Garis Takdir | Empat

44 5 0
                                    

Sinar matahari yang terik telah digantikan oleh cahaya bulan dan bintang yang menyinari bumi.

Abrina yang posisinya sedang di rumah sendirian untuk beberapa hari karena orang tua yang bekerja di luar negri dan abangnya yang katanya pulang larut karena kuliah jadwal malam pun merasa bosan.

"Hmm ke caffe enak kali ya, itung itung bisa nyolong Wi-Fi " ucap Abrina lalu beranjak dari kasurnya.

Ia segera mengganti pakaiannya dengan celana jeans panjang warna putih dan hoodie berwarna peach dengan bertuliskan bordiran namanya.

Ia pun langsung pergi menggunakan mobil nya dan segera menuju caffe.

Setelah 15 menit perjalanan, Abrina pun sudah sampai di caffe yang ia tuju.

Ia segera masuk dan mencari tempat duduk yang sekiranya pas dengan dirinya.

Ia menempati tempat duduk yang dekat dengan jendela yaa mungkin kalau kata Abrina "kali aja ada cogan lewat".

Setelah memesan minuman, Abrina memainkan hp nya sebentar. Ia membuka aplikasi Instagram miliknya. Dan tidak sengaja Abrina menyentuh tombol story Instagram milik Devan.

"Devan disini juga ?" gumam Abrina lalu ia mencari keberadaan Devan.

"Dev--" Ucapannya terhenti ketika ia melihat seorang wanita yang menghampiri Devan.

" Devan kesini janjian sama cewe? Bukannya dia lagi nemenin luthfi beli buku ya?" Batin Abrina.

Abrina kembali duduk di tempatnya menunggu sampai acara Devan dan wanita itu selesai.

23.00 P.M

Devan dan wanita itu belum saja selesai dari aktivitas berbincangnya, entah apa saja yang dibicarakan. Entahlah

Tetapi disisi lain Abrina juga masih tetap di caffe tersebut. Sampai akhirnya Abrina pun memutuskan untuk pulang, takut keluarganya mencari keberadaannya karena Abrina tidak mengabari salah satu keluarganya dan hp nya low.

Brukk..

"Aww!!" Rintih Abrina karena ia tidak sengaja menabrak punggung seseorang.

"E-eh sorr--ABRINA?!" Ucap lelaki itu, iya itu devan, Abrina menabrak Devan.

"Hmm" ucap Abrina lalu berdiri dibantu oleh Devan

"Ngapain lo disini? Ampe jam segini? Gawajar cewe masi keliaran disini" ucap Devan sambil menatap Abrina tapi Abrina hanya membuang mukanya.

"Cewe lo juga masi keliaran kan jam segini? Gue juga mau balik kok tenang aja, oh iya kenalin gw Abrina temen Devan. Yauda gue balik dulu, anterin cewe lo ya van ampe selamet. Bye" ucap Abrina lalu segera meninggalkan caffe tersebut.













....

Sesampainya di rumah ia langsung memarkirkan mobilnya di garasi dan memasuki rumah. Rumahnya sudah gelap hanya saja lampu depan rumah yang memang dinyalakan.

Setelah melihat di halaman rumah Abrina tepok jidat.

"Mampus bang Arga uda balik, tapi uda tidur kali ya? Bodo deh" ucap Abrina lalu mencoba membuka pintu dengan pelan tanpa membuat suara sekecil apapun.

Abrina berjalan dengan mengendap endap agar tidak diketahui oleh abangnya yang terkadang suka haus sendiri dan berujung Abrina terkena Bawelan seorang Arga.

"Ngapain pulang?"

Degg..

"Mampus" pekik Abrina pelan sambil memejamkan matanya.

"Eee anu ituu" ucap Abrina sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Anu apa hm?" Tanya Arga sambil mendekati adiknya

"Eee anu adek dari eee anu" Abrina panik karena wajah Arga dengan Abrina sudah sangat dekat.

Arga mendekatkan mukanya dengan muka Abrina. Abrina memejamkan matanya, ia takut abangnya sendiri menodai dirinya.

"HAHAHA MUKA LU KOCOY DEK, HAHA" Arga tertawa dengan terbahak bahak bahkan sampai tepuk tangan karena wajah kocoy milik Abrina.

"ABANG!" Abrina lalu memukul Arga, ia merasa malu sekali karena sudah memejamkan matanya yang takutnya ingin dinodai oleh abang kandungnya sendiri.

"ABIS DARI MANA?! JAM SEGINI BARU BALIK! GAINGET KALO DIRINYA CEWEK?!" Suara Arga tiba tiba menjadi serius, Abrina yang awalnya menutup mukanya langsung bergedik ngeri.

"Iya maaf, tadi adek ke caffe niatnya mo nyolong wifi tapi ade ngeliat orang pacaran ampe jam segini, mana tuh ya yang cowok katanya nemenin adeknya beli buku! Eh tapi nyatanya pacaran sama cewe di caffe" dumel Abrina yang hanya ditatap oleh Arga

"Devan maksut kamu dek?" Tanya Arga

"Bukan! Tapi tetangga sebelahnya kita. Masa ya tadi adek ngajak dia nonton tapi katanya nganterin adenya yauda adek ngalah aja bang eh terus adek berubah pikiran buat ke caffe tapi ade ketemu dia sama ceweknya pacaran, kesel tau!" Abrina melanjutkan dumelannya tapi Arga tetap hanya menatap Abrina.

"Kamu suka sama Devan?" Ucap Arga tiba tiba

"Ha?! ENGGA YA! Adek gasuka devan!" Ucap Abrina

"Selo sayang gausa ngegas kali" ucap Arga sambil mengusap muka Abrina.

"Hiiissh" Raung Abrina karena kesal dengan perlakuan abangnya yang suka sekali mengusap mukanya.

"Apasi apa" Ucap Arga lalu kembali membereskan laptopnya.
"Bacot" ucap Abrina lalu berlari ke kamar dan meninggalkan abangnya yang sebentar lagi akan teriak karena ucapan adeknya yang kasar.

"ADEK MULUTNYA!!!" Arga geleng geleng dengan kelakuan adeknya yang semakin hari semakin bar-bar tingkahnya.

Memang prinsip keluarga Axeno dilarang memakai kata kasar, tetapi memang di keluarga Axeno hanya Abrina lah yang bandel untuk di nasehati dan diberi tau. Berbeda dengan Arga yang mudah untuk diberitau dan Arga lah yang cukup pintar dan tanggap untuk mencerna sesuatu.

Dan Abrina lah salah satu anak dari keluarga Axeno yang sifatnya paling berbeda dari yang lain, Ia terkadang memasang wajah polosnya saat sedang menonton sesuatu dan ia mudah dipengaruhi seperti waktu Abrina kecil keluarganya sering menggoda Abrina bahwa dia bukan anak dari Reno dan clarin tapi anak dari buaya karena ditemukan di sungai. Dan itupun membuat Abrina menangis sampai meraung raung.
Padahal Arga selalu membatin "saoloh adik abang polos amat si, masa ada anak buaya wujudnya kaya manusia gini? Dasar idiot" 

Dan itulah yang membuat Arga semakin suka menggodai Adiknya sampai menangis, padahal adiknya sudah ingin lulus sekolah tapi tetap saja sikap sensitiv nya masi ada.






Hayoo, awoakwok.
Don't forget votment gais. Mwah

Garis TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang