Garis Takdir | Sebelas

44 4 14
                                    

Matahari sudah menampakkan dirinya, Abrina pun juga sudah berada di sekolah tetapi bedanya semua sahabatnya belom ada yang datang, dan pada akhirnya Abrina pun mendengarkan musik dari earphone miliknya dan membaca novel kesukaannya.

"Hai Abrina" sapa mia yang baru saja datang.

"Hai juga" ucap Abrina sambil menunjukkan senyum manisnya.

"Emm, jangan lupa pesen gua kemarin ya" ucap mia lalu menuju ke tempat duduknya. Abrina yang mendengar itu hanya bisa tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.

"Oet! Diem diem bae. Ngapain lo?" Tanya Nata yang mengagetkan.

"Heeeh, nataaa. Gua kaget iihh" ucap Abrina.

"Haha, btw lo tadi ngomong apaan sama mia?" Tanya Nata lirih sambil meletakkan tas nya.

"Ehmm gapapa" ucap Abrina

"Gamau cerita?" Tanya Nata.

"Ee bukan gitu, ya gue bingung aja" ucap Abrina dengan lesuh.

"Kenapa si ada apa? Kok serius banget kalian?" Ucap Aksa dan Devan yang baru saja datang dan langsung menghampiri Abrina dan Nata.

"Ehm gapapa kok, cuman gua lagi cerita aja ama Nata masalah konflik yang kemarin gue baca di wattpad" ucap Abrina berbohong. Lalu Devan dan Aksa hanya mengangguk lalu meletakkan tas nya.

"Nanti gue cerita" bisik Abrina lalu di acungi jempol oleh Nata.


...

"Selamat pagi anak anak, pagi yang cerah sama seperti wajah kalian" ucap Bu Fatimah.

"Oh iya anak anak, ibu akan mengatur tempat duduk kalian, ya karena banyak sekali yang bilang jika kelas ini sangat ramai, banyak sekali yang berbincang pada saat pembelajaran berlangsung, jadi ibu akan mengatur tempat duduk kalian semua" ucap bu Fatim dan membuat raut wajah anak muritnya memelas.

"Yaah bu, jangan gitu doong, jangan kemakan hoax bu, gabaik" cletuk siswa berkulit sawo matang.

"Nah iya bu, kita juga ga rame banget bu, palingan bisik bisik doang bu" ucap wanita berkaca mata dan berambut pirang dan itu membuat seisi kelas menjadi ramai.

"Saya setuju bu jika tempat duduknya di rubah, yang penting kita semua masih satu kelas dan bareng bareng" ucap Mia tiba tiba, dan semua murid melihat ke arah mia.

"Nah gini, ibu setuju sama kamu mia" ucap bu Fatim yang membanggakan mia di kelas, dan seperti biasa geng rumpi sudah mulai berkode dengan mata. Ya mungkin dijadikan bahan gosipan untuk hari ini.

"Okey yang pertama, lina kamu duduk sama Zahra di bangku depan" ucap bu fatim mengatur anak muridnya itu.

"Lalu, Abrina, Devan. Kalian duduk di bangku ke dua di meja yang tengah ini. Lalu belakangnya di isi sama Nata dan Aksa" ucap bu Fatim.

"Yess gua duduk ama Nata" ucap Aksa pelan tapi Devan masi bisa mendengarnya.

"Bu ini Aksa nanti ngalus terus bu kalo sama Nata" cletuk Devan lalu mendapat gelak tawa dari teman temannya. Dan bu Fatim hanya menggelengkan kepalanya.

"Lanjut" Bu Fatim pun melanjutkan untuk mengatur tempat duduk yang baru untuk anak muritnya.

Dan ya seperti sekarang, ada yang nyaman dengan teman sebangkunya ada yang kesal akibat tidak cocok dengan teman sebangkunya untuk sekarang. 

....

"HA APA?! Serius dia ngomong kaya gitu?" Tanya Nata.

Yap, Abrina dan Nata sekarang ada di caffe dekat sekolah. Sekarang sudah menunjukkan pukul 14.30 yang memang sudah 30 menit berlalu semua murid pulang.

"Iya, dia kemarin minta buat deketin sama Devan" ucap Abrina.

"Terus, lo mau aja gitu di suruh sama dia?" Tanya Nata dan Abrina menganggukkan kepalanya.

"Tapi gue minta tolong juga sama lo sama Aksa, karena gamungkin cuman gue aja yang nyoba deketin. Yang ada nanti Devan curiga lagi" ucap Abrina.

"Ga, ga, gue gasudi, gue gamau Abrina" ucap Nata.

"Ayolah naat pliis" bujuk Abrina tapi hati Nata tidak ingin dan tidak sudi jika harus membantu Mia untuk mendekatkan dirinya pada Devan.

"Gue gamau abrina" ucap Nata, Abrina menundukkan kepalanya, ia berpikir jika ia membicarakan ini saja dengan Aksa, mungkin Aksa mau membantu dirinya.

"Yaudadeh gua minta tolong aja sama Aksa" ucap Abrina lalu mulai menekan nomor Aksa.

"Halo Aksa"

"......"

"Lo dimana?"

"......"

"Ehmm sa, gue mo ngomong sama lo, lo caffe xxx ya, ada gue ama Nata, lo bisa kan sekarang?"

"......"

"Okey makasi sa"

"...."

"Okey"

Tutt... Tutt..

Setelah 5 menit menunggu, Akhirnya Aksa pun datang.

"Ada apa?" Tanya Aksa yang baru saja sampai lalu duduk di sebelah Nata. 

"Abrina mo minta tolong ke lo buat deketin si Mia ama Devan" ucap Nata.

"Ha? Serius?" Tanya Aksa memastikan.

"Hooh, si cewe nya sendiri yang minta ke Abrina, kalo dari gue ya ngapain coba minta tolong si usaha sendiri lah kan dia yang pengen deket ma Devan. Nih ya kalo emang Devan nantinya suka ato ga suka ya itu dari dia sendiri lah, meski misal kita bantuin mati matian kalo emang yang cowo gasuka ya gasuka" ucap Nata sambil melontarkan kata pedasnya.

"Mmm, tapi lo terima na?" Tanya Aksa lalu di jawab Abrina dengan anggukan kepala.

"Na, lo sadar ga?" Tanya Aksa lembut, Abrina yang mendengar itu mendongakkan kepalanya.

"Sadar kenapa?" Tanya Abrina.

"Lo sadar ga si, perilakuan lo ke Devan kaya gimana? Jangan tanya perilakuan dulu deh. Sekarang gini rasanya pertama kali lo liat Mia sama Devan waktu di kantin gimana?" Tanya Aksa masi dengan nada lembut.
"Biasa aja" jawab Abrina dan memaksakan senyumnya.

"Gue tau, lo ga biasa biasa aja na, mulut sama hati lo beda na. Gue tau kok lo waktu itu uda panas ngelihat tingkah Mia sama Devan kan terus lo pergi gegara lo badmood" ucap Aksa dengan lembut sementara Abrina hanya bisa menunduk dan mencerna perkataan Aksa.

"Abrina kapan si lo sadar sama perasaan lo" ucap Nata.

"Udah jangan emosi dulu nat" ucap Aksa menenagkan Nata yang kebawa emosi akibat kesal dengan pola pikir Abrina dengan masalahnya sekarang.

"Udah, Abrina lo cerna baik baik ucapan gue tadi, gue sama nata uda anggep lo sodara sendiri jadi kita uda tau lo itu kaya gimana na, bukannya gua gamau bantu lo, lo sayang kan sama Devan? Sebelum lo sayang sama orang lain lo harus sayang sama diri lo sendiri na" ucap Aksa lalu mengusap kepala Abrina pelan.

"Udah ya, gue ama Nata balik dulu. Semangat Abrina, gue yakin lo bisa" ucap Aksa lalu menepuk bahu Abrina dan langsung menuju ke luar caffe.

"Gue balik tel, tiati lo ntar baliknya" ucap Nata lalu mencubit pipi Abrina dengan keras dan hal itu membuat sang empu meringis kesakitan.

"Nataa!!!" Ucap Abrina dan hanya gelak tawa yang ia dapatkan dari sahabat perempuannya itu.

"Gue harap, semoga lo cepet sadar akan perasaan lo na, dan semoga lo bukan termasuk orang yang terlambat menyadari ketika sesuatu itu sudah hilang"




Perasaan apa nih apa, hayo penasaran.
Votment dulu dong biar tau wkwk.

Garis TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang