•Sembilan•

5.9K 363 52
                                    

Vloretta dan Deva keluar dari ruangan pak Lubis, mereka sudah sepakat untuk membatalkan perintah pak Lubis yang meminta Vloretta untuk mengajari Deva. Tidak, Vloretta tidak sedih. Karena ini juga sebagian kemauannya, mengingat dua bulan lagi Vloretta sidang skripsi jadi ia memutuskan untuk menyudahi.

"Maaf ya Dev. Gue si sebenarnya mah seneng ngajarin lo, tapi demi dah tugas gue banyak banget, belum lagi skripsi gue belum selesai. Masih banyak yang harus direvisi." Ucap Vloretta saat keduanya sedang jalan di koridor kampus.

Deva menoleh. "Iya,"

Nah kan udah jadi dingin lagi. Batin Vloretta.

"Yaudah gue mau ke perpustakaan dulu," pamit Vloretta.

"Ngapain?"

"Benerin skripsi, sekalian minjem buku perpus."

"Lo gak ada jam kuliah lagi?" Tanya Deva. Entahlah kenapa sekarang Deva jadi terlalu penasaran dengan dunia gadis ini.

"Ada, masih satu jam lagi. Makanya gue mau revisi bentar," Deva mengangguk sebagai jawaban.

"Yaudah gue duluan Dev." Ucap Vloretta lalu berbelok kearah lorong dimana letak perpustakaan. Deva hanya menatap kepergian Vloretta dengan tatapan datar saja, lalu cowok itu pergi ke kantin.

Deva membuka kulkas dan mengambil dua botol air mineral. Lalu mengambil beberapa cemilan, setelah membayar semua itu Deva masukan kedalam tasnya. Dan dia pergi meninggalkan kantin, Deva merasa saat ini seperti ada seseorang yang memperhatikan gerak-geriknya. Namun ia berusaha tidak peduli, mungkin orang yang menggemarinya.

"Loh Deva?" Vloretta kaget karena Deva duduk di depannya.

Deva tidak menjawab pertanyaan Vloretta, lalu cowok itu mengeluarkan air mineral yang tadi sempat ia beli di kantin. "Nih minum,"

Plis Vlo cuma dikasih minum jangan berlebihan.

"Buat gue?" Tanya Vloretta sambil menunjuk dirinya sendiri.

Deva hanya mengangguk sebagai jawaban, plis lah adanya Deva disini membuat Vloretta tidak fokus merevisi skripsinya. Mau ngusir juga tidak enak.

Vloretta berusaha sibuk dengan laptopnya sedangkan Deva hanya diam memperhatikan Vloretta yang kelihatannya sangat serius. Tiga puluh menit berlalu, akhirnya Vloretta sudah selesai merevisi skripsinya.

"Dev?" Panggil Vloretta karena sedari tadi Deva manatapnya aneh.

"Iya?"

"Lo gapapa?"

"Kenapa nanya gitu?" Tanya balik Deva seraya duduk tegak.

"Gapapa sih, gue kira lo kesurupan hantu perpus gitu. Bengong mulu lagian," canda Vloretta.

"Emang disini ada hantu?" Tanya Deva dengan wajah polosnya.

"Ada lah."

"Oh,"

Vloretta tak menanggapi, cewek itu lalu meminum air mineral yang sempat Deva bawa. Masih ada waktu tiga puluh menit lagi untuk kelasnya mulai, entah Vloretta merasa belakangan ini Deva sangat dekat dengannya. Semua seperti mimpi, namun tidak ada kata mimpi sama sekali, semuanya nyata.

"Gue ada kelas," ucap Deva lalu bangkit dari duduknya.

Vloretta mendongak. "Iya, makasih ya buat minumnya."

Deva mengangguk lalu membalikkan badannya, baru beberapa langkah tangannya sudah dicekal lagi oleh Vloretta.

"Kenapa?" Tanya Deva seraya menaikkan sebelah alisnya.

For a Moment [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang