Part 2

144 11 0
                                    

Hari-hari aku jalani dengan normal. Tidak ada kejadian aneh ataupun sosok misterius dengan hoodie hitamnya. Tapi terkadang mimpiku berlanjut bagai episode seperti biasanya. Dalam mimpi, aku melihat teman lamaku Fanno Gray masih hidup dan kami pergi jalan-jalan menikmati waktu bersama. Ah, aku merindukannya.

Jam dinding dikamarku menunjukkan waktu pukul 2 dini hari. Entah kenapa aku tiba-tiba terbangun. Sudah biasa bagiku terbangun ditengah malam. Aku akan susah tidur dan akan susah bangun pagi untuk berangkat ke kampus. Aku turun dari lantai dua dan langsung menuju dapur, ku lihat salah satu pelayanku Inah yang kira-kira sebaya denganku sedang memasak. Aneh. Tengah malam begini memangnya dia mau masak apa? aku mencoba mendekati Inah dan ketika hendak ku raih bahunya, seseorang memanggilku duluan dari arah belakang ku, tepat didepan pintu dapur. "Nesya, kenapa jam segini belum tidur?" Tanya Inah seraya berdiri diambang pintu dapur. Aku terkejut dan ternganga seketika karena aku baru saja melihat Inah berdiri didepan kompor hendak menyalakan api tetapi sekarang dia berdiri diambang pintu. Aku langsung menoleh ke arah kompor dan tidak mendapati siapapun disana. "Ah, iya tadi kebangun trus ini mau ambil minum." Sahut ku pada Inah pura-pura bersikap tenang. "Oh kirain belum tidur." Aku langsung mengambil gelas dan menuangkan air dari dispenser disamping kulkas. Buru-buru ku bawa air minum ku dan kembali kekamar. Inah terheran melihat tingkah ku yang agak aneh.

Paginya aku bangun dengan mata panda menghiasi wajahku. Jam menunjukkan pukul 7 pagi hari. Oh sial, aku terlambat. Buru-buru aku mandi dan bergegas bersiap. Aku mengenakan kemeja hitam berlengan panjang yang ku gulung dan celana boyfriend panjang berwarna biru muda. Ku masukkan kemeja ke dalam celana dan memakai make up secepat kilat. Yah biasanya aku butuh waktu lebih tapi karena sudah terlambat aku sendikit menyingkat waktu. Ku biarkan rambutku tergerai dan mengambil lipstik ku untuk dimasukkan ke dalam tas. "Aku bisa mengenakkannya didalam mobil" pikirku.
Cepat-cepat ku raih kunci mobil dan langsung menuju garasi. Ku lajukan mobil dengan kecepatan lumayan tinggi melewati jalan pintas agar lebih cepat sampai. Tiba-tiba aku melihat sosok yang memakai hoodie hitam hendak menyebrang jalan. Seketika aku mengerem mendadak dan berteriak. Saat mobil berhenti, aku langsung menoleh kedepan dan melihat tidak ada siapa-siapa disana. Aku menoleh kebelakang dan hasilnya sama, tidak ada siapa-siapa disana. Ku abaikan rasa penasaranku dan langsung melaju menuju kampus. Sampai diparkiran kampus, aku langsung berlari masuk ke kelas. Untungnya aku tidak terlambat dan diperbolehkan masuk.

**********************************

Hari hari berlalu dengan lancar. Kecuali sosok misterius itu sudah jarang terlihat. Hari ini hari jumat, kami berencana berlibur untuk weekend ini ke Bali. Aku menemukan artikel tentang tempat wisata yang horor diBali. Karena penasaran, aku mengajak mereka berlibur disana dan kebetulan temanku Iron punya sepupu yang tinggal diBali, jadi kami bisa menginap disana tanpa harus repot-repot mencari penginapan. Kami bersiap untuk pergi ke bandara, kami berencana untuk kumpul dirumah Nova karena rumahnya berada dekat dengan bandara. Aku mengenakan kemeja bermotif bunga dan daun ala kemeja pantai yang warna warni, dan celana cargo hitam dengan ikat pinggang coklat. Aku memakai sepatu converse berwarna kuning andalan ku.

"Nov, yaampun emg cewek ter-ribet ya lu. Kita kan cuma tiga hari kok lu bawa koper gede banget sih." Kata ku seraya memasuki rumah Nova, melihat Alif yang memakai jaket abu-abunya dan kaos putih dengan celana hitam dan Zidan dengan kaos hitam dibalut dengan kemeja maroon kotak-kotak yang dibiarkan terbuka dengan celana hitamnya sedang duduk disofa dengan kaki Zidan diatas koper berwarna pink yang lumayan besar disana. "Ini tuh sedikit Ney, gua bawa catokan juga, trus kan kita keBali tuh, siapa tau kan ntr ke pantai. Gua bawa baju 10, trus daleman juga 10 pasang, trus bawa bikini 4 siapa tau lu pada ga bawa ntr pinjem punya gua aja." Sahut Nova. Kami bertiga hanya tertawa mendengar penjelasan Nova dan membiarkannya membawa koper karena kalau dia jelasin lagi bakalan panjang. Sekitar 30 menit kami menunggu dirumah Nova, Teman-temanku sudah berkumpul satu persatu. Kami langsung saja pergi kebandara karena memang sudah hampir terlambat.

"Untung masih keburu. Nungguin Putri sih udah kayak putri solo aja." Sahut Fatur sambil melihat ke arah Putri. "Putri solo mah kalo lambat masih anggun, ini gada anggun-anggun nya woi." Balas Abib. Kami hanya tertawa karena sindiran pedas Fatur dan Abib. Putri hanya memanyunkan bibir menandakan bahwa dia kesal. Sesampainya diBali kami sudah dijemput oleh sepupunya Iron. Dengan papan nama bertuliskan "Iron" dia melambai ke arah kami. "Woi Bian, lama ga ketemu." Kata Iron sambil menjabat tangan dan memeluk Bian. "Weh Ironn, makin tinggi aja lu ya haha."  "Haha iyadong, btw kenalin ini temen-temen gua." Balas Iron sambil memperkenalkan kami satu persatu.

Sesampainya di rumah Bian yang lumayan besar kami langsung meletakkan barang-barang dikamar yang sudah ditentukan. Kamar- kamar tamu di rumah Bian memang banyak karena sering kedatangan tamu teman-teman Bian atau keluarganya yang datang berkunjung. Perempuan dijadikan 2 kamar karena hanya kami berempat yang perempuan. Kami berada dikamar lantai 2 sedangkan yang laki-laki berada dilantai 1. Aku dan Rara berada dikamar sebelah kiri dari tangga, Nova dan Putri berada dikamar sebelah kanan dari tangga, setelah meletakkan tas dan koper dikamar kami langsung turun dan berkumpul diruang tamu untuk ngobrol dan bercanda bersama. Para laki-laki diberi 4 kamar. Fatur dan Abib menjadi satu kamar didekat ruang tamu. Dani dan Zidan berada disatu kamar disamping ruang keluarga. Ojan dan alif berada dikamar samping kamar Abib dan fatur. Iron dan Bian tidur dikamar Bian dilantai 2 yang berada ditengah kamar para perempuan. Oiya, orang tua Bian kebetulan sedang mengurus bisnis diluar negri, jadi rumah ini hanya ada Bian dan 1 pembantu yang datang setiap pagi dan pulang sore hari.

Hari masih menunjukkan pukul 1 siang. Kami berencana mencari makan siang diluar dengan Bian juga tentunya. Aku mulai merasa tidak enak tapi ku abaikan perasaan itu agar tidak merusak suasana. Kami sempat berkeliling sebentar dengan 2 mobil milik keluarga Bian. Ketika melewati sebuah puri aku melihat sosok berhoodie hitam itu lagi. Dia seakan menoleh ke arah kami dan terus melihat mobil kami sampai benar-benar tidak kelihatan dari pandangannya. Zidan yang merasakan sesuatu langsung menyentuh pundakku dan berkata "Ney, lihat apa?" "Oh, enggak itu puri nya bagus." Kata ku sambil melihat ke arah lain dan pura- pura mengecek hp padahal emang gak ada yang chat. Sad :(
"Ini kita mau makan dimana?" Tanya Bian, pasalnya kami hanya berputar-putar daritadi karena para perempuan rempong dan rumpi ini bilang terserah tapi banyak yang gak maunya. "Terserah sih." Kata Putri dan Nova berbarengan. Aku seketika hanya menepuk jidat. "Kita cari restoran yang kira-kira makanannya enak deket sini ada gak ya?" Tanya ku pada Bian. "Oh, ada yaudah kita kesana aja ya." Sahut Bian. "Oke"

Pitch Black Midnight (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang