Ruangan besar itu lengang, menyisakan Jungkook dengan kanvas di hadapannya, juga palet dan cat air di kedua tangannya. Sepulangnya dari rumah sakit, Jungkook langsung menagih janji Yoongi untuk membelikannya perlengkapan melukis.
Jungkook itu suka melukis sejak kecil, sementara Yoongi memilih musik sebagai pelariannya.
"Apa yang kau lukis?"
Jungkook terkejut, mencebik malas pada Yoongi yang tiba-tiba membuka pintu.
"Di situ ada pintu, Kak, bisa tidak mengetuk dulu?" dengusnya.
"Kalau bisa langsung masuk, kenapa harus mengetuk? Senang sekali mempersulit diri," balasnya.
Jungkook ingin mengumpat sebenarnya, tapi masih sayang. Jadilah dia hanya memutar matanya, membiarkan Yoongi mendekat dan melihat sendiri hasil karyanya.
"Bukannya itu Lisa?" tanya Yoongi.
Jungkook menoleh, menghentikan kegiatannya. "Kok kau sudah tahu? Memangnya sudah pernah bertemu?"
Yoongi mengangguk mantap, memasukkan kedua tangannya ke saku celana. "Sudah. Kemarin Kak Seokjin mengajakku kesana. Cantik. Pantas saja kau tergila-gila."
"Benar, kan, Kak. Cantik sekali memang calon adik iparmu itu," ucap Jungkook bangga.
"Sayangnya, secantik itu memangnya mau denganmu?"
"Kak, jangan memulai masalah pagi-pagi."
Yoongi tertawa. Jungkooknya sudah besar sekarang. Sedikitnya ada rasa tidak rela melihat Jungkook semakin dewasa. Inginnya Jungkook selalu kecil agar Yoongi bisa menggendongnya kemana-mana, memamerkannya pada teman-teman. Meski setelahnya Jungkook akan merajuk sepanjang sore karena pipinya jadi bahan rebutan, dan Yoongi harus membujuknya dengan permen kapas.
"Kak, kalau kita bantu Lisa bagaimana?"
"Membantu apa?"
"Bantu mencari kakaknya yang lain. Taehyung dan Jimin jago melacak, aku yakin mereka berdua bisa diandalkan," ucapnya.
"Kau yakin?"
Jungkook mengangguk.
"Ya sudah, aku akan bicara pada Kak Seokjin, siapa tahu dia bisa menggali informasi dari Dokter Jisoo."
Jungkook meletakkan kuasnya, memeluk Yoongi erat sekali.
"Aku menyayangimu, Kak, sangat."
Yoongi tersenyum, mengusap surai Jungkook dengan sayang. Sedewasa apapun, Jungkook tetaplah adik kecil kesayangannya.
****
"Kenapa kau kembali ke rumah ini?! Kubilang kau harusnya tinggal dengan mereka, bukan denganku!"
Yoonji menghempaskan tubuhnya di sofa. "Aku tidak mau. Mereka punya kehidupannya sendiri, aku tidak ingin jadi perusak."
Hanna menggeram, mencengkeram kerah kemeja Yoonji hingga anak itu sempurna berdiri di hadapannya.
"Kenapa kau tidak pernah mendengarkanku sekali saja, hah?! Aku ini masih ibumu kalau kau lupa!"
"Sebenarnya apa masalahmu, Bu? Aku tidak keberatan kalau harus hidup denganmu saja, tapi kenapa kau memaksaku mengusik ketenangan mereka? Siapa yang tidak mendengarkan siapa disini? Aku, atau Ibu?" Yoonji meluruh, melepaskan cengkeraman Hanna yang sewaktu-waktu bisa saja mencekiknya.
"Aku sedang berusaha memberimu kehidupan yang layak, tidakkah kau sadar perjuanganku? Tidakkah kau lihat kalau aku sudah lelah menghidupimu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Reason || Lizkook ✔
Fiksi PenggemarBagi Jungkook, Lisa sesederhana angin yang berhembus. Pembawa ketenangan. Pembawa kesejukan. Dan bagi Lisa, pertemuannya dengan Jungkook seperti oase di padang pasir. Memberikannya alasan untuk bertahan. Lisa yakin, setiap hal punya alasannya masing...