Garis Takdir | Lima

53 5 1
                                    

Hari esok pun sudah dimulai.
Abrina yang pagi pagi sudah berada di sekolahnya dan sudah membaca buku di perpustakaan.

Karena terlalu fokus, Abrina tidak menyadari bahwa Devan sudah ada di depannya.

"Bunteeel" panggil devan dengan nada merayu.

Abrina yang sadar bahwa Devan di depannya dan memanggilnya itu pun hanya mengangkat alisnya sebelah kanan tapi matanya masih tetap fokus pada tulisan di buku yang tebal itu.

Devan meletakkan dagunya di meja sambil tetap melihat wajah Abrina yang sedang fokus mencerna kata kata yang tertulis di buku tersebut.

"Bunteeel" Abrina tidak menghiraukan.

"Buntel" tetap tidak dihiraukan.

"Bunteel" sama saja.

"Abrina ih! Kacang mulu" ucap Devan dengan nada kesal.

"Apasiah! Berisik tau ga" jawab Abrina sekilas lalu melanjutkan aktivitasnya.

"Orang kalo manggil tuh dijawab, iya kenapa devan ganteng? Lah ini, serasa gua ngomong ma tembok anjir" dumel Devan, Abrina lalu beranjak dari tempat yang ia duduki dan mengembalikan buku itu di tempatnya lalu berniat kembali ke kelasnya.

"Abrina! Kenapa si lu?" Tanya Devan yang terus mengikuti Abrina dari belakang.

Abrina tetap tidak meresponnya, ia tetap jalan untuk menuju ke kelasnya karena jarak kelas dan perpustakaannya beda satu lantai.

"Abrina!" Devan mencekal tangan Abrina, dan Abrina hanya bisa membuang nafas kasarnya.

"Apa?" Ucap Abrina dengan memutar bola matanya malas.

"Lo kenapa? Lo marah sama gw? Gegara kejadian kemarin malem di caffe? Itu gua ketemu sama mia abis dari nganterin adek gw. Si mia minta ketemuan, yauda mumpung gue free ya gua ketemuan sama dia, eh gataunya ada lu. Mana sampe malem" jelas devan panjang.

"Yaudasi" ucap Abrina lalu menepis kasar cekalan tangan Devan dan pergi menuju kelas. 

Devan hanya bisa menghela nafas, ia sadar, ini memang konsekuensinya yang telah membohongi sahabat kecilnya sendiri yang paling benci dengan kata 'berbohong'.






























...

Bel pulang sekolah telah berbunyi, sudah banyak murid yang berhamburan untuk pulang sekolah. Kecuali anggota dari ekstra ekstra yang berjalan pada hari ini.

"Abrina pulang bareng gw ya?" Ajak Devan.

"Sorry, gua ada ekstra dance" jawab Abrina dan mengeluarkan baju gantinya untuk ekstra dance.
Iya memang Abrina sudah kelas 12. Tapi untuk kegiatan ekstra untuk semester awal, ia masih mengikuti kegiatan itu.

"Gw nunggu lu sampe selesai" jawab Devan.

"Ngapain si? Pulang aja kali kalo mau pulang, kali aja mau meet lagi sama pacar tercinta" ucap Abrina lalu menuju ke toilet untuk mengganti seragamnya.

"Ada apasi kalian? Ada masalah?" Tanya Aksa yang lalu mendapat gelengan dari Devan.

"Nothing, salah faham doang" ujar Devan sambil meyakinkan Sahabatnya itu.











..

Disisi lain, Abrina sudah selesai mengganti pakaiannya dan menuju ke ruangan latihan dance.
"Cuy!" Panggil teman se ekstranya. Abrina pun segera menghampiri temannya itu.

"Gimana? Uda tentuin lagu buat event dance bulan depan?" Tanya Abrina.

"Uda, gw uda mutusin buat pake lagu senorita, gw juga uda tentuin gerakannya kayak gimana dan formasinya kayak gimana. Lu jadi centernya ya na" ucap Cyra, ketua dari ekstra dance ini.

"What? Gue? Kok gue si ra, kenapa ga lu aja? Kan lu ketuanya" ucap Abrina yang heran mengapa dia yang akan menjadi centernya.

"Nah itu kan gua ketuanya jadinya ya up to me, wkwk. Canda, gapapa, itung itung kan buat pengabdian terkahir lo disini  haha" Jawab Cyra.

Cyra ini juga sudah akrab dengan Abrina, ia pun juga sudah menganggap Abrina sebagai saudaranya sendiri dan sebaliknya pun begitu. Abrina sudah menganggap Cyra sebagai kakaknya sendiri.

"Dah ah, cabut! Kelapangan utama" perintah Cyra.

"Lah kok di lapangan utama? Bukannya ada anak basket?" Tanya Abrina lalu mendapat jitakan dari Cyra.

"Banyak omong kali kau, dah cepet" Cyra langsung menarik tangan Abrina.

Ketika Abrina lewat di lapangan, semua pandangan anak basket tertuju pada Abrina.

Semua laki laki yang sedang main basket menganga  melihat pesona yang dimiliki Abrina.
Abrina yang memakai clana training berwarna abu abu dan kemja kotak kotak yang seluruh kancingnya di buka dan di dalamnya ia memakai tangtop yang berwarna merah maroon. Terlihat simple memang tapi karena bodygoals yang dimiliki Abrina memiliki kesan sexy di mata pria yang berada di sana.

"WOY NATHAN!" Panggil Cyra kepada Nathan yang menjabat menjadi kapten basket.
Nathan yang mengamati Abrina tersentak kaget ketika mendengar suara mlengking khas Cyra.

Nathan menghampiri Cyra.
"Kenapa?" Tanya Nathan.

"Eh gua gapapa kan latihan disini? Jdi gua minta jadi dua lapangannya, sisi kanan buat dance, sisi kiri buat kalian latihan basket. Boleh ya than pliiiiis" bujuk Cyra kepada Nathan.

"Bentar" ucap Nathan.

"Eh gais Cyra minta lapangannya di bagi jadi dua, bagian kiri buat kita latihan, gimana mau gak?" Tawar Nathan kepada Anggotanya.

"Gapapa deh than" ucap cowo yang mempunyai lesung.

"Sekali sekali kaga latihan ngapa than, ngeliatin anak dance latihan gtu" ujar Redo yang memang menaksir salah satu anggota dance disana.

"AH IYA NAT, SEKALI LAH, GW MAU NONTON ABRINA BEBEB GW NIH!" Ucap dimas, Abrina yang merasa namanya terpanggil menoleh ke arah Dimas dan di balas oleh senyuman khas Dimas. Tetapi Abrina hanya melihat Dimas dengan tatapan aneh.

"Yaudadeh serah lu pada" putus Nathan final. Dilubuk hatinya pun sebenarnya ia ingin melihat anak dance yang latihan.

Semua anak basket pun bersorak bahagia, jarang jarang kapten mereka membolehkan mereka untuk tidak latihan dan malah membolehkan untuk free ekstra dan menonton ekstra dance yang sedang latihan. Sungguh nikmat dunia.

Anak basket pun langsung duduk di pinggir lapangan yang sudah disediakan di sekolah untuk bersantai waktu istirahat.

Hayuluh anak basket matanya pada jelalatan. G
Votment guys-!

Garis TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang