Garis Takdir | Satu

123 9 0
                                    

Gadis itu sedang memakai sepatunya di bawah. Yap dia "Abrina Leondra Axela" dia anak dari "Leo Clarine" dan "Andra Axeno" dan juga adik dari "Arga Rio Pratama Alex" ia berasal dari keluarga yang berkecukupan atau bisa dibilang "Sangat berkecukupan". Ayah abrina atau Andra Axeno merupakan pembisnis hebat dengan banyak cabang di dalam negri maupun luar dan ibu Abrina atau bisa disebut Leo clarine ia memliki butik yang cukup terkenal di negara ini.

"Cepet ngapa buntel, telat ni" Ucap seorang laki-laki muda yang berada di depan Abrina. Yap dia "Devandra Alfino Putra " ia merupakan anak dari "Vandra Zahrin" dan "Reno Agam" Reno yang bekerja sebagai pilot dan Vandra yang mempunyai restoran yang bisa dibilang banyak yang berlangganan disana karena masakan dan menu yang enak membuat restoran itu cukup terkenal. Dan juga jangan lupakan adik Devan yang bernama "Luthfi Gavani putri"

"Buntel buntel palalu sepuluh, yok cepet" ucap Abrina dengan nada kesal karena Devan selalu menyebutnya dengan sebutan "Buntel"

"Iih si eneng buntel ngambek" ucap Devan dengan menggoda lalu menaiki motor ninja kawasaki merah kesayangannya.

"Pegangan neng, aa gamau neng buntel kesayangan aa terbang ketiup angin" ucap Devan dengan menggunakan logat "aa dan neng"

"Alay van" ucap abrina dan langsung memegang erat jaket yang di pakai Devan.

"Gapapa dong, tapi kan neng sayang sama aa" ucap Devan dengan senyum jailnya.

"Serah lu dah nyet" Abrina menyenderkan kepalanya di punggung Devan. Lalu kedua sahabat dari jaman kaleng susu itupun berangkat sekolah dengan damai.

Sesampainya di sekolah mereka berdua berjalan beriringan di koridor sekolah dengan posisi Devan menggenggam tangan Abrina dan disitu juga bisik bisik murid murid yang melihat kedua sahabat itu

"Anjaai couple goals"

"Devan ganteng banget anjiir"

"Haduuh neng ina cantik banget"

"Kapalku berlayaaar!!"

"Abrina oh Abrina kenapa kau memilih Devan yang tampangnya ke pantat panci ketimbang babang dimas mu yang ganteng ini"

"Jodoh inimah, yang laki ganteng yang cewe cantik"

"Kegatelan banget si Abrina deket deket sama ayang bebeb gue"

Dll.

Abrina dan Devan sudah biasa mendengar celotehan dari teman temannya itu.

"Abrina!" Teriak salah satu siswi, Abrina dan Devan menoleh ke sumber arah yang memanggil Abrina tadi

Dia "Aulia Nathania Zein" atau bisa di panggil dengan Nata. Sahabat Abrina dari jaman SD hingga saat ini, dia memanggil Abrina dengan raut wajah yang sumringah, dan Abrina sudah tau kenapa sahabatnya itu sekarang

"Kenapa si? Tumben pagi-pagi uda teriak teriak, biasanya dingin cem es batu" ucap Abrina dengan cengengesan, karena ya Nathania bisa dibilang tipikal cewe dingin dan ketika berbicara omongannya nylekit abis.

"Anjai anjai anjai, GUA TADI DISAPA AMA DOI ANJIIR GILAA" sudah Abrina tebak, apa lagi kalo bukan tentang doinya, bahkan Abrina pun sudah sangat sangat hafal dengan cerita Nata mengenai doinya.

"Hmm na, gw masuk kelas duluan ya? Mau nemuin Aksa" ucap Devan ke Abrina, sedangkan Abrina hanya menjawab Devan dengan senyum manis miliknya dan anggukan.
Lalu Devan pun pergi ke kelasnya dan meninggalkan dua cewe yang sama sama sensitiv mengenai cowo kalo kata Devan.

Garis TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang