02

3.4K 402 2
                                    

Pada hari itu, setelah kejadian yang menimpa Renjun di sekolah, lalu ia pulang bersama sang kakak dengan rasa marah yang masih mendominasi dirinya. Ia merasa sangat kesal karena sang kakak tidak membelanya ketika kejadian di sekolah terjadi. Sesampainya di rumah, ia langsung menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Ia menutup pintu kamarnya dengan sangat keras. Ia memilih untuk pergi berganti pakaian dan memilih untuk langsung tidur. Tapi, tiba tiba sang kakak memasuki kamarnya dan duduk di bangku yang ada di depan meja belajarnya.

"Dek, kakak mau ngomong serius."

Renjun tidak menjawabnya. Ia terus sibuk dengan celana dan baju yang ia pilih.

"Dek, dengerin kakak dulu"

"Liat sini." Ujar Doyoung.

"Ada apa kak? Ngomong tinggal ngomong." Jawab Renjun tanpa melihat Doyoung.

"Kakak gak akan ngomong sebelum kamu lihat kakak." Ujar Doyoung.

Dengan malas, Renjun memilih untuk tidak berdebat dengan kakak nya dan memilih untuk berbalik menghadap kakaknya.

"Mau ngomong apa?" Ujar Renjun.

"Kamu kenapa?" Tanya Doyoung.

"Aku gak apa apa kak." Jawab Renjun.

"Tadi kakak udah ngobrol sama guru BK kamu. Katanya kamu sering kepergok sama guru mata pelajaran kamu lagi tidur di jam pelajaran. Terus kamu keliatan lemes sama pucet. Kamu lagi sakit?" Tanya Doyoung.

"Aku udah bilang sama kakak, aku gak apa apa" Jawab Renjun dengan nada yang cukup naik.

"Kamu kok jawabnya marah gitu? Kakak nanya kamu baik baik loh. Lagian kalo kamu gak kenapa kenapa, mana mungkin guru BK manggil kakak buat dateng ke sekolah terus obrolin hal ini."

"Kakak udah bilang sama kamu, kalo kamu ada masalah apapun, cerita sama kakak. Terus kenapa kamu marah gitu? Kakak cuma nanya kamu kenapa? Lagi sakit atau kenapa? Pertanyaan nya bikin kamu kesel emang?" Ujar Doyoung.

Mendengar hal itu, entah kenapa, tiba tiba Renjun merasa sangat bersalah terhadap sang kakak karena sudah menaikan nada bicaranya. Entah kenapa, tiba tiba saja ia ingin menangis pada saat itu.

"Dek, kamu kenapa? Tadi marah marah sekarang kamu malah mau nangis gitu" Ujar Doyoung khawatir sembari menghampiri Renjun.

"K-kak ma-af a-aku gak bermaksud bentak k-kak" Ucap Renjun bergetar.

"Kamu ini kenapa? Tadi marah marah sekarang langsung merasa bersalah dan sedih begini? Kakak gak ngapa ngapain cuma nanya doang. Kamu merespon nya berlebihan" Ujar Doyoung sembari memeluk sang adik.

Dalam dekapan tubuh sang kakak, Renjun menangis. Ia tidak tahu kenapa, tapi rasanya ia sangat bersalah terhadap sang kakak dan ia merasa sudah menyakiti kakaknya.

"Dek, besok kamu jangan sekolah dulu. Kita ke dokter." Ujar Doyoung sambil menepuk nepuk punggung adiknya.

Renjun menganggukan kepala pelan dalam pelukan sang kakak yang berarti dia meng-iya-kan ajakan kakaknya.

*

Sinar matahari yang masuk melalui celah jendela kamar, cukup untuk membangunkan sang tuan. Renjun bangun dari tidurnya. Ia diam sejenak untuk mengumpulkan semua nyawanya. Ia keluar dari kamarnya dan memasuki kamar sang kakak.

"Kak, bangun." Ujar Renjun sembari sedikit menggoyangkan tubuh sang kakak.

"Eh? Kamu udah bangun? Jam berapa sekarang?" Tanya Doyoung.

"Udah jam 7 pagi." Ujar Renjun

"Kamu ke kamar mandi dulu cuci muka abis itu ke bawah kita sarapan ya."

Me and my illness ; RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang