Part 8

108 10 16
                                    

"Lo gabisa gini terus."
"Lo gaboleh gini. Kasian dia."

Dia hanya diam menatapku dengan dingin. "Kenapa? Marah? Lo sadar dong lo udah gabisa sama dia."

"Gua cinta sama dia."

"TAPI KALIAN UDAH BEDA DUNIA." bentakku.

Dia hanya terdiam dipojok ruangan kamarku. Dia selalu saja datang dan meminta untuk aku meminjamkan tubuhku padanya agar dia bisa mengawasi Nesya dengan leluasa.

"Udahlah, lo tenang aja dialam sana. Gausah pikirin dia. Udah 5 tahun sejak kematian lo. Emangnya lo mau apa lagi sama dia?"

"Gua sayang sama dia dan dia juga demikian. Jadi, kalo gua mati, dia juga harus mati bersama gua."

*******************************

Siang ini jam menunjukkan pukul 1. aku pergi kepantai bersama teman-temanku sebelum besok pagi-pagi sekali kami pulang. Kami pergi tanpa Gray karena dia bilang sedang ada urusan dan tak bisa diganggu. Aku mengenakan kaos putih sebatas lengan yang agak kebesaran dan celana pendek yang menutupi setengah pahaku. Aku tidak terlalu suka memakai baju renang karena menurutku pakaian itu terlalu terbuka, jadi aku hanya duduk dipinggir pantai dan menjaga tas-tas mereka sambil meminum es kelapa.

Zidan datang menghampiriku dan duduk disebelahku dengan pakaiannya yang masih basah. "Ney, gua masih penasaran." Ujar Zidan. "Tentang?" Tanyaku tanpa menoleh ke arahnya dan masih memperhatikan teman-temanku yang sedang bermain air. "Sosok yang kemaren kita temuin ditempat angker itu pake hoodie hitam, celana hitam sama sepatu hitam. Pokoknya serba hitam dah. Trus Gray dateng bak pahlawan dengan setelan baju yang sama kayak sosok itu. Apa jangan-jangan...."

"Gak mungkin" potongku disela-sela omongan Zidan sambil menoleh kearahnya. Aku sendiri juga sebenarnya masih bertanya-tanya akan kebenaran dari dugaan kami yang ternyata sama persis. "Menurut gua sih mungkin aja." Lanjut Zidan.

"Eh iya, lo mau bantuin gua gak?" Tanya Zidan. "Bantuin apa?" "Gua mau nembak si Nova pake boneka sama bunga yang ada dimobil udah gua sembunyiin."
"Idih seru, trus trus?" Sahutku antusias. "Entar lu tutup mata Nova pake slayer ini." Kata Zidan sambil mengeluarkan slayer hitam yang ada didalam tasnya.

"Trus entar tuh boneka ada suaranya dan disitu suara gua nyatain ke dia. Gua kasih ke elu bonekanya entar lu deketin kedia trus lu pencet tangan kirinya."

"Anjir sosweet banget lu bangke."

"Pas suara dibonekanya udah kelar, lu buka tuh slayernya. Gua bakalan berdiri disamping Nova dengan bunga ditangan gua."

"Anjay uwuu. Oke oke siap." Kataku sambil melipat slayernya dan memasukkannya kekantong.

"Eh btw, lu gak mau ikutan berenang?" Tanya Zidan. "Enggak deh" "yaudah" sahut Zidan sambil melenggang pergi. Saat aku meraih es kelapa yang ada disampingku, aku tak sengaja melihat tangan kananku terdapat luka goresan disana. Luka itu seperti luka yang sudah lama mengering disana. Aku memperhatikannya. Panjangnya dari hampir menyentuh siku hingga kebahu, ketika aku menyibakkan lengan kaos ku, aku sedikit terhentak karena luka ini sangat besar.

Kapan aku mendapatkannya? Gara-gara apa? Pertanyaan mulai mengelilingi otakku. Teman-temanku datang ketika sudah selesai bermain air dan menghampiriku. Aku cepat-cepat menurunkan lengan kaos ku dan pura-pura bersikap tenang. "Eh udahan? Cepet banget." Ujarku pada mereka. "Panas, entar gua item." Sahut Putri. "Dasar cewek, main bola yok gais." Celetuk Ojan yang awalnya menyindir Putri dan langsung menoleh ke arah yang lain. "Skuy." Sahut mereka.

"DASAR COWOK." Teriak Putri seraya teman-teman yang laki-laki meninggalkan kami. Aku, Rara dan Nova hanya tertawa melihat tingkah Putri dan Ojan yang sering bertengkar padahal sama-sama sayang.

Pitch Black Midnight (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang