra tersentak kaget, lalu menoleh kearah Abangnya yang berada diambang pintu.
"Ohh ini...lagi ngerjain pr sekolah Bang hehehe." Jawabnya kikuk karena tau setelahnya apa yang akan diucapkan oleh Abangnya.

"Huh kebiasaan banget sih Dek, ngerjain tugas tuh dari kemarin, jangan pas mau deadline baru dikerjain." Dengan geretan Rafa mendekati Adiknya, "Udah sekarang turun ke dapur, sarapan dulu, nanti lagi kerjain prnya." Sambil membereskan buku-buku dimeja belajar Andhra.

Andhra mendengus mendengar ocehan Abangnya itu, "Kalo kesini mau ngomelin mending keluar aja deh, udah pusing gua sama ini tugas."

Rafa menghela nafas mendengar ucapan Andhra, memang Adiknya itu susah dibilangin. Setelahnya, Rafa memberikan buku-buku itu kepada Adiknya dan langsung menarik tangan Adiknya agar segera ke Dapur.

"Biasa aja kali narik tangannya. Sakit nih." Andhra menarik tangannya yang dipegang erat oleh Abangnya itu. Segera saja Andhra berjalan cepat melewati sang Abang. Rafa membiarkan saja kelakuan Adiknya, sudah biasa.

🕳🕳🕳🕳

"Aku selesai." Andhra memecah keheningan di meja makan, Ia mendorong piringnya yang masih tersisa seperempat. Edzar hanya melihat itu dengan diam, memang porsi makan Andhra terbilang sedikit. Edzar bangkit dari kursinya mengambil piring kecil yang berada di dapur berisikan pil-pil obat kemudian diberikan kepada Andhra.

Andhra memperhatika piring kecil itu dengan ekspresi bosan, kemudian meminumnya dengan bantuan air. Setelahnya Ia beranjak mendekati Edzar, mencium tangan Edzar, "Aku berangkat Yah." Lantas melengos keluar tanpa menengok kearah Abangnya.

"Heh tungguin gua, belum selesai ini makannya." Tukas Rafa dengan makan terburu-buru. Selesainya Ia ikut mencium tangan Edzar kemudian mengejar Andhra yang sudah berada pekarangan rumah.

"Adeknya dijagain ya Bang."

"Pastinya Yah."


....

Hi
Ini adalah cerita pertama saya, jika ada kesalahan dalam pengetikan atau apapun silahkan dikoreksi.

Kritik dan saran dari kalian sangat ditunggu :)

About HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang