Hari senin merupakan hari yang keramat bagi siswa siswi SMA GARUDA.
Upacara.
Satu kata berjuta kemageran.
Upacara sudah di laksanakan 20mebit yang lalu tetapi amanat kepala sekolah entahlah hari ini sangat panjang, yaa bisa dibilang sedang mendongeng.
"Anjir pak daus kalo ngasi amanat kaga main main" ucap Nata yang sudah tidak tahan.
"Psstt, stt. Ab abrina" panggil Nata tetapi Abrina tidak merespon karena merasakan kepalanya sekaan berputar.
"Na, gaapa?" Tanya Nata tetapi Abrina hanya menggeleng.
"Gua anterin ke uks ya" tawar Nata
"Gausah, bentar lagi selesai juga" ucap Abrina tetapi semakin lama pandangan Abrina semakin buram dan menghitam.
Brukk
"Abrina!" Ucap Nata refleks dan membuat semua mata tertuju ke arah Abrina.
Devan yang melihat itu langsung berlari menghampiri Abrina yang sudah tergletak dan segera menggendongnya ala brydal style menuju ke UKS.
Sampainya di UKS Devan menidurkan Abrina di kasur UKS.
"Nata, lo beli teh anget gih di kantin. Buruan" ucap Devan lalu Nata segera berlari ke kantin untuk membeli teh hangat.
"Ck pasti ga sarapan ini, kebiasaan" ucap Devan lalu mencari minyak kayu putih di kotak P3k di UKS.
10 menit akhirnya Nata kembali ke UKS dengan membawa teh hangat.
"Belom sadar juga?" Tanya Nata, Devan hanya menggeleng sebagai jawaban.
"Yauda lo balik aja ke kelas, biar gue aja yang jagain" ucap Nata tapi Devan menggelengkan kepalanya tanda tak mau.
"Ga deh, lo aja yang balik sana, gue yang disini" ucap Devan
"Lo yakin? Ntar Abrina lo apa apain lagi" ucap Nata curiga malah mendapatkan jitakan dari Devan.
"Yakali gue apa apain anjir, dahla gamasalah lagian guru guru sama spesies disini tau kalo gue ama Abrina uda dari orok, makannya ga bakalan bisa di pisahin" ucap Devan sambil membangga bangga kan persahabatannya tetapi hanya di tatap malas oleh Nata.
"Serah lo dah, gue balik dulu ntar gua kena omelan pak daus lagi gegara gue masi keliaran, gatau apa tu orang tiap hari keliling sekolah mulu" dumel Nata
"Bye, jagain Abrina ye awas lecet" ucap Nata lalu pergi ke kelasnya.
Sudah waktu istirahat tetapi Abrina belum sadar juga.
"Ck naa lo kenapa si" ucap Devan sambil mengusap tangan Abrina.
"Devaan!!" Teriak wanita yang menghampiri Devan lalu memeluknya
"M-mia lo kenapa?" Tanya Devan yang tubuhnya masih di peluk oleh Mia
"T-temen gue yang waktu itu gue ceritain ke lo d-dia ngebully gue hiks " ucap Mia dan Devan yang merasa iba memeluk Mia sambil menenangkannya.
Sementara itu, Abrina yang baru saja sadar langsung menatap dua orang yang sedang berpelukan itu dengan perasaan yang tidak bisa di jelaskan.
Melihat kedua lawan jenis itu yang saling memeluk tanpa di sadari air matanya turun dan dengan cepat Abrina menghapus air matanya dengan kasar.
"Eh na" ucap Devan langsung melepaskan pelukan mia lalu menghampirinya.
"Kayaknya gue ganggu kalian ya disini?" Ucap Abrina sambil memaksakan senyumnya.
"Apaansi, engga. Gimana enakan? Lo makan dulu ya, gue beliin dulu di kantin" ucap Devan dan hendak saja pergi dari kantin tapi tangannya di tahan oleh Abrina.
"Gausah, gue gapapa" ucap Abrina dengan muka pucatnya sambil tersenyum.
"Na, plis jangan bandel" ucap Devan
"Deev, plis gue gapapa lagian tadi pagi gue sarapan" ucap Abrina.
"Ehm gue balik ke kelas aja, makasih uda jagain" ucap Abrina lalu berdiri dan badannya sedikit ingin tumbang.
"Abrina!!" Teriak Nata dan menghampiri Abrina.
"Lo mau kemana?" Tanya Nata setelah memegangi badan Abrina.
"Gue mo ke kelas aja" ucap Abrina sambil menunjukkan senyum tipis.
"Lo uda enakan?" Tanya Nata.
"Udah kok, cuman pusing dikit aja tiduran di kelas bisa kok" ucap Abrina lalu di anggguki Nata.
"Van, mi gue duluan, sorry tadi ganggu kalian ya" ucap Abrina dengan ketawa kecil tetapi sorot matanya tidak menunjukkan orang yang sedang bahagia.
Abrina dan Nata langsung keluar dari UKS dan segera menuju kelas.
"Eh Nat gue ke toilet bentar ya" ucap Abrina
"Lo yakin bisa sendiri?" Tanya Nata dan di angguki oleh Abrina.
Abrina langsung masuk ke toilet, di dalam toilet entah mengapa Air matanya turun begitu saja.
"Please laah gue kenapa?" Ucap Abrina mengusap air mata itu tapi percuma air mata itu terus mengalir.
"Abrina lo kenapasi? Hey gue gamungkin ga gue gaada perasaan sama Devan, gabole dan gaakan pernah, iya lo sahabat Devan na sahabat. Tapi kenapa hati gue sakit liat Devan meluk mia!!!" Ucap Abrina di depan kaca dan meneteskan air mata.
Tes..
"Darah?" Batin Abrina, lalu Abrina mendongakkan kepalanya dan melihat darah segar mengalir dari hidungnya.
Dengan segera Abrina menyalakan kran yang ada di wastafel dan segera membersihkan hidungnya, dan setelah 5 menit akhirnya darah yang keluar dari hidung Abrina berhenti juga. Abrina langsung membasuh mukanya dan segera keluar dari toilet
Brukk
Abrina mendongakkan kepalanya, dan....
".....??"
Yee maap baru up hehe
Votment!!
Ai lope u:*
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir
Fanfiction- Jangan salahkan takdir apalagi Tuhan saat kamu dipermainkan semesta. Salahkan saja dirimu dan dirinya yang bertatap muka di waktu yang salah. - So happy reading guys-! ><