Play mulmednya ya guys..
.
.
.
.
.Pekae mematut dirinya sendiri di depan cermin. Dua koper besar sudah tersusun rapi di dekat pintu masuk. Ibu empat anak itu menghela napasnya, menetralkan degup jantungnya yang meliar. Sebentar lagi. Sebentar lagi dia akan bertemu dengan sulung dan bungsunya. Sebentar lagi dia akan melepas rindu pada kedua putrinya.
Lantas kakinya ia ajak melangkah menyambangi kamar Jennie. Menatap Jennie yang tengah memeluk Chaeyoung. Anak itu sudah terisak bahkan sebelum dipertemukan dengan kembarannya.
Mungkin benar kata orang, anak kembar hanya memiliki satu hati untuk dibagi berdua. Itu sudah Pekae buktikan sendiri. Tidak ada hari tanpa Chaeyoung mengigau nama Lisa di setiap tidurnya. Serindu apapun dia pada Lisa, Pekae yakin Chaeyoung-lah yang paling merindu.
Pekae jelas masih ingat ketika hendak membawa Jennie dan Chaeyoung pergi. Anak itu menggenggam erat tangan Lisa, enggan melepaskannya. Marah-marah ketika dipaksa ikut pergi. Inginnya membawa Lisa juga bersamanya, tapi sang ayah lebih kuat melepas tautan tangan keduanya. Membawa Jisoo dan Lisa masuk ke dalam rumah. Menutup telinga pada isakan Chaeyoung yang memilukan.
"Sudah siap?" Pekae mendekat, mengusap sayang puncak kepala Chaeyoung.
Chaeyoung mengangguk. "Kenapa tidak dari dulu saja, Bu? Kenapa adikku harus melewati masa-masa sulit dan aku sama sekali tidak ada disana untuk membantunya? Apa dia akan mengampuniku?"
"Ini semua salah Ibu, Nak. Ibu yang terlalu pengecut untuk membawa kakak dan adikmu bersama Ibu. Kalau ada yang tidak terampuni, itu pasti Ibu, bukan dirimu."
Chaeyoung beralih, tenggelam pada pelukan sang ibu dan terisak disana. Membayangkan Lisa mengalami masa-masa sulit sungguh membuat hatinya seperti dihujami dengan belati. Sudah sakit, sesak pula.
"Aku ingin memeluknya, aku ingin mengatakan padanya kalau aku rindu. Aku ingin berebut makanan lagi dengannya. Aku tidak bisa, Bu, aku tidak bisa seperti ini terus. Kukira Lisa sudah bahagia, tapi ternyata adikku tidak pernah lagi tersenyum. Aku ingin mengembalikan senyumnya. Aku ingin menggenggam tangannya, seperti dulu."
Pekae yang sedari tadi menahan air matanya, akhirnya tidak kuasa. Cairan bening itu meluncur bebas dari kelopaknya seiring tangannya yang bergerak mengusap surai Chaeyoung. Jennie sudah mengalihkan pandangan. Ikut merasakan sakit yang dirasa Chaeyoung, ikut ditikam rasa bersalah yang sama.
"Jangan menangis, Sayang. Maafkan Ibu yang menyerah terlalu cepat. Lisa membutuhkan kita sekarang. Jangan menangis di hadapannya, ya? Lisa tidak pernah suka saudaranya menangis." Pekae mengusap lelehan air mata Chaeyoung.
Ucapan Pekae sedikit banyak mengantarkan Chaeyoung pada kenangan manisnya bersama Lisa. Duo Upin Ipin itu pernah lupa waktu karena bermain game online seharian, berakhir dengan Jennie yang marah dan membanting ponsel milik Lisa. Membuat Chaeyoung terkejut, lantas bersembunyi di belakang punggung Lisa.
Setelah Jennie pergi, Lisa berbalik memeluk Chaeyoung, mengusap surainya, lantas meminta maaf karena membuat Chaeyoung terkejut dan ketakutan.
Mereka dihukum oleh Jisoo dan Jennie dengan tidak mendapat jatah makan malam. Tapi menjelang tengah malam Lisa mengendap-endap di dapur, mengambil satu cup ramyeon untuk kemudian diberikan pada Chaeyoung agar tidak kelaparan. Sengaja hanya mengambil satu agar Jisoo dan Jennie tidak curiga.
Lisanya semanis itu. Lisanya sepeduli itu. Dan Chaeyoung tidak bisa untuk tidak merasa bersalah ketika dirinya bahkan tak memberi dukungan apapun di masa-masa terburuk yang dialami Lisa.
Deru mobil terdengar di depan flat mereka. Chaeyoung menyeka air matanya, dan Jennie beranjak untuk membuka pintu. Menemukan atensi Seokjin, Taehyung, dan Jimin, beserta dua orang lagi yang belum dikenalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reason || Lizkook ✔
FanficBagi Jungkook, Lisa sesederhana angin yang berhembus. Pembawa ketenangan. Pembawa kesejukan. Dan bagi Lisa, pertemuannya dengan Jungkook seperti oase di padang pasir. Memberikannya alasan untuk bertahan. Lisa yakin, setiap hal punya alasannya masing...