Pemuda itu duduk di taman rumah sakit. Berbekal sebuah headset dan ponsel pintar. Surai hitamnya bergerak-gerak mengikuti angin, juga matanya yang terpejam. Semilir angin dan lantunan melodi yang mengalun di telinganya adalah perpaduan indah.
Perlahan matanya terbuka saat dirasakan sebuah pergerakan di sampingnya. Dan benar saja, pemandangan pertama yang dilihatnya adalah seorang wanita cantik bersurai cokelat yang tersenyum manis padanya. Mata bulatnya bersinar, meski sedikit redup. Bibirnya agak pucat, namun sama sekali tidak mengurangi indah wajahnya. Pemuda itu terpana sejenak sebelum akhirnya dapat menguasai diri.
Tangannya terjulur, hendak melepaskan headset di telinganya. Namun tangan halus si perempuan justru menahannya.
"Tidak perlu dilepas, matikan saja musikmu."
Itu yang ia tangkap dari gerakan bibir si perempuan. Lantas entah dasar apa ia mengikutinya. Mematikan musik, dan membiarkan penyumpal telinga itu tetap menggantung di tempatnya.
"Aku Lisa. Lalisa Manoban. Dan kau?"
"Jungkook. Min Jungkook."
"Ah, nama yang bagus. Aku jarang menemukan seseorang dengan marga Min di Korea," ucap Lisa.
Dan pemuda itu—Jungkook—terhanyut dengan suaranya yang begitu lembut. Mengalahkan seluruh melodi indah yang pernah didengarnya. Suara Lisa seolah candu baginya meski ia baru mendengarnya untuk pertama kali.
"Kenapa kau bisa di sini?" Lisa menoleh, bertanya pada Jungkook yang sedari tadi tidak melepaskan pandangan darinya.
"Kecelakaan. Aku baru sadar dari koma dua hari yang lalu," jawab Jungkook.
"Ah, begitu. Berapa lama kau koma?"
Jungkook mengedikkan bahu, "Hyungku bilang, dua bulan."
Mata Lisa membola, "Separah itu? Apa yang kau mimpikan hingga betah sekali tidur?"
"Dua buah tulang rusuk yang patah, juga kehilangan kemampuanku berjalan. Dan aku bertemu ibuku disana. Mimpiku indah, karenanya aku enggan bangun. Jika saja Kak Yoongi tidak terus memanggil namaku, aku pasti akan memilih ikut dengan Ibu saja."
Jungkook cukup terkejut, tidak biasanya dia akan sebanyak ini bicara dengan orang yang baru dikenalnya. Ia menolehkan kepala, menatap Lisa yang juga menatapnya. Gadis itu memberikan senyuman yang kelewat manis. Membuat siapapun yang melihatnya akan merasa enggan berpaling.
"Kau ingin ikut dengan ibumu, Jungkook-ssi?"
Jungkook mengalihkan tatapannya, "Aku tidak tahu. Rasanya antara iya dan tidak."
Jungkook terkejut ketika jemari pucat Lisa menyentuh tangannya. "Aku mungkin tidak mengerti banyak hal. Tapi segala hal tetap ada alasannya, kan? Ada alasan kenapa kau dipertemukan dengan ibumu di dalam mimpi, dan ada alasan kenapa Tuhan tetap membangunkanmu."
"Ya, anggap saja begitu. Sekarang giliranku bertanya, kenapa kau ada disini?"
"Aku sakit."
Jungkook mendengus, "Tanpa kau bilang begitu pun aku juga sudah tahu."
Lisa terkekeh, tawanya terdengar begitu renyah, dan Jungkook suka mendengarnya. Entahlah, di pertemuan pertama ini, sudah berapa banyak pesona Lisa yang tidak bisa Jungkook abaikan. Perempuan di sampingnya ini benar-benar sesuatu.
"Aku sedang berjuang untuk hidup dan matiku. Suatu hari kau akan tahu. Kita memang baru saja mengenal, tapi bisakah kau mendoakanku? Aku hanya bisa meminta tolong padamu."
Tatapan penuh pengharapan itu. Bagaimana Jungkook bisa menolaknya? Dan pada akhirnya ia mengangguk. Benar-benar mengangguk disertai tekad untuk menunaikan janji pada gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reason || Lizkook ✔
FanficBagi Jungkook, Lisa sesederhana angin yang berhembus. Pembawa ketenangan. Pembawa kesejukan. Dan bagi Lisa, pertemuannya dengan Jungkook seperti oase di padang pasir. Memberikannya alasan untuk bertahan. Lisa yakin, setiap hal punya alasannya masing...