Gelap. Lembab. Wangi. Itulah gambaran tempat yang aku pijaki sekarang. Wangi tanah basah karena hujan yang khas. Gelap tanpa cahaya sedikitpun yang menerangi. Pijakan yang lembab seperti tanah yang baru saja diguyur hujan. Mimpi ini lagi pikirku.Tiba-tiba ada cahaya datang dari kejauhan. Aku berjalan menghampirinya. Saat langkah ku tinggal beberapa senti dari cahaya itu, aku samar-samar melihat Fanno dari kejauhan. Wajahnya berlumuran darah yang mengalir dari deras matanya. Pakaiannya yang serba hitam dengan kemeja dan celana panjang. Dia berdiri disana dengan sedikit tersorot cahaya didepanku samar-samar menampakkan wajah berdarahnya. Aku kembali menoleh kearah cahaya lalu masuk kedalamnya dan mengabaikan Fanno.
Hari rabu pukul 6 kurang dengan keadaan cuaca yang cukup cerah tapi sedikit mendung. Aku terbangun dipagi hari yang tidak biasanya. sedikit cahaya yang masuk menembus gorden dijendelaku membuat pandanganku menjadi silau.
Aku meraih ponselku yang terletak dimeja samping. Alarm ku yang belum berbunyi ku matikan dengan segera. Aku membalikkan badan diranjang dan tak mendapati Rara disana. Padahal semalam aku rasa Rara menemaniku tidur disini. Mungkin dia pulang pagi-pagi sekali karena ada jam kuliah pagi ini pikirku.
Aku langsung masuk kedalam kamar mandi untuk bersiap-siap pergi kuliah. Aku bangun terlalu pagi dan masih punya banyak waktu. Aku mandi dengan tenang tanpa terburu-buru seperti biasanya. Selesai mandi aku keluar dari kamar mandi dan memilih pakaian.
Karena masih memiliki banyak waktu, ku putuskan untuk mencari baju yang lebih feminim untuk hari ini. Setelan beberapa menit memilih baju dan berdebat dengan diri sendiri. Aku akhirnya hanya menjatuhkan pilihan pada kemeja berwarna coral agak pink dengan lengan panjang yang ku masukkan kedalam celana baggy berwarna hitam dan sepatu putih. Aku memoles wajahku dengan sedikit riasan. Aku memotret diriku dicermin rias yang berada diatas meja.
"Ha! Nesya is here ready to steal yo man." Ujarku pada diri sendiri ketika membalikkan badan mengarah depan cermin yang lebih besar dikamarku dan berpose ria. Iya gua emang gila :(
Aku turun dari lantai dua, mengambil tasku dan pergi melaju ke kampus dengan mengemudikan mobilku.
Jam menunjukkan pukul 7.
Aku berniat untuk membeli segelas kopi dulu disebuah coffee shop yang memang buka dipagi hari. Seseorang duduk diujung coffee shop sedirian, dia menunduk dengan hoodie hitam yang menutupi wajahnya. Aku memesan segelas kopi dan langsung pergi lagi untuk langsung ke kampus. Aku menoleh ke tempat orang itu duduk tadi tapi dia sudah tidak disana. Secangkir kopi hitam dan sebuah kertas yang diselipkan dibawah cangkir kopi itu berada diatas meja.Aku penasaran dan menghampiri meja itu. Ku ambil kertas itu dan ketika aku membacanya, aku sedikit bingung dengan isinya. Aku memotret kertas itu karena isinya lumayan bagus pikirku. Aku melipat dan meletakkannya lagi dimeja lalu pergi meninggalkan kertas dan cangkir kopi diatas meja seperti sebelumnya. Mungkin orang asing tadi lagi gabut pikirku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pitch Black Midnight (END)
Misteri / Thriller"Aku mencintaimu" katanya dengan mawar merah berdarah ditangannya, dia sodorkan padaku. "Tidak, kau bukan dia." Kataku sambil terisak dan sudah tersungkur dilantai. . Entah sejak kapan aku mulai memimpikan teman lamaku terus-terusan bagai sinetron b...