Part 5

92 8 0
                                    

Pagi hari menunjukkan pukul 8 pagi. Kami terbangun karena suara keras seperti ada sesuatu yang membentur tembok. Aku terlonjak dan langsung keluar mencari sumber suara. Rara baru terbangun karena mendengar suara itu semakin keras. Iya gua emang kebo baru bangun jam segini iya.

Didepan pintu aku menemukan Bian yang hendak mengetuk pintu kamarku dan Rara. "Ada apaan sih? Berisik banget." Kataku kepada Bian. "Itu si Iron tiba-tiba ngamuk sendiri trus sekarang lagi bentur-benturin kepalanya. Gua gatau harus gimana." Sahut Bian dengan wajah panik dan tangan yang gemetaran.

Oh tidak. Aku langsung bergegas panik menuju kamar Bian. Disana aku melihat Iron tergeletak tak sadarkan diri dengan dahi yang lecet dan sedikit berdarah. Aku keluar kamar dan berdiri menopang tubuh kepagar yang ada diatas dan memunculkan kepalaku dari atas. Aku berteriak memanggil Zidan karena hanya dia yang mengerti tentang kondisi seperti ini.

"ZIDANNN" Panggilku. "Apaan?" Sahut Zidan dari bawah. "Naik sekarang. Penting." Balasku. Semua yang sedang berkumpul dibawah langsung bergegas naik ke atas dengan setengah berlari. Mereka masih mengenakan boxer dan kaos biasa karena baru bangun tidur juga. Aku menarik Zidan untuk langsung menuju ke kamar Iron dan menunjukkan Iron yang tergeletak disana. "Oh, astaga." Kata Zidan panik.

Kami langsung menghampiri Iron dan mencoba membangunkannya. Iron tersenyum mengerikan dan tertawa. "Kalian bukan apa-apa dibandingkan gua hahaha." Ujarnya dengan mata yang melihat kesana kemari. Zidan langsung menempelkan tangannya didahi Iron dan tiba-tiba Iron berteriak bagaikan kesakitan. "AAAAAHHH LEPASIN GUA" Teriak Iron.

Kami yang berada disana langsung sigap memegang kaki dan tangan Iron. Aku memegang tangan kanannya. Bian dan Fatur memegang kakinya. Dani memegang tangan kirinya. Iron semakin memberontak karena Zidan mulutnya berkomat kamit entah membacakan apa aku tak tahu.

Sekitar 10 menit Iron memberontak dan kini dia sudah lumayan tenang tapi aku merasa ini masih bukan Iron. Tiba-tiba dia menatap ke arahku. "Hai, Emma." Kata Iron dengan mata yang tiba-tiba berubah menjadi merah. "Siapa lo?" Kataku sedikit membentak untuk menutupi rasa takutku. Iron tersenyum mengerikan dan berkata "Jangan pura-pura bodoh sayang. Gua tau lo tau siapa gua sebenarnya."

aku merinding. Aku meminta Abib menggantikanku memegang tangan kanannya. Aku sedikit panik tapi ku coba untuk menyembunyikan rasa ketakutanku. Iron tetap menatapku walaupun aku sudah berdiri disamping mereka.

Karena aku merasa suasana semakin tak enak, aku melenggang keluar dari kamar menyisakan Rara perempuan sendiri disana, dia masih penasaran. Aku menemui Putri dan Nova yang sedang menonton tv dilantai 1 mencoba untuk mengalihkan pikiran mereka karena takut untuk melihat keadaan Iron. Aku turun dengan wajah panik tapi setelah aku melihat Putri dan Nova aku menarik napas dan berusaha bersikap sok tenang bagaikan tak terjadi apa-apa.

"Woi! Nonton apa lo berdua?" Tanyaku sambil mengagetkan mereka berdua. Putri dan Nova langsung terlonjak kaget. Popcorn mereka tumpah kemana-mana. Alhasil membuat karpet bak diselimuti lautan popcorn. Mereka langsung ternganga dan mengambil popcorn yang jatuh. "Yah, hayolo bukan gua loh ya." kataku sambil membantu memunguti popcorn yang jatuh. "Ih lu sih, ngagetin." Kata Nova. Kami pura-pura tidak tahu dan memasukkan popcornnya lagi ke dalam toples. Aku bergabung dengan mereka menonton Tv. Saat aku hendak ikut duduk disofa, Abib dan Bian berlari turun dari tangga hendak keluar.

"Kemana woi?" Tanyaku. "Kita mau kerumah orang pinter yang gak jauh dari sini." Sahur Bian sambil berlari keluar menuju pintu depan. Aku dan yang lainnya mendengar suara teriakan Iron dari atas, menandakan dia belum juga sadar dari kerasukannya. Putri dan Nova berpelukan sambil menyelimuti diri dengan selimut mereka. Aku hanya tersenyum geli melihat tingkah mereka. Aku penasaran dan ingin kembali ke lantai 2 untuk melihat keadaan Iron.

Pitch Black Midnight (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang