11. Kilas Balik Lalisa

5.1K 635 27
                                    

Jungkook memijat pelipisnya. Penjelasan yang diterimanya dari Jisoo beberapa jam yang lalu masih terngiang di kepalanya. Inginnya Jungkook percaya kalau Lisa sudah tertidur selama enam bulan disini, tapi mengingat bagaimana pertemanannya dengan gadis itu membuat Jungkook mau tidak mau tetap harus berpikir keras.

Kim Jisoo, sulung dari empat bersaudara. Dua adik bungsunya adalah saudara kembar. Kim Lalisa dan Kim Chaeyoung. Lahir dari keluarga bahagia, orangtua yang mencintai anaknya lebih dari apapun yang ada di muka bumi.

Hingga usia Jisoo menginjak dua puluh dua tahun, gambaran keluarga harmonis itu lenyap begitu saja. Orangtua mereka jadi lebih sering bertengkar. Dimulai dari pertengkaran kecil, yang kemudian berujung perpisahan.

Sang ibu membawa Jennie dan Chaeyoung bersamanya, meninggalkan Jisoo dan Lisa bersama ayahnya. Jisoo pikir, semuanya akan membaik seiring waktu berjalan meski Lisa kerap menangis merindukan kakak-kakaknya.

Tapi rupanya kalimat baik-baik saja seolah tidak pernah lagi hadir di antara mereka. Sang ayah justru lebih sering pulang malam. Pulang dalam keadaan mabuk dan membawa wanita yang berbeda setiap harinya. Lebih buruknya, laki-laki itu juga kerap memukul Jisoo dan Lisa tanpa alasan. Mengatakan bahwa merekalah penyebab perceraiannya.

Jisoo masih duduk di bangku kuliah kala itu. Berusaha keras mendapatkan biaya kuliah bagaimanapun caranya, juga dengan keterbatasan waktu dan tenaga itu berusaha mencari keberadaan ibu dan dua adiknya. Seringkali Jisoo pulang dan mendapati Lisa berdiam diri di sudut ruangan dengan lebam di sekujur tubuh. Jisoo menangis, seolah merasakan sakit yang dialami adiknya. Semakin giat lagi belajar agar segera lulus tepat waktu dan membawa adiknya pergi dari neraka itu.

Di hari wisudanya, Lisa datang. Anak itu datang dengan jaket yang menutup seluruh tubuhnya. Jisoo hampir menangis melihatnya. Lisa menutupi semua lukanya dengan jaket, masker, dan topi. Bertepuk tangan dan memeluk Jisoo kala kakaknya itu menghambur ke arahnya.

Jisoo berhasil mendapatkan pekerjaan setelahnya. Di rumah sakit yang sampai kini masih menjadi rumah keduanya. Bekerja siang malam demi mengumpulkan uang untuk menyewa apartment.

Hingga hari itu datang. Hari dimana pada akhirnya Jisoo bisa menyewa sebuah apartment untuknya dan Lisa. Hari dimana Jisoo pulang dengan kaki gemetar. Hari dimana Jisoo mendapati ayahnya diseret oleh aparat. Lisanya ada disana, berdiri dengan sekujur tubuh yang penuh luka. Darah dimana-mana, lebam menghiasi wajahnya. Lisanya lelah. Lisanya melaporkan ayahnya sendiri setelah sekian tahun hanya diam.

Malam itu, di keremangan purnama, Jisoo seolah tidak lagi mengenali adiknya. Kakinya melangkah mendekat, tapi justru Lisa melangkah mundur menjauhinya. Lisa berlari, mengabaikan Jisoo yang terus meneriakkan namanya. Langkahnya membawa ia ke sungai Han. Dengan gilanya gadis itu naik ke pembatas, mengancam akan melompat jika Jisoo mendekat.

"Lalisa! Turunlah! Apa yang kau lakukan disana?! Turunlah, Kakak sudah menyewa apartment untuk kita berdua! Kim Lalisa! Dengarkan Kakak!"

"Aku bukan Kim Lalisa lagi, Kak. Aku Lalisa Manoban. Kim Lalisa sudah mati. Jangan mendekat, aku akan melompat. Selamat tinggal. Sampaikan maafku pada Ibu, Kak Jennie, dan Chaeyoung jika nanti Kakak bertemu dengan mereka. Aku menyayangi kalian."

Dan bertepatan dengan itu, Lisa melepaskan pegangannya dari besi pembatas. Sempurna terjun dari ketinggian, meninggalkan Jisoo yang kalap menghubungi Tim SAR dan polisi. Jisoo hancur malam itu. Kehadirannya bahkan tidak mampu membuat Lisa tetap bertahan. Kalau sampai sungai Han merenggut nyawa adiknya malam itu, Jisoo tanpa pikir panjang akan ikut melompat. Biar sekalian. Biar dia bisa memeluk adiknya disana.

Beruntungnya pencarian membuahkan hasil. Lisa masih bernapas, jantungnya masih berdetak meski teramat lemah. Jisoo bahkan selalu menggenggam jemari Lisa sepanjang perjalanan menuju rumah sakit. Merapalkan doa-doa. Meski Lalisanya tidak membuka mata hingga enam bulan lamanya.

Jungkook memejamkan matanya. Penjelasan panjang dari Jisoo itu membuat Jungkook ikut meneteskan air matanya. Ikut merasakan bagaimana putus asanya Lisa kala itu.

Masih asyik dengan lamunannya, Jungkook dikejutkan ketika pintu kamarnya tiba-tiba terbuka. Menampilkan sosok Min Yoongi bersama perempuan di belakangnya. Itu adik tirinya, Min Yoonji. Jungkook mengernyit ketika Yoonji sedari tadi hanya menundukkan kepalanya.

"Yoonji?" panggilnya.

Yoonji diam saja. Tidak menoleh, tidak pula menyahut. Membuat Jungkook menatap Yoongi untuk meminta penjelasan.

"Angkat kepalamu, Yoonji. Tidak apa-apa." Suara lembut Yoongi nyatanya mampu membuat Yoonji menuruti ucapannya.

Jungkook membelalak ketika didapatinya wajah Yoonji yang lebam, meski sepertinya baru saja diobati.

"Kau kenapa? Bertengkar dengan temanmu atau bagaimana?" Jungkook tidak bisa menyembunyikan kekhawatiran dari suaranya.

"A-aku tidak apa-apa. Hanya kecelakaan kecil."

"Jangan berbohong! Kak, ada apa dengannya? Yoonji, kemarilah. Katakan padaku siapa yang melakukan ini padamu."

Yoonji melirik Yoongi, melangkah mendekati Jungkook saat mendapati anggukan dari Yoongi.

"I-ibu yang memukulku," lirihnya.

Jungkook sempurna membeku. Apalagi ini? Baru saja dia mendengar pengakuan kekerasan rumah tangga dari Jisoo, dan sekarang malah dihadapkan pada hal yang serupa? Bisa gila Jungkook lama-lama. Beruntungnya Jungkook memiliki penguasaan diri yang baik. Tidak seperti Yoongi yang gampang panik.

"Seberapa sering Bibi melakukannya padamu?"

"Hampir setiap hari."

Jungkook menghela napas. Jungkook tumbuh di lingkup keluarga dengan kasih sayang melimpah. Teman-teman yang baik, hyung yang menyayanginya, dan segala hal-hal baik sepanjang hidupnya. Jadi dia tidak habis pikir bagaimana seorang ibu tega memukuli anaknya hampir setiap hari. Apalagi Yoonji adalah perempuan.

"Kak Yoongi sudah tahu?" Jungkook mengalihkan pandangannya pada Yoongi.

Yoongi mengangguk. "Ya, aku tahu. Itulah kenapa aku sering meninggalkanmu untuknya."

Lagi-lagi Jungkook menghela napas untuk yang kesekian kalinya dalam sehari. Sedikit merasa bersalah karena ternyata dugaannya selama ini sepertinya keliru.

"Tinggallah disini malam ini."

****

Hoseok menatap laptop yang kini menampilkan rekaman CCTV tiga tahun yang lalu. Rekaman CCTV yang mungkin akan berguna untuknya. Rekaman yang terus diputarnya berulang-ulang selama seminggu terakhir.

Di tangan kanannya juga tergenggam flashdisk berisi rekaman CCTV rumah sakit pada malam dimana Jungkook diserang. Hoseok mengacak rambutnya frustasi. Seberapa seringnya dia memutar dua rekaman itu, kenapa seolah tidak ada titik terang untuknya? Ditambah lagi berkas-berkas tentang Yoonji yang masih berserak di meja kerjanya.

Hoseok mengambil risiko untuk menolak semua job yang datang padanya hanya untuk menyelesaikan seluruh kasus milik Yoongi. Kendati Yoongi tidak pernah meminta Hoseok bekerja secepatnya, tapi Hoseok tidak bisa menyepelekan segala hal yang berhubungan dengan keluarga Min.

Laki-laki itu punya pemikiran yang sama dengan Seokjin. Bahwa Tuan Min tidak akan melakukan hal serendah itu. Berkhianat pada istrinya? Yang benar saja! Dan kasus kematian pasangan suami istri itu, terlalu ganjil bagi orang segenius Hoseok. Penyelidikannya ditutup begitu cepat. Hoseok yakin, ada sesuatu dibalik semua ini. Ada benang merah yang tersambung satu sama lain.

____

Hai :)

Harusnya aku update siang nanti. Tapi karena ini adalah hari terakhirku #dirumahaja, jadi aku publish sekarang.

Untuk permasalahan pertama, kuanggap udah clear. Udah selesai. Udah jelas. Tentang apa yang terjadi sama Lisa udah kebongkar. Aku bisa tidur nyenyak malam ini.

Karena Lisa udah selesai, mari kita berlanjut ke masalah yang selanjutnya. Iya, emang aku cari-cari masalah terus kayaknya di cerita ini 😂.

Dah, ya. Selamat berhaluu.

Salam sayang,
-Za (gebetannya Jimin)

Reason || Lizkook ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang