"Lo Abrina ?"
Panggil seseorang yang berada di belakang kursi Abrina.
Abrina pun menoleh ke arah belakang dan melihat laki laki yang mengenakan Jersey."J-justin" ucap Abrina didalam hati.
"Lo anak perkasa kan?" Tanya Nata, laki laki itupun mengangguk.
"Ngapain disini ?" Tanya Aksa lalu laki laki itu melihat ke arah Abrina.
"Gue disuruh manggil Abrina" ucap Laki laki itu dan ingin menarik tangan Abrina, tetapi belum sampai menyentuh tangan Abrina sudah di tarik dulu oleh Devan.
"Temen gue"
"Siapa temen Lo ?" Tanya Devan lagi.
"Gue cuman mau pinjem Abrina doang bentar" ucap laki laki yang ada di hadapan Devan sekarang.
"Ngomong disini, siapa yang nyuruh Lo buat manggil Abrina ?" Ucap Devan.
Laki laki itu menaikkan sudut bibirnya.
"Abrina mungkin udah tau siapa yang manggil dia"
"Apa gue bilang disini?" Ucap Laki laki itu lalu menatap mata Abrina."Gausa basa basi" ucap Nata.
"Oke"
"Gue di suruh ra--""Rafael" ucap Abrina memotong pembicaraan laki laki yang ada di hadapannya itu.
"Rafael?" Tanya Devan heran, pasalnya ia tak tau jika Abrina mempunyai teman yang bernama Rafael.
"I-iya, temen gue namanya Rafael dia anak perkasa, d-dia sering minta bantuan gue kalau dia belum paham sama materi pelajaran" ucap Abrina dengan senyum kikuk.
"Ayo" ucap Abrina pelan sambil mengode laki laki yang disebut 'justin' dengan matanya.
"Tunggu" cegah Devan.
"Gue temenin" ucap Devan lalu berdiri."G-gausah biar gue sendiri, lagian cuman bentar" ucap Abrina lalu meyakinkan Devan dan lainnya, kemudian dengan segera Abrina menarik tangan Justin untuk keluar dari kantin.
....
"Rajendra yang suruh gue manggil Lo" ucap Justin dan membuat langkah Abrina berhenti.
"Gue tau" ucap Abrina dingin sambil menatap malas mata Justin.
Justin terkekeh pelan lalu mengambil handphone nya dan menelfon seseorang.
"Abrina sama gue, Lo dimana ?"
"Suruh Abrina ke taman belakang sekolah sekarang"
"Oke"
Justin pun mematikan sambungan teleponnya.
"Rajendra nyuruh lo ke taman belakang sekolah" ucap Abrina, Abrina pun hanya menatap malas lalu tanpa sepatah kata ia meninggalkan justin.
"Meresahkan" ucap Abrina pelan.
Abrina sudah sampai di taman belakang tetapi ia tak menemukan seseorang sama sekali, Abrina pun berjalan ke arah pohon besar yang ada di taman dan duduk di sana.
"Hai sayang" ucap seseorang sambil menutup mata Abrina, Abrina pun yang kaget langsung menepis tangan tersebut dan berdiri.
"Apa apaan sih Lo" ucap Abrina sambil menatap tajam mata Rajendra.
"Heii santai sayang, aku ga mau macem macem sama kamu kok, ini aku bawain kamu bucket bunga kesukaan kamu" ucap Rajendra lalu memberikan bucket berwarna merah kepada Abrina, tetapi Abrina hanya menatap malas bucket bunga itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir
Fanfiction- Jangan salahkan takdir apalagi Tuhan saat kamu dipermainkan semesta. Salahkan saja dirimu dan dirinya yang bertatap muka di waktu yang salah. - So happy reading guys-! ><