32. End

6.7K 591 57
                                    

Sejak menginjakkan kaki di pintu gereja, Jungkook tidak pernah melepaskan genggaman tangannya pada Lisa, justru semakin di genggam dengan erat seolah Lisa akan hilang begitu saja.

Seulas senyum terpatri di bibirnya, rapalan syukur tak lepas ia kumandangkan dalam hati. Betapa ia begitu bahagia hanya dengan kehadiran Lisa di sisinya.

Mereka sampai di altar gereja. Jungkook melepaskan genggamannya, menatap penuh makna salib di hadapannya. Lantas kedua tangannya ia katupkan di depan dada, menundukkan kepala menghadap Sang Pencipta.

"Tuhan, terima kasih telah memberikanku kesempatan. Terima kasih karena menghadirkan perempuan sepertinya dalam kehidupanku. Jika boleh sekali lagi aku meminta, izinkan aku memilikinya untuk kehidupan sekarang, dan kehidupan-kehidupan selanjutnya."

Semenjak terbangun dari koma tiga bulan yang lalu, Lisa memang butuh waktu untuk kembali pulih, untuk bisa menggerakkan kembali seluruh anggota tubuhnya dengan sempurna. Hingga bisa berdiri disini bersama Jungkook, ikut mengucap syukur pada Tuhannya.

Maka setelah selesai mengutarakan rasa pada Sang Pencipta, Jungkook memiringkan tubuhnya menghadap Lisa, menggenggam kedua telapak tangan Lisa dengan hangat, dengan penuh makna.

"Lisa-ya, aku mungkin tidak bisa memberikanmu dunia. Tidak bisa menjadi sesempurna laki-laki di luaran sana. Tapi aku berani bertaruh bahwa tidak ada yang akan lebih mencintaimu dibandingkan diriku."

Jungkook menarik napas.

"Dengan keadaanku sekarang, aku mungkin tidak bisa melamarmu secara resmi di hadapan keluarga besar. Tapi aku akan mengikatmu disini, di hadapan Tuhan, hanya untuk kita berdua. Aku ingin Tuhan menjadi saksi atas semua janjiku. Biar jika nantinya aku menyakitimu, maka Tuhan akan menghukumku secara langsung."

Lisa terenyuh, ditatapnya lekat mata Jungkook. Mata yang selalu memandangnya penuh arti, mata yang selalu rela terjaga di malam-malam yang dirasa berat oleh gadis itu.

"Aku tidak bisa mengikatmu dengan cincin atau benda apa pun. Aku hanya mampu mengikatmu lewat kata, yang kuucap langsung di hadapan Tuhan. Nanti, lima tahun lagi, aku akan mengulangnya. Tolong tunggu aku, tunggu aku memantaskan diri untuk menemui keluargamu, memintamu menjadi istriku."

"Aku akan menunggu," lirihnya.

Dan hanya dengan kalimat itu, mampu membungkam seluruh keraguan yang sejak tadi membelenggu. Jungkook mengembangkan senyum, terlalu senang atas lontaran kalimat dari gadis di hadapannya. Beringsut mendekat, merapatkan jarak lantas membawa Lisa dalam rengkuhannya. Sekali lagi memanjatkan syukur pada Tuhannya.

"Jungkook," panggil Lisa.

"Ya?" Jungkook mengurai pelukan, ganti menatap mata Lisa yang kini bergerak gelisah.

"Antar aku menemui Ayah," cicitnya.

Jungkook terdiam, sadar betul bahwa Lisa mungkin belum siap menemui ayahnya. Mereka tidak pernah membahas tentang ayah Lisa semenjak tiga bulan yang lalu. Jungkook ingin menjaga perasaan Lisa, dan Lisa juga tidak pernah mengangkat topik tersebut lebih dulu.

"Kau yakin?"

Lisa mengangguk. "Sepertimu yang pada akhirnya menerima Yoonji, seperti itulah aku yang juga harus berdamai dengan diriku. Bukan hanya aku yang menderita, Kak Jisoo juga. Tapi dia mampu memaafkan Ayah, jadi atas dasar apa aku tidak bisa memaafkannya?"

Jungkook mengangguk paham, mengusap puncak kepala Lisa. "Mau pergi sekarang?"

Gadisnya mengangguk, dan tidak ada alasan bagi Jungkook untuk menolak permintaan itu. Jungkook hanya berharap setelah ini hubungan ayah dan anak itu lekas membaik.

Reason || Lizkook ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang