16. Dengarlah Ceritaku, Kak

4.5K 634 43
                                    

Jisoo tersenyum menyambut kedatangan Jungkook. Lebih melebarkan lagi senyumnya kala mendapati presensi Seokjin yang turut serta. Entah bagaimana Jisoo dan Seokjin jadi semakin dekat hingga Jisoo mau-mau saja menerima ajakan Seokjin untuk berkencan. Melupakan fakta bahwa Kim Namjoon di sebelahnya itu juga pernah mengutarakan perasaannya, namun ditolak dengan halus oleh Jisoo.

"Kak, setelah ini bolehkah kami menemui Lisa? Aku ingin mengenalkan Yoonji padanya," tanya Jungkook.

Jisoo melirik Yoonji yang berada di samping Yoongi. Dua manusia berkulit pucat yang berdiri bersisian. Jisoo hampir tidak bisa membedakan keduanya dengan dinding rumah sakit.

"Boleh saja. Atau kalian mau menjenguk duluan?"

"Ya, mereka duluan saja. Aku akan menemui Lisa nanti setelah terapi," ucap Jungkook.

"Aku yang akan mengantar mereka." Seokjin mengambil alih ketika Jisoo hendak berdiri.

Jisoo mempersilakan, lanjut berdiri untuk menghampiri Jungkook, membiarkan Seokjin mengantar Yoongi dan yang lainnya ke kamar Lisa.

"Kak," panggil Jungkook.

Jisoo menoleh. "Ya, Jungkook?"

"Kami akan membantu sebisa kami," ucapnya.

Wanita itu mengulas senyum terbaiknya, mengusak rambut Jungkook pelan.

"Terima kasih. Aku tidak memaksa, berhentilah kalau kalian lelah. Ini adalah tanggung jawabku sebagai kakaknya."

"Kami akan berjuang bersama untuk Lisa, untuk kalian."

"Sekali lagi, terima kasih."

****

Lisa terbangun ketika suara-suara mengusik gendang telinganya. Hampir terlonjak ketika melihat sosok perempuan berambut sebahu yang sekarang duduk di sebelahnya. Lalu netranya memindai sekeliling ruangan. Menghembuskan napas lega kala mendapati presensi Seokjin dan Yoongi disana. Setidaknya, ada orang yang dikenalnya di antara beberapa orang-orang aneh ini.

"Lisa, aku membawa teman-teman Jungkook. Mereka ingin berkenalan denganmu," ucap Seokjin.

Lisa melihat sekeliling, menatap satu-satu teman Jungkook yang dibawa Seokjin. Atensinya penuh pada perempuan di sampingnya yang sedari tadi menunduk.

"Wah, kenapa bisa cantik sekali padahal sedang tidur?" Itu suara Taehyung. Lisa mengalihkan pandangannya pada pemuda pemilik senyum kotak itu.

"Kemarin kau menggoda Yoonji, sekarang mau menggoda Lisa? Kenapa kau berbakat jadi buaya?"

Lisa tak mampu menahan tawanya mendengar ucapan Yoongi. Menurutnya, Yoongi itu pendiam, tapi sekalinya bicara pedas sekali.

"Kak, aku ini bicara apa adanya. Kenapa dibilang buaya?" protes Taehyung tak terima. "Jimin, bela aku!"

"Tidak mau. Kan memang benar yang dibilang Kak Yoongi," balasnya cuek.

Oh, itu Jimin. Pemuda bersurai pirang dengan mata sipit dan pipi tembam. Ah, Lisa jadi teringat Chaeyoung kalau begini. Jimin terlihat mirip dengan Chaeyoung jika dilihat sekilas. Apalagi pipinya. Benar-benar duo mochi.

"Dan aku membawa Yoonji juga, adiknya Jungkook," ujar Seokjin.

Hm, Lisa mengerti sekarang. Perempuan di sampingnya ini adalah Yoonji yang pernah diceritakan Jungkook. Tapi kalau dia ada disini, berarti hubungan Jungkook dan Yoonji sudah membaik? Atau Jungkook sudah bisa menerima kalau Yoonji adiknya?

"Tidak, aku juga temannya," sanggah Yoonji.

Lisa mengernyit, semakin memperhatikan Yoonji yang sedari tadi terus menunduk, seolah ada beban berat yang tengah ditanggung gadis itu.

Sesekali Yoonji melirik Lisa yang tengah terbaring. Perasaannya kacau. Yoonji sedikit banyak tahu tentang Lisa karena Yoongi semalam memberitahunya. Andai Lisa tidak sedang koma, Yoonji ingin sekali bercerita banyak hal pada gadis itu. Dalam sekali lihat, Yoonji yakin Lisa adalah pendengar yang baik.

