➸help

139 29 5
                                    

-🕖 07.00 PM-

Lima anak yang tengah kelaparan itu sekarang sudah memasuki salah satu rumah makan terkenal di kota itu. Dengan ciri khas pedasnya yang dapat menggoda orang saat ingin makan sesuatu yang pedas, bahkan saat kelaparan. Terutama bagi orang yang menyukai selera pedas.

Setelah mendapat meja dan memesan makanan, yang pasti mereka tengah bercanda gurau sekarang. Ah, perkara taruhan tadi? Tentu masih saja dibahas.

"Yes! Yes! Yeeess! Aseeeek! GUE DAPAT NYETIR LAMBORGHINI SEKARAAANG! Woohoow!"

"Berisik, Chan." Sahut Jeno menatap Haechan datar.

Sepertinya tengah menyesal ia sekarang. Ia kira taruhan kali ini, sama dengan sebelumnya, alias Haechan tak dapat memenangkan taruhannya. Untung di Haechan, rugi di Jeno. Iya, Haechan mendapatkan apa yang ia inginkan, sedangkan Jeno, syukur - syukur dapet 100 ribu 200, ini malah gak sama sekali.

"Wah! Congrast, Chan! Gue masih ga ngira lo dapat menangin taruhan ini. Iya - iya, gue akuin sekarang lo udah ga penakut lagi kek dulu. Bangga Mak sama kamu, nak." Somi dengan dramatisnya sambil menepuk - nepuk pundak Haechan yang duduk di sebelahnya sekarang.

//posisi duduk mereka sekarang yang bangkunya 5 meja kotak. Alias Jaemin-Somi sebelahan, trs dpn nya Jeno-Naya, nah Haechannya di samping Somi disebelah kirinya. Jadi Haechan di tengah diantara mereka ber-4 gitu, paham ga? Pahamin aja lah ya :'v//

"Lah! Sekarang aja bangga, tadi dikatain. Dasar mak gadungan." Haechan mengece Somi.

"Bukan gadungan, ya 'kan emang belum jadi mak." Sahut Jaemin dengan tiba-tiba.

"Nah! Tuh bener apa kata Jaemin! 100 buat kamu, nak." Timpal Somi sambil menepuk pundak Jaemin kilat.

"Aish.. sakit njir. Mana 100 nya mak?" Sahut Jaemin dengan gaya 'emak minta duit' nya.

"Gak ada, nak. Bapakmu belum ngasih duit." Lah.. malah main-main mereka.

"Lah 'kan gue Bapaknya." Sahut Jaemin dengan menunjuk dirinya.

"Bodoh." Gumam Haechan melihat kebodohan Jaemin.

Sedari tadi Naya hanya menyimak obrolan mereka saja, dan tak lupa tertawa ketika mereka melawak. Tak lama pesanan mereka pun datang.

"Permisi, ini makanan sama minumannya." Kata mbak pramusaji sopan dan melemparkan senyumnya. Selain karena makanannya yang enak dan pedas, resto ini juga terkenal karena pelayanannya yang sopan.

"Eh iya, mbak." Jawab Haechan sedikit terkejut karena mbaknya yang datang tiba-tiba. //ya ga tbtb gimana sih Chan? 'Kan orderannya dateng, heran saia//

Setelah pramusaji pergi, mereka pun menyantapnya. Tapi tiba-tiba Haechan menghalaunya.

"Eiitt bentar. Berdo'a dulu sayang-sayangku sebelum makan." Haechan dengan posisi siap untuk berdo'a.

"Tumben lu ngajak do'a? Eh, tapi gua bukan sayang lu ya." Sahut Somi, yang sudah siap juga untuk berdo'a.

"Iya bukan Haechan, tapi gue 'kan, Som?" Goda Jaemin dengan menaik-turunkan alisnya.

"Aish.. lo i─"

"Udah-udah. Rame aja sih kalian ini, ga laper apa? Udah nahan nih gue dari tadi. Yuk, berdo'a. Berdo'a mulai!" Naya saat mengucapkan itu, mereka otomatis menengadahkan tangan ke atas di depan dada.

"Aamiin.." jawab mereka kompak.

"Bentar, jadi dari tadi kamu diem aja karena laper, Nay? Aku kirain kamu ga nafsu makan, kalo enggak ya ga mau makan disini. Sempet khawatir sih tadi aku.." Jeno yang diam-diam memperhatikan Naya. Lalu bergumam di akhir ucapannya.

❝ Insomnia | Han Jisung SKZ ❞ ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang