14.05
"Sayang bangun nak" ucap Calrine sambil menepuk nepuk pelan pipi Abrina.
Abrina perlahan membuka matanya
"Heumm kenapa ma?" Tanya Abrina sambil mengusap matanya."Itu ada temen kamu Nathan" mendengar nama Nathan Abrina pun segera mengubah posisinya penjadi duduk.
"Masuk aja nak" ucap Clarine. Nathan pun masuk ke kamar Abrina.
"Hai na" sapa Nathan lalu duduk di tepi ranjang Abrina.
"Hai, udah pulang ?" Tanya Abrina Nathan pun hanya mengangguk.
"Mama mau kemana ? Kok rapi banget" tanya Abrina.
"Mama mau keluar sama papa, sekalian mama mau belanja bulanan. Kamu gapapa mama tinggal sama Nathan?" Tanya Clarine, Abrina pun mengangguk.
"Gapapa kok ma, lagian nanti kayaknya Natha sama Aksa ke sini" ucap Abrina lalu di angguki oleh Clarine.
"Yaudah Mama pergi dulu sama papa, hati hati di rumah" pesan Clarine kepada Abrina. Abrina pun hanya mengangguk pelan.
Bagaimana pun Clarine tetap mengingatkan Abrina untuk berhati hati di rumah. Karena bagaimanapun Nathan adalah laki laki dan Abrina perempun.
"Have fun ya" ucap Abrina lalu menyalimi tangan Clarine.
"Nathan tante tinggal dulu ya, titip Abrina" ucap Clarine lalu di angguki Nathan.
"Tante" Panggil Nathan dan membuat Clarine yang sudah di ujung pintu kamar Abrina membalikkan badan.
Nathan menghampiri Clarine lalu menyalimi tangan Clarine. Clarine yang melihat itu tersenyum.
"Jagain Abrina bentar ya, tante sama om keluar dulu" ucap Clarine lagi dan diangguki oleh Nathan.
Orang tua Abrina sudah pergi 5 menit yang lalu. Sekarang hanya ada Nathan dan Abrina di kamar milik Abrina.
"Gimana udah enakan badannya?" Tanya Nathan lalu di angguki oleh Abrina.
"Oiya ga latihan basket?" Tanya Abrina sambil menggosok gosok matanya.
"Gw uda bilang ke tim besok aja latihannya, lagian ada beberapa anggota yang ga masuk dan gaenak badan juga" ucap Nathan. Abrina hanya mengangguk dan tetap menggosok matanya karena merasa ada debu yang masuk di matanya.
"Jangan di gosok terus" ucap Nathan lalu menyingkirkan tangan Abrina. Lalu di dekap wajah Abrina dan perlahan meniup mata Abrina dengan perlahan.
"Diem dulu, jangan gerak" ucap Nathan lalu kembali meniup mata Abrina.
"Udah?" Tanya nathan lalu di angguki oleh Abrina.
"Makasih" ucap Abrina lalu Nathan tersenyum.
'BUGH!!'
"NATHAN!!" Teriak Abrina histeris ketika Nathan tiba tiba tersungkur.
"Bangsat lo, brengsek!" Ucap seorang laki laki dan tetap memukuli Nathan yang berada di kamar Abrina.
"DEVAN APA APAAN SIH LO" teriak Abrina. Iya. Orang yang tiba tiba memukul Nathan hingga tersungkur adalah Devan.
"Lo apain Abrina brengsek!" Ucap Devan mengangkat kerah seragam Nathan.
Abrina turun dari kasur dan mencoba melerai Devan yang tersulut emosi.
"Devan udah Devan!" Ucap Abrina tapi Devan masih memegang erat kerah Nathan.
"Lo salah faham Devan!" Ucap Nathan tetapi Devan masih emosi dan menghajar kembali Nathan.
"DEV---" ucapan Abrina terpotong karena lengan Devan tidak sengaja mendorong tubuh Abrina hingga Abrina jatuh dan kepalanya membentur ujung kasur miliknya.
"Asstaga Devan!" Teriak Nata yang sudah sampai di rumah Abrina dan melihat keributan di kamar Abrina.
"Woy sadar! Lepas" ucap Aksa yang langsung melerai Devan yang semakin kesetanan karena terkulut emosi. Dan Nata membantu Abrina untuk berdiri.
"Brengsek!" Ucap Devan dan ingin menghajar Nathan lagi.
"CUKUP DEVAN!" Teriak Abrina dan Devan pun menghentikannya.
"Nathan ga salah, dia ga ngapa ngapain gue, dia niupin mata gue karena gue kelilipan Devan" jelas Abrina dengan mata yang berkaca kaca.
Devan melirik Nathan sekilas dengan tajam, lalu pandangan Devan tertuju pada kening Abrina yang memar karena terbentur ujung kasur.
"Na, dahi lo" ucap Devan dan ingin menghampiri Abrina. Lalu Abrina hanya menggeleng.
"Minta maaf sama Nathan" ucap Abrina lalu menunjuk Nathan dengan dagunya.
"T-tapi--" ucap Devan terpotong karena melihat Abrina yang sudah memalingkan wajahnya.
"Oke fine. Gue minta maaf , sorry gue emosi bikin lo bonyok kayak gini" ucap Devan sambil mengulurkan tangan dan di balas oleh Nathan.
"Iya sans aja, lagian kalo gue liat sahabat gue kaya gitu tanpa tau alasannya juga gue bakal nethink dan emosi, sans bro" ucap Nathan lau menjabat tangan Devan dan menepuk bahu Devan.
Abrina hanya menatap Devan dengan datar. Devan yang sudah kalang kabut pun izin pulang.
TBC
Nahloh Devan Erosi, abis ngapain hayo.
Don't forget votment gais -!
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir
Fanfiction- Jangan salahkan takdir apalagi Tuhan saat kamu dipermainkan semesta. Salahkan saja dirimu dan dirinya yang bertatap muka di waktu yang salah. - So happy reading guys-! ><