•Dua•

9.8K 608 93
                                    

"Deva!" Panggil seseorang.

Deva menghentikan langkahnya lalu berbalik. Ada seorang dosen pria sedang jalan menghampiri nya. Ada apa lagi? Jangan sampai tugas tambahan, padahal Deva sudah sangat lelah ingin segera berbaring di kasur nya.

"Yes sir?"

"This is in my study paper, you made a lot of mistakes. Please improve, read more books and increase your understanding, you don't have much time." Ucap dosen itu sambil memberikan makalah Deva.

Deva menghembuskan nafasnya, perasaan ia sudah membuat makalah ini dengan baik, kenapa selalu ada komentar? Dengan malas Deva mengambil makalah itu.

"I am sorry sir, I will improve again and increase my understanding in this material."

Dosen itu mengangguk, namun saat hendak pergi ia memanggil seseorang.

"Vloretta, come here!"

Pandangan Vloretta dan Deva bertemu, namun dengan cepat Deva membuang muka. Vloretta tersenyum kearah dosennya. "Yes what's up sir?"

"You please help Him to better master my material. Don't forget to always tell me about its development." Pinta dosen itu.

Tidak hanya Vloretta, Deva pun sama kagetnya. Kenapa jadi harus begini? Merepotkan saja.

"No need sir, thank you. Because I was able to study on my own," tolak Deva.

"Whatever, but Vloretta you are responsible for Deva's development, if this child just defies report to me." Setelah mengatakan itu dosennya pergi begitu saja.

Vloretta menatap Deva canggung sedangkan cowok itu hanya memasang muka datar. Sudah badan dan pikirannya capek, sekarang di tambah hal seperti ini. Mengesalkan.

"Kalau lo gak mau, gapapa gue akan bujuk lagi pak Lubis biar dia berubah pikiran." Kata Vloretta merasa tidak enak dengan Deva. Ya, sebenarnya ia senang tapi kalau Deva nya tidak nyaman untuk apa? Percuma.

Deva diam nampak berpikir, lalu cowok itu membuang nafasnya gausar. "Lo atur jadwal kapan gue bimbel nya."

"Ja-jadi lo mau?"

Cowok itu mengangguk. "Tapi jujur Dev, kalau lo gak suka atau gak nyaman gue bisa bujuk pak Lubis kok, suer deh."

Deva mendekat. "Bukannya lo malah seneng karena bisa liat gue lebih lama?"

Blush. Ucapan Deva barusan berhasil membuat pipi Vloretta memanas, ya Tuhan kuatkan hati Vloretta.

"Pipi lo merah, kalau mau tahu." Ucap Deva sambil tersenyum singkat, lalu pergi meninggalkan Vloretta yang sudah malu.

Setelah kepergian Deva, Vloretta membuka ponselnya. Malu banget sumpah, huaaa. Batinnya. Benar saja yang Deva lihat pipi nya seperti kepiting rebus, merah, kelihatan banget salting nya di depan gebetan, wkwk.

***

Deva mengoreksi semua makalah itu, dan benar saja banyak sekali kesalahan yang ia buat. Pantas tadi pak Lubis sangat marah padanya dan meminta Vloretta untuk menjadi guru bimbelnya.

For a Moment [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang