Pukul 4 sore. Matahari mulai turun perlahan-lahan. Bian dan Bang Adi berjalan ditengah landasan udara menuju pesawat mereka. Orang-orang mengantri untuk menaiki tangga masuk ke pesawat.
Bian mematikan ponselnya dan memasukkannya ke saku celana. Dia dan Bang Adi mengantri didepan tangga pesawat. Sedikit demi sedikit langkah mereka masuk menuju pesawat, Bian melihat ke sekelilingnya menikmati pemandangan sore dilandasan udara.
Sesosok misterius menarik perhatiannya. Bian melihat seseorang berdiri didekat baling-baling pesawat dengan pakaian serba hitam seperti jubah dan menundukkan kepala yang ditutupi tudung dari jubahnya.
"Liat apa Bian?" Tanya Bang Adi sambil menepuk bahu Bian.
Bian menoleh pada Bang Adi.
"Eh Bang, itu disana ada orang-" ucapan Bian terpotong ketika dia menoleh kearah dimana dia melihat sosok tadi yang sekarang dia dapati telah hilang."Em, ga apa-apa bang." Ujar Bian sambil menoleh kembali ke antrian.
Bang Adi yang sedari tadi merasakan sesuatu yang aneh, merasa ragu untuk naik ke pesawat. Bian telah memasuki pesawat duluan. Ketika Bang Adi sampai didepan pintu pesawat, dia mengamati pintu pesawat itu sebentar. Dia melihat sesuatu seperti cahaya hijau disekitar pintu.
"Maju dong pak." Ujar lelaki dibelakangnya.
"Eh iya maaf pak." Sahut Bang Adi sambil memasuki pintu pesawat.
Pesawat sedikit berguncang ketika Bang Adi masuk. Tak ada seorangpun didalam pesawat yang meyadarinya kecuali Bang Adi dan Bian. Bang Adi berjalan memasuki kabin pesawat dan duduk disebelah Bian.
"Bang, tadi pesawatnya agak goyang gak sih?" Tanya Bian berbisik pada Bang Adi.
"Iya. Kamu tenang saja." Kata Bang Adi.
Bian lalu duduk dengan tenang. Bang Adi yang mencoba mencari apa yang sebenarnya akan terjadi dengan pesawat ini mulai memejamkan matanya dan melihat kesekeliling pesawat.
Pesawat mulai bergerak untuk take off. Bang Adi masih mencari tau apa yang terjadi. Bian melihat ke arah Bang Adi yang memejamkan matanya, mengira dia tidur. Bian lalu ikut memejamkan matanya untuk masuk juga ke alam mimpi.
Pesawat mulai naik ke udara. Gray yang tak kasat mata berdiri ditengah-tengah kabin, mengendalikan pesawat.
Bang Adi yang telah mendapati Gray sedang didalam kabin tetap duduk diam hingga pesawat terbang stabil untuk melawan Gray.
Beberapa menit berlalu. Pesawat telah dalam posisi stabil diudara. Bang Adi melepaskan sabuk pengamannya dan berdiri menghadap kebelakang kursinya.
Gray yang berdiri ditengah-tengah kabin dengan tampilan buruk rupanya membuat Bang Adi sedikit mengerutkan dahinya. Dua tanduk berwarna hitam dikepalanya, mata berwarna merah dan berpakaian jubah hitam dengan jari kuku panjang berwarna hitam pula, tampak seperti iblis.
Bang Adi berjalan perlahan mendekat kepada Gray. Orang-orang yang tak melihat Gray disana hanya mengira Bang Adi akan ke toilet.
"Ternyata kau berani untuk maju Tuan." Ujar Gray sambil menyunggingkan senyum menyeramkan diwajahnya.
Bang Adi tak mengubris perkataannya dan tetap berjalan maju. Tangannya telah sedikit bercahaya hampir tak terlihat, bersiap untuk menyerang Gray. Saat sudah sangat dekat dengan Gray, ia menjulurkan tangannya ke wajah Gray. Gray berteriak kesakitan. Wajahnya seakan meleleh.
Pesawat berguncang hebat beberapa detik walau tidak menabrak awan. Orang-orang panik. Pesawat kembali stabil dan teriakan semua orang mereda.
Suara pramugari terdengar didalam kabin, mencoba menjelaskan situasi yang bahkan sebenarnya mereka tak tahu apa yang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pitch Black Midnight (END)
Mystery / Thriller"Aku mencintaimu" katanya dengan mawar merah berdarah ditangannya, dia sodorkan padaku. "Tidak, kau bukan dia." Kataku sambil terisak dan sudah tersungkur dilantai. . Entah sejak kapan aku mulai memimpikan teman lamaku terus-terusan bagai sinetron b...