Lantas mereka terlarut dalam suasana yang mereka ciptakan sendiri. Berbicara seolah Lisa bergabung di tengah-tengah mereka kendati memang benar demikian.

Kemudian atensi mereka teralih ketika pintu ruangan Lisa terbuka, menampilkan Jungkook dan Jisoo yang baru selesai melakukan terapi. Dengan kesadaran diri, mereka pergi, membiarkan Jungkook di dalam bersama Lisa.

Lisa tersenyum, mendekati pemuda itu. "Aku berkenalan dengan teman-temanmu."

"Bagus. Mereka baik, kan?"

"Ya, mereka terlihat baik. Tapi aku penasaran dengan Yoonji. Sejak tadi dia diam, hanya menyahut sesekali itupun jika Kak Yoongi atau Kak Seokjin yang bertanya. Apa dia sedang ada masalah?"

Jungkook menghembuskan napasnya. "Aku tidak tahu, Lisa. Yoonji memang tidak terbaca. Mungkin memang dia pendiam? Atau entahlah."

"Kook," panggil Lisa.

"Ya, Sayang?"

Lisa berdecak, membuat Jungkook meloloskan kekehan kecil. "Aku sedang serius."

"Iya, baiklah. Kenapa?"

"Apa kau benar-benar sedang membantuku?"

Jungkook mengangguk mantap. "Ya. Kau tahu Jimin dan Taehyung? Aku meminta mereka melacak dua kakakmu. Mereka bisa diandalkan, sebentar lagi kalian pasti akan bertemu."

Lisa menerawang, dan Jungkook mengambil kesempatan itu untuk meraih jemari Lisa. "Jangan khawatir, Lisa. Kami sedang berjuang untukmu, jadi berjuanglah juga untuk kami. Bangunlah, biar kita rasakan sama-sama hasil dari perjuangan itu. Buka matamu, kembalilah pada kami."

"Aku hanya takut tidak sempat mengucap selamat tinggal."

"Jangan pernah berencana mengucapkannya, kami tidak suka mendengarnya. Kami sedang berjuang agar bisa mengucap selamat datang padamu, jadi tetaplah tinggal. Jangan kemana-mana."

"Jungkook." Lisa menatap mata Jungkook. "Boleh peluk?"

Jungkook merentangkan tangannya. "Kemarilah, baby. Pelukku unlimited untukmu."

Terkekeh sejenak, sebelum akhirnya Lisa menubrukkan tubuhnya dalam pelukan Jungkook. Merasakan hangatnya rengkuhan dari pemuda itu. Membuat kegelisahan yang beberapa hari bersemayam di dadanya perlahan meluruh.

Jungkook datang di waktu yang tepat. Jungkook datang saat Lisa butuh alasan untuk bertahan.

Mereka bertahan dalam posisi itu selama beberapa menit, sebelum pada akhirnya Lisa lebih dulu mengurai pelukan mereka, dan Jungkook yang kemudian pamit untuk pulang. Rasanya menyenangkan.

Sepeninggal Jungkook, Lisa dikejutkan dengan kedatangan Yoonji yang tiba-tiba. Gadis itu datang seorang diri. Melangkah hati-hati mendekati Lisa, duduk di sampingnya. Menatap lamat-lamat wajah tertidur Lisa.

"Kak Lisa ...." lirihnya.

Lisa menatap Yoonji. Menatap wajah putus-asa yang kini menggenggam tangannya.

"Aku tidak tahu kenapa aku begitu ingin mendatangimu. Kenapa aku begitu ingin bicara berdua denganmu meski tidak tahu kau akan mendengarku atau tidak. Aku butuh membagi perasaanku, dan Kak Yoongi atau Kak Seokjin jelas bukan orang yang tepat."

Yoonji menarik napas. "Jadi, Kak, kumohon dengarlah ceritaku ...."

____

Hai 😌

Terima kasih buat yang nyemangatin aku kemarin, seriously, itu ngaruh banget. Beneran.

Bukan lebay, ya. Karena pembaca itu ibaratnya nyawa buat penulisnya. Jadi mau gimanapun model komentar kalian, itu bakal berpengaruh banget buat mereka.

Dan aku mau minta pendapat, gimana menurut kalian kalau semisal aku buat book lagi dengan main cast Jinsoo? Apakah sambutannya akan semenyenangkan Reason ini?

Reason || Lizkook ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang