Part 16

71 5 9
                                    

Satu persatu orang-orang datang dan duduk dimeja makan besar ini bersama kami. Tiga orang laki-laki yang tak ku kenal, orang tuaku dan om Gerald ayahnya Fanno. Orang tuaku duduk disampingku berjajar bersama dengan om Gerald sedangkan tiga laki-laki itu duduk didepan kami.

Salah satu laki-laki yang tak ku kenali itu mirip sekali dengan Fanno. Aku memperhatikan mereka satu persatu. Mereka hanya duduk tertunduk masih dengan wajah yang hanya terlihat sedikit. Mereka semua mengenakan pakaian formal dan rapi sekali seakan jamuan ini begitu penting.

"Fanno, mereka siapa?" bisik ku pada Fanno.

"Nanti aku kenalkan ya." Balas Fanno berbisik dengan senyuman licik yang tak dapat ku artikan.

Aku kembali duduk tegak dan memperhatikan mereka masih menunduk tapi dengan wajah sedikit memucat karena Fanno menatap mereka dengan tajam.

***********

Bian's Pov

Dua hari berlalu setelah kematian Iron dan Fatur. Sepupu sekaligus sahabat baikku telah pergi. Aku masih sedih dalam duka tapi ku coba untuk tegar dihadapan orang-orang disekitarku. Mereka berdua juga sudah dimakamkan dengan layak kemarin pagi.

Hari ini kami berencana mengunjungi Nesya dirumah sakit. Katanya untuk mengembalikan jiwa Nesya yang berada dialam lain dan tak bisa kembali. Aku tidak terlalu percaya dengan hal seperti itu tapi aku tetap ikut.

Oh ya, aku dan Bang Adi memutuskan untuk mencari penginapan yang lumayan dekat dari rumah-rumah teman yang lain karena dia merasa tidak enak harus merepotkan untuk tinggal dirumah Zidan. Aku juga tidak ingin menginap dirumah Iron karena mereka masih dengan suasana berduka dan tidak ingin diganggu. Bang Adi juga telah memulihkan tenaganya dengan bermeditasi didekat kolam renang yang ada dipenginapan setiap pagi dan sore hari.

Jam menunjukkan pukul 4 sore. Kami janjian untuk bertemu dirumah sakit. Aku dan Bang Adi dijemput Zidan karena jarak penginapan kami tak terlalu jauh dari rumah Zidan.
Saat kami sampai dirumah sakit, aku melihat Ojan dan Putri sedang duduk dikursi depan ruangan Nesya.

"Wey, cepet banget sampenya." Ujar Zidan.

"Iya nih, si Ojan buru-buru banget tadi." Sahut Putri.

"Yah, lu taulah Ojan gasuka lama-lama kalo janjian. Pengennya cepet mulu." Balas Zidan.

Putri dan Ojan hanya membalas ucapan Zidan dengan tawa kecil.

"Eh ini kita mau nunggu yang lain atau langsung aja?" Tanyaku.

"Hmm, ini yang lain bilang digrup katanya pada gak bisa jenguk Nesya tapi Abib lagi dijalan kesini." Sahut Zidan sambil melihat keponselnya.

"Oh oke kita tunggu aja dulu." Ujar Bang Adi sambil melihat kedalam ruangan Nesya dirawat dari kaca pintu ruangan itu.
"Saya boleh masuk duluan gak?" Tanya Bang Adi.

"Oh iya masuk aja duluan Bang." Sahut Zidan.

Bang Adi langsung memasuki ruangan itu. Zidan berdiri untuk melihat apa yang dilakukan Bang Adi sekilas.

Bian's Pov End.

***********

Author's Pov

Bang Adi memasuki ruangan dan duduk bersila dikursi sebelah ranjang tempat Nesya berbaring. Dia memejamkan matanya, mencoba memasuki alam tempat Nesya berada.

Ketika dia membuka matanya, dia melihat sebuah kastil besar dan megah berwarna hitam dengan sulur-sulur emas berbunga mawar merah disekelilingnya. Obor-obor menyala disekitar kastil untuk meneranginya. Walau begitu kastil ini masih tampak remang-remang dengan aura gelap dan dingin mengelilinginya.

Pitch Black Midnight (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang