•Tiga puluh dua•

3.2K 316 44
                                    

Selamat sahur dan selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat sahur dan selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan:)

Typo kasih tau ya, biar nanti pas di revisi langsung dibenerin.

Happy Reading ❤️

***

Sepulang dari supermarket Deva menyenderkan punggungnya ke sofa ruang tamu. Ucapan Geo masih terngiang di benaknya, kejadian itu juga ikut memenuhi isi kepala Deva. Kenapa rasanya semua kisah yang Deva alami seakan sempit? Sempit dalam artian orang terdekat, ya, orang yang Deva kanal.

Mata Deva sedari tadi menatap ke atas, mencoba melupakan perkataan Geo.

"Udah pulang, Dev?" tanya Vloretta yang keluar dari kamar Deva.

Deva tersenyum sekilas. Cewek itu kini sudah membaik dari kondisi sebelumnya. "Udah."

"Why Dev?"

Deva mengernyit. "Gue baik Vlo. Kenapa nanya gitu?"

"Mulut lo bilang baik, tapi tatapan mata lo lagi nyimpen banyak keresahan. Kenapa?"

Lama Deva diam, ia tak menyangka bahwa Vloretta orangnya sepeka itu. Kini Deva sadar, tingkat kepekaan seorang perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan kepekaan seorang laki-laki. Benar begitu kaum hawa?

"Maaf," ucap Deva lirih sambil menyandarkan kepalanya di pundak Vloretta.

Jelas Vloretta kaget dengan tingkah Deva, dengan ragu, tangan Vloretta mengelus rambut Deva. "Kenapa minta maaf?"

"Gara-gara gue, Nyokap, Bokap lo, sama Vivi meninggal. Semua salah gue Vlo, karena kejadian itu Geo jadi dendam sama gue. Gue-" ucapan Deva terhenti tatkala jari telunjuk Vloretta menempel di bibirnya.

"Ini salah gue, andai gue dengerin larangan lo buat jauhin Geo, mungkin mereka masih ada. Harusnya gue yang minta maaf," ucap Vloretta lirih.

Deva bangkit dari posisinya, lalu menggenggam tangan Vloretta. Lama ia meyakinkan dirinya, lalu Deva mulai bercerita semuanya, kenapa Geo bisa sedendam ini dengan Deva.

"Maaf." Lagi-lagi hanya kata maaf yang Deva ucapkan.

Mata Vloretta membelalak saat melihat sebutir air yang lolos begitu saja dari mata Deva, Deva menangis?

"Tampar gue Vlo, atau lo caci maki gue," pinta Deva.

Vloretta menggeleng tegas. "Kalaupun gue lakuin itu, gak akan bisa rubah keadaan kan? Semuanya udah terjadi."

For a Moment [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang