Garis Takdir | Enam belas

72 7 4
                                    

Bulan dan bintang pun sudah menampakkan dirinya. Abrina yang
sedang merebahkan badannya sambil menggambar pun seketika di kagetkan oleh suara kejutan oleh sahabatnya itu.

"DORR!!!" Ucap Devan mengagetkan lalu dengan spontan Abrina teriak karena terkejut, sementara itu Devan tertawa karena ekspresi lucu Abrina karena kaget.

"Paan si lo gajelas, ngapain?" Tanya Abrina lalu melanjutkan aktivitasnya yang tertunda tadi.

"Gapapa si, lo ngapain na?" Tanya Devan lalu melihat kegiatan Abrina yang sedang mengarsir sebuah gambaran.

"Gue? Mandi van" ucap Abrina tanpa berhenti melakukan aktivitasnya itu.

"Ikut ah gue, uda berapa lama ya gamandi berdua ama lo" goda Devan lalu tidur di pinggang Abrina yang sedang tengkurap.

"Najisin mandi ama lo, aer ae gamau di bagi sama gue, sabun juga di pake sendiri" ucap Abrina tetapi tetap fokus.

"Sensi amat si neng, pms nengnya?" Ucap Devan lalu tidak sengaja melihat map biru yang berada di samping Abrina, lalu mengambilnya dan melihat isi map tersebut.

"Widii bisa gambar juga lo, ganyangka gue bakat lo juga ada di bidang gambar, gue kira bakat lo cuman ngehalu atau ga ngebo seharian" ledek Devan, Abrina membiarkan sahabatnya itu berceloteh sendirian tanpa ia hiraukan.

"Gambar apaan lo?" Tanya Devan yang merubah posisinya menjadi tengkurap juga di kasur milik Abrina.

"Gambar setan" ucap Abrina lalu Devan tidak berkomentar ia terus melihat arsiran demi arsiran yang nantinya akan menjadi sebuah gambar.

Sekitar 30 menit akhirnya Abrina menuntaskan gambaran tersebut

"Akhirnyaa, dah ah capek" ucap Abrina lalu meletakkan pensilnya

Sementara Abrina membereskan peralatan menggambarnya tadi, Devan menganga melihat gambaran yang telah dibuat sahabatnya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sementara Abrina membereskan peralatan menggambarnya tadi, Devan menganga melihat gambaran yang telah dibuat sahabatnya itu.

"Ngapain si ampe melongo gitu, kemasukan serangga mampus lo" cletuk Abrina lalu Devan segera menutup mulutnya dan mengubah posisinya menjadi duduk.

"Ini beneran inspirasi lo sendiri? Ga contek contek ?" Ucap Devan.

"Yaiyalah ngapain coppas, orang gua punya otak buat bikin inspirasi sendiri" ucap Abrina lalu duduk di kasurnya.

"Juteknya kumat" dumel Devan tetapi tetap bisa didengar oleh Abrina.

"Siniin" ucap Abrina lalu Devan menggeleng.

"Gamau, mau gue bawa pulang" ucap Devan lalu mencoba menyembunyikan kertas yang di isi abrina dengan gambaran yang di buatnya.

"Ih orang yang gambar gue juga" ucap Abrina lalu mencoba meraih kertas yang di buatnya.

"Idi gue ngerti isinya, itu gue kan haha, itu gue sama lo. Ngerti gue mah" ucap Devan

"Iih mana" ucap Abrina sambil menunjukkan muka kesalnya.

"Sini dulu dong" goda Devan lalu Abrina duduk di sebelah Devan.

"Apaan si, mana dulu maymuna gambaran gue, uda capek capek juga terus seenak jidat lo ambil" ucap Abrina lalu mencoba kembali mengambil gambaran miliknya yang di sembunyikan Devan di belakang tubuhnya.

"Heh mo mesum ya lo, ntar aja kali na kebelet amat, nunggu lulus dulu baru ntar gue nikahin elo" goda Devan lalu Abrina langsung memukul paha Devan.

"Mulut jorok amat" ucap Abrina lalu dengan cepat menyaut kertas yang di pegang Devan lalu meletakkannya di map biru miliknya.

"Halah tapi mau kan" ucap Devan.

"Ama mia ae sono kawinnya gue setia ama shawn mendes" ucap Abrina lalu hening, dan Abrina menyadari kenapa Devan diam. Ia tau prinsip sahabatnya itu, ia tidak suka jika mereka sedang berdua lalu mereka membahas orang lain, apalagi yang menurutnya tidak penting untuk di bahas dan dipertanyakan.

"Ehm lupakan, btw lo kenapa kesini?" Tanya Abrina lalu duduk di kasurnya kembali.

"Gapapa gue pengen disini aja, bosen di rumah. numpang rebahan ya" ucap Devan lalu langsung merebahkan tubuhnya di kasur milik Abrina.

"Yee dasar" ucap Abrina lalu membuka handphone miliknya.

"Adee--  asstagfirullahaladzim" ucap wanita lalu Abrina langsung mendongakkan kepalanya begitupun Devan langsung mengganti posisinya dengan posisi duduk.

"Asstaga nak Devan ngagetin aja" ucap Clarine lalu masuk ke dalam kamar putrinya itu.

"Hehe maaf tante, Devan gabut aja di rumah makannya Devan lompat ke kamarnya bina, ngeliatin bina ngegambar tadi tan hehe" ucap Devan, Clarine yang mendengar itu hanya geleng geleng sambil tertawa kecil.

"Yah ini tante cuman bawain Abrina susu doang, Devan bentar ya tante bikinin Devan susu" ucap Clarine dan hendak keluar untuk membuatkan susu untuk Devan.

"Eh tante gausah, Devan uda kenyang banget beneran" cegah Devan lalu Clarine mengangguk pelan lalu mengusap kepala anaknya dan sahabat anaknya itu.

"Iya ma, ntar adek minumnya sama Devan" ucap Abrina lalu di angguki oleh Clarine.

"Yauda, mama ke bawah dulu" ucap Clarine lalu di angguki oleh Abrina dan Devan.

Setelah Clarine keluar Devan membaringkan kembali tubuhnya dan memejamkan matanya.

"Dev mau?" Tanya Abrina lalu hanya di balas gelengan kecil dari Devan.

Abrina pun langsung meminum kembali sambil melihat handphonenya.

"Nathan itu siapa lo na?" Ucap Devan tiba tiba dan membuat Abrina tersedak.

"Eh gapapa? Sorry sorry" ucap Devan yang langsung menepuk pelan punggung Abrina. 

"Kenapa lo tiba tanya tentang Nathan?" Tanya Abrina setelah merasa sudah baik baik saja.

"Gapapa nanya aja" ucap Devan

"Emmm......"




YUHUU
I'm back, ea
Gimana quarantine? Ena? Mantav?
Wkw
Votment guys-!!!

Garis TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang