Flashback
Iron's Pov
"Iron tolong beli gula sama tepung diwarung depan sana ya." Ujar ibuku. "Iya bu."
Aku berjalan keluar rumah dengan boxer dan kaos berlengan pendek. Sebenarnya aku malas untuk keluar tapi mau bagaimana lagi, mak gak bisa dibantah. Aku berjalan keluar dari blok rumahku.
Aku berdiri dipinggir jalan hendak menyebrang. Dari arah kiri muncul sebuah truk yang melaju dengan kecepatan tinggi. Aku masih berdiri dipinggir jalan karena kalau aku menyebrang sekarang tidak akan sempat sampai disebrang sana pikirku.
Truk itu sudah semakin dekat. Aku merasakan ada seseorang dibelakangku. Aku menoleh untuk memastikan ada siapa dibelakangku.
Seorang laki-laki berhoodie hitam dengan wajah yang aku rasa pernah ku lihat tapi aku lupa, wajahnya setengah tertutupi topi dari hoodienya sedang berdiri dibelakangku. Dia menundukkan pandangan. Dia lalu menoleh kepada ku dan ku lihat iris matanya berwarna merah darah.
Truk tadi melaju dengan kecepatan tinggi dan jaraknya sudah sangat dekat denganku. Tiba-tiba saja laki-laki tadi mendorongku. Aku tersungkur keaspal jalan, tersadar bahwa truk tadi sudah dekat. Aku menoleh kekiri dan truk itu menghantamku.
Aku terpental hingga sejauh 3 meter dari tempatku jatuh. Pandanganku mulai buram. Hal terakhir yang ku lihat adalah laki-laki bermata merah darah tadi tersenyum ke arahku dan aku teringat sosok siapa itu sebelum aku jatuh dalam kegelapan.
Iron's Pov End
******************************
Sudah seminggu berlalu. Keadaan Iron masih sama seperti sebelumnya. Hari ini hari minggu. Kami berniat menjenguk Iron. Bermodalkan buah-buahan segar yang kami beli sebelumnya, kami pergi kerumah sakit. Jam menunjukkan pukul 10 pagi. Kami berkumpul dirumah Nova dan pergi bersama. Iron sudah bisa menerima pengunjung tapi dibatasi hanya 4 orang maksimal didalam ruangan itu.
Sesampainya kami diruang rawat Iron, kami masuk bergantian. Aku, Nova, Putri dan Rara masuk duluan. Iron masih dengan tabung oksigen dan alat medis disekujur tubuhnya.
"Iron kita dateng jenguk nih, ga niat buat bangun gitu lu?" Tanyaku pada Iron yang tidak disahutinya sama sekali.
"Iya nih Ron, gua kangen jahilin lu." Ujar Putri yang mulai meneteskan air mata.
Beberapa menit kami berada didalam. Kami keluar dengan Putri dan Nova yang menangis.
"Kenapa nih?" Tanya Zidan.
"Biasalah." Sahutku.Kini giliran Zidan, Alif, Abib dan Ojan masuk kedalam. Kami duduk diruang tunggu sambil berbincang dengan adik Iron. Aku memperhatikan mereka yang berada didalam dari kaca jendela diruangan Iron. Aku sekilas melihat sebuah tangan dibahu Iron.
Tangan yang berwarna hitam dengan kuku panjang berwarna hitam pula. Aku mendekat ke jendela dan berkedip beberapa kali. Tangan itu sudah tidak disana. Mungkin perasaanku saja. Jika penglihatanku benar maka Zidan akan keluar dan membicarakan itu pikirku.
Beberapa menit mereka didalam dan akhirnya mereka keluar. "Gimana?" Tanyaku. "Masih gitu aja." Sahut Zidan. Dia sama sekali tidak membahas tangan hitam tadi. Mungkin memang cuma perasaanku.
Kami berbincang dan bercanda bersama dengan adik Iron diluar ruangan. Jam menunjukkan pukul 1 siang. Kami berniat untuk mengajak adik Iron makan keluar.
Saat akan pergi, aku tak sengaja melihat ke jendela ruangan Iron dirawat dan melihat dia membuka matanya tapi masih dengan tubuh berbaring kaku.
"Eh, itu Iron udah bangun." Ujarku tanpa mengalihkan pandangan dari jendela ruangan Iron. Mereka langsung bergegas melihat dari jendela. Ojan dan Abib langsung pergi memanggil dokter.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pitch Black Midnight (END)
Mistério / Suspense"Aku mencintaimu" katanya dengan mawar merah berdarah ditangannya, dia sodorkan padaku. "Tidak, kau bukan dia." Kataku sambil terisak dan sudah tersungkur dilantai. . Entah sejak kapan aku mulai memimpikan teman lamaku terus-terusan bagai sinetron b...