5. Dilema

878 52 0
                                    

Happy reading 🌈
.
.
.
.

setahun berlalu semenjak ka syafiq pindah, kami masih bermain bersama. minggu lalu di acara ulang tahun ka syafiq, aku dapat teman baru di sana. tapi, satu teman ka syafiq mendorongku, katanya "anak kecil ngapain di sini, mending main boneka saja di rumah hahaha" aku menangis karena nya. aku tidak terima di bilang seperti itu. aku memang masih kecil, tapi aku juga sahabatnya ka syafiq. ka syafiq membelaku. ia membawaku pulang pada bunda

dalam perjalanan pulang, ka syafiq berjanji akan terus menjaga ku, dia tidak akan pergi.

KEESOKAN HARINYA

"alee.., bunda minta tolong, bisa nak?" suara bunda terdengar dari arah dapur.

"tolong antar puding ini pada tante fitri ya. bilang pada nya kalo bunda masak puding nya agak banyak tadi" aku berlalu menuju rumah tante fitri

"assalamualaikum tante" ucapku

"waalaikumussalam. eh nak leyah, mari masuk nak" tante fitri mempersilahkan aku masuk. kulihat ada foto ka syafiq di dinding. tapi bukan dengan tante fitri ataupun om yudha. melainkan dengan seorang laki laki berseragam tentara sama seperti ayah.

tak lama, ka syafiq keluar dari kamar nya."kak ayo kita main lagi, kemarin abang baru membelikan ku mainan baru. ayo kak main" aku memohon padanya

"aduh ley, kaka lagi banyak tugas. main nya kita tunda ya" tolaknya halus

"tapi ini kan hari minggu kak, biasanya kita main" aku merengut kesal.

"itu biasanya leyah, tapi sekarang aku sedang  banyak tugas, belum lagi sebentar lagi aku ada ujian." Nada suaranya naik satu oktaf.

sebelumnya ka syafiq tidak pernah berbicara dengan nada suara se tinggi itu kepadaku. dia selalu bersikap halus padaku. bahkan dia selalu melindungiku. tapi sekarang berbeda. aku tidak menjawab perkataanya. air mataku sudah menggenang di pelupuk mataku. aku berlalu pergi meninggalkan ka syafiq di ruang tamu nya.

"leyah tunggu... aku tidak bermaksud marah padamu" ka syafiq mengejarku.

dari pintu masuk, ku lihat bunda keluar dengan raut wajah yang khawatir, mungkin karena mendengar suara ka syafiq tadi.

"ale kamu kenapa nak" bunda membawa ku ke dalam pelukannya

"ka syafiq tidak mau main dengan ku bun, ka syafiq marah padaku bun hiks...hikss" tangis ku pecah di dalam pelukan bunda.

"maaf tante, syafiq tidak bermaksud, tapi syafiq harus belajar tan karena akan ada ujian. syafiq tidak bermaksud memarahi leyah kok tan, maafin syafiq ya"

ka syafiq memberi penjelasan pada bunda. suara nya yang terdengar sedikit gemetar. mungkin takut bunda marah.

"ale, dengarkan bunda nak, kamu tidak boleh seperti itu sayang. ka syafiq mu itu mau ujian. dia harus belajar. nanti jika nilainya jelek, dia bisa di omelin sama pak gurunya. ya sayang, mengerti yaa? anak bunda kan pintar" aku mengangguk lemah. tanpa menatap ka syafiq, aku berlalu masuk.

semenjak kejadian itu, aku sudah jarang bermain dengan ka syafiq, melihat nya saja tidk. mungkin karna dia berangkat pagi dan pulang di saat jam tidur siangku.

hari ini, ketika ka syafiq pulang dari sekolahnya, aku berniat ingin ke rumahnya lagi. bukannya ingin bermain, tetapi ingin minta maaf atas sikap ku. bunda bilang sikap ku terdhadap ka syafiq tempo hari, tidak baik, aku egois. jadi bunda menyuruhku untuk minta maaf.

tapi saat aku hendak kerumahnya, kulihat ada mobil terparkir di halaman rumah tante fitri. bunda menghampiri ku yang terdiam di pintu depan.

"kenapa nak?, tidak jadi minta maaf?" ujar bunda. "itu bun" aku menunjuk kearah rumah tante fitri.

"ohh, mungkin tante fitri sedang ada tamu, nanti sore saja ya ke sana nya" bunda menuntunku ke kamar dan menyuruhku untuk tidur siang. sore setelah aku selesai mandi, bunda memanggilku.

"ada apa bunda" bunda memberiku sebuah buku berwarna biru dongker. di sampulnya terdapat gambar bunga mawar yang sangat indah.

"ini apa bunda?" aku bingung, bunda hanya diam.

"ini dari syafiq, nak" singkat bunda.

"hah? ka syafiq tadi ke sini bun? kok bunda nggak bangunin aku" saat aku hendak berdiri, bunda menahanku dan menggeleng.

"kenapa bun, aku mau bilang makasih sama ka syafiq, aku suka dengan bukunya" bunda menghembuskan nafasnya lemah.

"nak syafiq sudah pindah ke luar jawa nak, ikut dengan ayah dan ibunya. dia kasih ini buat kamu, buat teman suka dukamu katanya, sebagai pengganti teman ceritamu"

"enggak bun, ka syafiq pernah janji sama ale, dia ga bakal ninggalin ale bun, dia bakal jagain ale terus bun" bunda merengkuh tubuh mungilku ke dalam pelukannya. aku benci ka syafiq. dia sudah melanggar janjinya. pergi tanpa pamit. dan hanya meninggalkan buku ini sebagai teman ku bercerita katanya? aku maunya kamu kak, bukan buku ini.

flashback off

"Nak? Kok malah bengong" suara bunda membuyarkan lamunanku. Aku tidak tau harus apa Sekarang. "Bun aku ke kamar dulu ya. Om tante, aku ke kamar ya" aku berlalu meninggalkan mereka di ruang tamu.

"Maaf atas sikap aleyah ya mbak, mas" ujar bunda terdengar samar dari balik pintu kamar bang marta.

langit senja telah berubah menjadi malam yang gelap. sinar bulan pun tidak begitu bercahaya. sejak tadi siang, aku enggan untuk keluar kamar. pikiranku di penuhi oleh laki laki yang 11 tahun lalu pergi tanpa pamit, dan hanya meninggalkan sebuah buku diary berwarna dongker

selama ini aku selalu bertanya pada bunda, kemana perginya dia. bunda hanya menjawab 'tidak jauh kok nak, nanti dia akan kembali lagi' hanya itu. selalu itu jawaban bunda.

haiii semua, apa kabara?  semoga bai. maaf ya, slow update... jangan lupa kasih vote sama komen yaa

A soldier's sincerityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang