15. Harapan

4.6K 614 40
                                    

Taehyung mengguncang tubuh Jimin dengan brutal, tak peduli kalau temannya itu baru tertidur setengah jam yang lalu. Jimin yang merasa terusik lantas mencebikkan bibirnya pada Taehyung, mendengus malas, meski akhirnya bangun juga.

"Ada apa, sih, Tae? Mengganggu sekali," gerutunya.

"Lihat, Jim!" Taehyung menunjuk layar laptop. "Sinyalnya sudah ketemu! Tapi lokasinya belum terbaca."

Jimin membolakan mata. Taehyung benar, mereka hampir berhasil menemukan keberadaan dua kakak Lisa. Yah, kalau itu akurat, sih. Di dunia yang besar ini, segala sesuatu berpotensi terjadi meski presentasenya 0,01% sekalipun.

"Coba lihat lagi, Tae," perintah Jimin.

Taehyung mendengus. "Kalau bisa juga dari tadi sudah kulakukan. Kau tidak lihat, wifi Kak Yoongi buruk sekali. Entahlah apa dia lupa membayar bulan ini."

"Ya sudah, kalau begitu aku mau tidur lagi," ucap Jimin.

"Hei, bagaimana bisa?!"

"Kenapa tidak bisa? Aku mengantuk, dan obatnya adalah tidur. Bagian mana yang salah dalam ucapanku?"

"Lalu ini bagaimana?" Taehyung menunjuk laptop.

"Sinyalnya sudah ketemu, kan? Yasudah, tidak akan hilang, kok. Tidur saja dulu."

Taehyung menatap malas, meski akhirnya ikut merebahkan diri disamping Jimin.

****

Yoonji meremas roknya gelisah. Menatap Jungkook yang kini memandang lurus kepadanya. Yoonji tahu, Jungkook masih canggung padanya, dan Yoonji pun juga begitu. Tapi mereka harus bicara. Kalaupun bukan sebagai adik-kakak, mereka harus bicara sebagai teman.

"Yoonji ... sebenarnya, aku ... ah bagaimana mengatakannya. Aku berpikir untuk memperbaiki semuanya," ucap Jungkook. "Semua perlakuanku padamu. Kurasa kita bisa mulai menjadi saudara yang baik?"

Yoonji melangkah, berjongkok demi menyamakan posisinya dengan Jungkook. "Kau tidak perlu seperti itu, Kak. Tidak perlu terlalu cepat menganggapku adikmu. Aku tahu, itu terlalu berat untukmu, kan? Aku tidak memaksa."

"Tapi tidak ada unsur keterpaksaan disini." Jungkook menyanggah, membuat Yoonji menunduk.

"Tidak. Aku tahu, kau belum bisa sepenuhnya menerima, karena akupun sama. Menerima kalau kau dan Yoongi oppa adalah kakakku itu juga bukan perkara mudah. Kita sama-sama sedang berusaha, sedang menata. Jadi, mari lakukan pelan-pelan. Mari berteman, seperti yang kulakukan dengan Kak Yoongi."

"Kenapa? Bukankah lebih menyakitkan untukmu?"

"Tidak ada yang lebih sakit dari hidupku. Jadi, bagiku semua itu sama saja. Kita berteman saja. Aku tidak bisa menjamin kalau aku tidak akan menyakiti kalian suatu hari nanti. Kalaupun itu sampai terjadi, akan lebih mudah bagi kalian untuk membenciku karena aku hanya teman," ujarnya.

Jungkook mendengus. "Kenapa ini terdengar seperti kau menolak cintaku, huh?"

Yoonji tertawa, begitu juga Jungkook. Hati mereka terasa lebih ringan setelah perbincangan yang menguras tenaga itu.

Yoonji mengulurkan tangan. "Berteman denganku?"

"Ya, kita berteman." Jungkook menyambut uluran tangan Yoonji. Matanya membulat kala tak sengaja mendapati goresan yang menyembul dari sweater Yoonji. "Hei, tanganmu kenapa?!"

Reason || Lizkook ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang