➸explain(?)

236 50 2
                                    

Sudah tiga hari ini Naya diemin Jisung. Tiap ketemu kalo disapa Jisung, Naya cuma nengok dia aja. Ga disapa balik. Sekecewa itu Naya sama Jisung. Kalo ditanya pun, hanya jawab seadanya, ya atau tidak. Dan sekarang, Jisung sudah nyerah.

Dihampirinya Kim Naya yang tengah duduk di taman dekat lapangan sekolah mereka, sendirian. Dilihatnya, Naya tengah membaca sebuah novel, tak tahu novel apa. Naya yang di datangi Jisung pun terpekik kaget.

"Eh? Sekaget itu lo?" Jisung juga kaget, padahal dia ga ada niat buat kagetin Naya. Terlalu fokus mungkin, fikirnya.

"Ehm.. lagi baca apa Nay? Tumben lo disini sendirian. Baru ini juga gue liat lo baca buku. Novel ya?"

"Bukan urusan lo." Jawab Naya ketus.

Jisung yang mendengar jawaban Naya seperti itu pun kaget. Pasalnya, meskipun beberapa hari ini dia dicuekin ya Naya ga gitu juga jawabnya. Mungkin sekarang Naya sedang tak ingin di ganggu, fikirnya.

"Hhh.." hela nafas Jisung.
Sebenarnya Naya dengar itu, tapi dia berusaha abai. Kekeh pada pendiriannya.

"Nay... gue salah apa sih sama lo? Please jawab gue Nay. Gue gatau harus perbaiki darimana kalo lo ga cerita. Kali aja gue ada salah sama lo tapi gue ga sadar." Jelas Jisung pasrah.

"Janji? Lo akan perbaiki itu setelah gue cerita apa salah lo?" Tanya Naya memastikan.

"Akan gue usahain, tapi gue ga bisa janji. Karena... gue takut ga bisa nepatin. Gue usahain sebaik mungkin." Jawab Jisung dengan senyum simpulnya.

"Hhhh... susah Sung. Entahlah.."

"Hm? Kenapa susah? Kan tinggal jelasin."

"Hm.. lo inget? Pertanyaan lo waktu pertama kita ketemu di komplek dan gue pakek earphone, sedangkan lo pakek hoodie hitam lo. Terus lo ngatain gue 'gila' karena lo ngira gue dance tanpa musik?" Jelas Naya, mengingatkan kejadian beberapa minggu yang lalu pada Jisung.

"Hm? Gue inget itu, tapi.. pertanyaan yang mana?" Jisung sedang mencoba mengingat pertanyaan yang ia ajukan pada Naya.

"Tentang pertemanan dengan seorang psychopath."

Jisung yang mendengar pun kaget, Naya masih mengingatnya ternyata. Tapi bukan karena itu dia kaget, pasalnya siluetnya pernah melihat Naya saat dia, Hyunjin, dan Felix di kantin pagi hari itu tengah sarapan. Dia hanya takut jika Naya mengetahui apa yang dilakukannya selama ini. Entahlah, padahal jika pun murid sekolah sini tau, Jisung tetap acuh, masa bodoh dengan mereka. Tapi jika itu Naya, mampus sudah dirinya, fikirnya.

Tapi Jisung tau itu, lama kelamaan pasti Naya akan mengetahuinya. Entah dia yang memberi tau, atau Naya mengetahui dengan sendirinya. Entahlah bagaimana itu caranya. Jisung tau, besar resikonya jika Naya mengetahui ini. Kemungkinan dia akan ditinggalkan Naya, atau mungkin... tidak? Mustahil sih, tapi apa salahnya berharap?

"Oohh itu.. iya gue inget." Jawab Jisung pelan.

"Ini." Naya menyerahkan sebuah 'Voice Recorder' miliknya pada Jisung. Jadi selama ini, Naya selalu membawa itu kemanapun dia pergi.

"Hm? Apa ini? Punya lo?" Jisung bertanya bingung.

"Dengerin aja."

Naya mulai menyalakan tombol 'on' disana. Detik kemudian, Jisung terpekik kaget lantaran mendengar suaranya dan kedua temannya disana.

"Anjir, banyak bener lo belinya Sung." -Felix

"Iya nih. Capek gue, udah abis 5 orang." -Jisung

"Anjir gila lo. Kenapa? Lagi stress? Pusing? Lo apain mereka?" -Hyunjin

"Ya keak biasanya. Ancem dulu, terus keluarin cutter. Terus silet deh itu kulit di tangannya, ya terus aja gitu. Sampe di klimaks, putus nadinya. Mati. Kalo belum puas ya di mutila─"

❝ Insomnia | Han Jisung SKZ ❞ ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang