17. Rindu katanya

501 28 0
                                    

Sebelumnya, maaf kalo up nya lama, karna tugas lagi banyak dan lupa:v

Selamat berimajinasi teman pembaca online ataupun offline:)

Happy reading 🌈
.
.
.
.

Aleyah tengah larut dalam lamunannya di kamar kesayangan nya. sesekali ia menatap layar ponselnya berharap akan ada pesan masuk dari seseorang, namun hasilnya nihil. Tak ada satupun pesan masuk, kecuali dari operator.

Ini sudah hampir sebulan sejak keberangkatan syafiq ke perbatasan, namun ia tak juga memberi kabar.
'sebenarnya di sana dia ngapain sih? Sesibuk itu sampai gak bisa kasih kabar?' kira kira pertanyaan itu yang memenuhi benak aleyah.
Khawatir kalau syafiq bertemu dengan wanita yang lebih cantik dan lebih baik darinya, lalu syafiq akan berpaling.

Tiba tiba, dering telepon terdengar.
'fatma'

"Assalamualaikum fat, kenapa?"
"Waalaikumsalam le, cepet keluar, aku uda di ruang tamu nih. Tadi kata bundamu dari pagi kamu gak mau keluar kamar"
"Iya iya bentar"

Selang beberapa menit, aleyah tiba di ruang tamu. Dan benar saja, di sana sudah ada fatma bahkan lettu fachri.

"Ohh ini yang dari pagi gak mau keluar kamar" goda fatma.

"Apaan si, lagi males aja keluar kamar" dalih aleyah sambil membenarkan posisi jilbabnya.

Fatma tau sifat sahabatnya. Jika tak ada masalah, ia tidak akan bersikap seperti ini. Seharian di dalam kamar, untuk apa? Padahal Sabahat nya itu tipe orang yang mudah bosan.

"Gak usah berdalih kayak gitu le, aku tau kamu lagi ada masalah. Kenapa hmm?" Fatma mengambil tempat kosong di sisi aleyah.

Alih alih menjawab, aleyah malah menatap fatma dan fachri bergantian.
Faham akan sikap Aleyah, fatma meminta fachri untuk tunggu sebentar di ruang tamu dan mereka masuk kekamar aleyah.

"Kenapa si al?" Tanya fatma sambil menduduki bokongnya di kursi belajar Aleyah.
"Kak syafiq fat"

"Kenapa dia?"
"Udah hampir sebulan dia gak ngasih kabar fat"
"Ya ampun, bener bener emang ni anak. Ga pernah deket sama cowok sekalinya deket sampe sigininya"

"Ih fatt seriuss"
"Iya le iya. Ka fachri bilang tugas di sana agak berat, jadi mungkin dia gak sempet pegang ponsel. Udah ah, jangan galau galau gitu, bunda gayatri sampe bingung loh"

"I-iya si, tapi... Duh gimana ya bilangnya"

"Kenapa? Kamu rindu, hmm?" Fatma menatap aleyah lekat lekat.
Bukannya menjawab, aleyah malah menyernyih tanpa dosa.

"Tau dehh yang mau nikah mahh. Udah ah, mending kamu mandi, terus kita jalan jalan"
"Oke. Eh iya, nanti bantu aku cari properti buat kamar ku di rumah baru ya hehe"

"Siap nyonya kapten"

Aleyah akan pindah ke perumahan pondok indah Jakarta selatan. Karena 3 tahun lagi ayahnya akan pensiun dan rumah itu akan di tempati oleh penghuni baru.

Setelah selesai dengan ritual membersihkan badannya, aleyah sudah siap dengan pakaian kasual nya. Tak begitu feminim namun tetap anggun di pandang mata.

"Yuk" ucap nya setelah tiba di ruang tamu.
"Eh tapi saya gak bisa ikut, saya hanya mengantar fatma ke sini tadi" sambung fachri.
"Oohh begitu, yasudah. Aku pinjam mobil bunda dulu ya"
Fachri dan fatma mengangguk.

Aleyah berjalan menuju taman belakang di mana bundanya berada.

"Bunda gayatrii" aleyah sedikit berteriak.
"Ada apak nak? Sudah mau keluar kamar nih?" Ujar gayatri sambil mengangkat jemuran yang sudah kering.

A soldier's sincerityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang