Mereka yang bersenang senang, setelah mematahkan apa yang Tuhan cipta
✨✨✨
Hari ini seperti yang dikatakan Mantikei, Aleya dan Kinara hanya berdua untuk berkeliling hutan ini, bersama dengan Gumantar, Sanja, dan Intan tanpa Abi dikarenakan dia sedang ada tugas."Kok gua ga liat harimau sih?- eh maksud nya aku" ucap Kinara, ia sangat kesal kadang dengan keteledoran nya.
Gumantar pun terkekeh "kalau lebih nyaman menggunakan bahasa itu tak apa" ucapnya
Kinara pun terdiam, sedetik kemudian ia terkekeh "maaf ya, kebiasaan"
Gumantar pun mengaguk sembari tersenyum simpul, Kinara pun terhenyak menatap senyum simpul itu dengan lesung Pipit nya yang membuat siapa saja bisa jatuh, namun seketika Kinara sadar dan memalingkan wajah nya
Aleya yang sadar akan apa yang terjadi, dan bagaimana cara Sanja menatap Kinara itu membuat Aleya mengerti akan situasi ini.
"Kalau begitu kita lanjutkan perjalanan yah" ucap intan, yang di anguki oleh semuah nya
Kaki terus melangkah, melihat sekeliling apa yang baru saja dilewati
Tiba tiba hidung mereka serasa diliputi oleh hawa yang membuat mereka sesak, asap dari sesuatu yang terbakar membuat siapa saja merasakan perih di hidung dan mata
Aleya pun mengibas ngibaskan tanggan nya, menghalau udara yang akan masuk kedalam pernafasan nya, begitu pun Kinara, Gumantar, intan namun Sanja masih dengan pandangan datar nya.
"Bau kebakaran hutan dimana ini?" Tanya Aleya
"Iyaa, bau terbakar nya sampe buat mata pedih karna Asep nya" timpal Kinara
"Bukan bau terbakar, tapi dibakar" ucap Gumantar
Seketika Aleya dan Kinara pun membulatkan matanya terkejut "kenapa dibakar?" Tanya Kinara
"Untuk pembebasan lahan" ucap intan
"Tuo sedang ada rencana membangun apa memang?" Tanya Kinara
Hening sejenak, namun sedetik kemudian "kenapa harus dibakar?, Udara disini segar lho padahal" ucap aleya
"Baba ku adalah nyawa hutan disini, jika hutan dibakar oleh dia sama saja dia bunuh diri" ucap Sanja
"Bukan Tuo yang melakukan nya, tapi mereka para buruh dari kota, untuk peluasaan hutan kelapa sawit" ucap Gumantar
"Lalu mengapa kalian diam saja?, Melihat itu semuah?, Di tanah kalian sendiri" Tanya Aleya
Gumantar pun terkekeh "ini memang tanah kami, tapi yang berkuasa ialah orang punya kendali di kantung nya"
"Kamu pasti lebih tau apa yang kami tak tau" ucap Sanja dengan nada dingin nya
Intan pun berdehem, rasanya atmosfer disini sangat tak nyaman melihat keadaan situasi masing masing "bagaimana kalau kita melanjutkan perjalanan?"
Kinara pun mengaguk, namun Aleya masih banyak beribu pertanyaan di otak nya.
Mereka pun melangkahkan kaki nya, memasuki desa.
Melihat rumah rumah sederhana, anak anak yang berlarian, walaupun tidak mengunakan alas kaki dan berlari tanpa beban
Aleya pun terhenyak seketika, malu rasanya melihat anak anak itu hidup nya jauh lebih baik, dan bagaimana tiap hari ia mempertanyakan tentang takdir nya?, Padahal dimana bisa di bandingkan kehidupan Aleya yang penuh dengan kesempurnaan, dibanding anak anak ini berlari tanpa alas kaki, rumah seadanya dan masih bisa tersenyum, rasanya kini ia lupa untuk berkat Tuhan yang seharus nya ia syukuri.
KAMU SEDANG MEMBACA
REMINISCENE; squel Of Adrian & Aleya (?)
Ficção Adolescente/COMPLETED✓/ -"But it turns out that when you left, I felt like half of me was missing. awan kita sudah membendung menjadi satu, tinggal menunggu yang mana yang akan muncul; storm, or rainbow We are ever happy enough that is remembered"...