Part 18

35 4 0
                                    

Bang Adi, Abib dan Zidan berhasil keluar dari kastil gelap itu bersama Iron, Fatur, Nesya, kedua orang tua Nesya, dan om Gerald (mungkin yang lupa om gerald itu ayahnya Fanno) dengan mantra dari Bang Adi mereka meloloskan diri.

Hidung Bang Adi mengeluarkan darah segar namun dia masih bisa berjalan dan terlihat baik-baik saja.

Mereka berada tepat didepan pintu gerbang saat mereka masuk tadi.

"Kita lari dulu yang jauh dari kastil ini. Jangan sampai ada yang terpisah." Ujar Bang Adi pada mereka.

Mereka mengangguk setuju. Nesya hanya ikut menyetujui dengan ekspresi bingung. Dia masih tak tahu siapa mereka. Yang dia kenal hanyalah kedua orang tuanya dan om Gerald.

Mereka berlari secepat yang mereka bisa. Menjauhi kastil itu. Pintu-pintu yang dikira para penjaga bisa menghalangi Nesya dan kelompoknya keluar ternyata keliru.

Nesya dan teman-temannya telah lebih dulu keluar berkat bantuan mantra Bang Adi. Pintu gerbang besar tertutup rapat membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk dibuka kembali. Ini lah kesempatan mereka untuk melarikan diri.

Para penjaga terhalang untuk keluar dari kastil cukup lama karena gerbang yang sulit untuk dibuka. Mereka berteriak dari dalam karena sadar akan kehilangan jejak mereka saat keluar nanti.

Setelah dirasa cukup jauh, Nesya dan Teman-temannya berhenti ditengah hutan gelap dan lembab dengan pohon-pohon besar disekelilingnya. Hutan yang mengandung kegelapan dengan cahaya bulan yang sedikit menerangi jalan mereka ditengah hutan yang menyeramkan.

Bang Adi terlihat baik-baik saja sementara yang lain masih terengah-engah karena berlari sekuat tenaga mereka. Dia memperhatikan sekeliling hutan. Berharap menemukan portal menuju alam selanjutnya yang seharusnya dituju para arwah yang diculik oleh Fanno.

Tampak seberkas cahaya putih kecil seperti titik dibelakang mereka. Bang Adi memperhatikan cahaya itu. Dia menerawang lebih jauh kesana. Matanya berubah kuning keemasan. Terdapat sebuah pintu dengan sesosok malaikat yang menjaganya untuk para arwah tersesat dialam ini.

"Kesana." Ujar Bang Adi. "Kalian harus kesana." "Nesya, Abib dan Zidan tetap ikut saya. Yang lainnya bisa pergi ke cahaya diujung sana. Kalian akan masuk ke alam yang seharusnya kalian tempuh." Tambah Bang Adi. Iris mata Bang Adi perlahan kembali berwarna coklat seperti biasanya.

"Baiklah, sepertinya ini perpisahan untuk kita." Ujar Iron.

Iron dan Fatur memeluk Zidan dan Abib bergantian sebagai perpisahan terakhir. Sementara Nesya telah berada dipelukan kedua orang tuanya yang menangis. Nesya hanya terdiam. Tak tahu harus mengucapkan apa karena dia memang tak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Iron, Fatur, om Gerald, dan kedua orang tua Nesya berjalan kearah cahaya diujung hutan dengan masih diawasi Bang Adi hingga mereka benar-benar sampai diujung sana. Untunglah mereka mencapai pintu itu dengan selamat.

Bang Adi berbalik menoleh kearah Nesya. Nesya yang tampak bingung dan sedikit takut karena tak mengenal mereka hanya mengrenyitkan dahi.

"Kalian siapa?" Tanya Nesya.

"Sepertinya Fanno tak hanya mengambil ingatanmu tetapi sedikit memanipulasinya." Kata Bang Adi sambil menghampiri Nesya.

"Permisi sebentar." Kata Bang Adi.

Dia mengulurkan tangannya dan meletakkannya jempolnya didahi Nesya. Sedikit cahaya biru dan putih remang keluar dari tangan Bang Adi yang diikuti jeritan melengking dari mulut Nesya karena kepalanya terasa berputar akibat serpihan ingatan dikepalanya mulai menyatu.

Abib dan Zidan menutup mulut Nesya untuk mereda jeritannya. Takut kalau-kalau bawahan Fanno datang menghampiri mereka.

******

Pitch Black Midnight (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang