2. Aku Ingin Hidup

7.9K 791 42
                                    

Jungkook menatap jendela ruang rawatnya. Selain kakinya yang masih kehilangan fungsi untuk berjalan, Jungkook merasa selebihnya baik-baik saja. Entah kenapa dirinya belum juga dipersilakan untuk pulang. Semalam ia tertidur dengan Yoongi yang terus menggenggam tangannya. Ada sebersit rasa bersalah yang bersarang di hatinya. Mungkinkah dia terlalu egois?

Ia menghela napas. Lantas atensinya teralih ketika tiba-tiba Lisa sudah berdiri di hadapannya. Sedikit terkejut lantaran Jungkook tidak mendengar suara pintu yang terbuka.

"Melamun?"

"Tidak, hanya memikirkan sesuatu. Dan, sejak kapan kau ada disini?" Jungkook mengernyit.

"Baru saja. Aku memanggilmu tapi kau sama sekali tidak menjawab, sepertinya jendelamu lebih menarik daripada aku." Ia terkekeh.

"Ah, maaf."

"Tidak, tidak, jangan meminta maaf. Aku kemari untuk mencari teman. Rasanya aku sedikit kesepian disini." Lisa duduk di kursi yang ada di dekat ranjang, menumpukan kepala di atas kedua tangan.

"Dari mana kau tahu kamarku?"

"Aku bertanya pada perawat. Dan dia mengantarkanku kemari," ucap Lisa.

Jungkook mengangguk, menatap mata sayu Lisa. Sepertinya gadis itu baru saja bangun dari tidurnya. Poninya berantakan, membuat Jungkook gemas ingin membuatnya semakin berantakan.

"Belum ada satu pun yang menjadi temanku sebelum aku menemukanmu kemarin. Jadi, kau adalah teman pertamaku disini," ucapnya riang.

"Bagaimana bisa? Bukankah banyak sekali orang disini?"

Lisa mengedikkan bahu. "Mereka tidak tertarik berteman denganku. Hanya kau yang mau bicara padaku."

Jungkook mengernyit, sedikit tidak paham. Bagaimana bisa ada yang tidak tertarik berteman dengan gadis yang kehadirannya membawa aura positif seperti Lisa? Jungkook saja langsung terpana dalam pertemuan pertama mereka.

"Lisa, boleh tidak aku tahu apa yang menyebabkanmu ada disini?"

"Sudah kubilang, aku sakit."

"Sakit apa?"

Lisa menghela napas. "Tidak tahu. Aku merasa seluruh tubuhku sakit semua. Seolah tulang-tulangku akan remuk bahkan hanya dengan usapan tangan."

"Bagaimana kau bisa berakhir di tempat ini?"

"Aku tidak tahu, aku tidak ingat apapun. Kepalaku sakit setiap kali mengingatnya."

"Ya sudah, jangan dipaksakan. Jalani saja apa yang ada di hadapanmu sekarang."

Lisa bangkit dari posisinya, membenarkan poninya, lantas berdiri di depan jendela. Menatap pemandangan yang sama dengan yang ditatap Jungkook beberapa menit yang lalu.

"Apa cita-citamu?" Lisa bertanya.

"Pemain basket. Tapi dengan kondisiku yang sekarang, mungkin akan sedikit lebih lama," jawab Jungkook.

Lisa menoleh. "Apa itu permanen?"

"Tidak. Rutin terapi akan membuatku bisa berjalan lagi suatu hari nanti."

"Kalau begitu, jangan menyerah. Mimpi itu ada untuk dikejar, bukan ditinggalkan. Jadilah pemain basket yang hebat, lalu pamerkan medalimu padaku."

"Tentu saja. Kau sendiri bagaimana? Apa cita-citamu?"

Sejenak Lisa hanya terdiam, menatap kosong pemandangan di hadapannya.

"Hidup. Aku ingin terus hidup dan bahagia. Mengobrol denganmu, bermain, tertawa."

Reason || Lizkook ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang