27. Kebenaran yang Kedua

4.6K 602 58
                                    

Hoseok tidak bisa menyembunyikan kerutan di dahinya ketika Yoonji tiba-tiba datang ke rumahnya dengan wajah cerah luar biasa. Hoseok hendak menyentuh kening anak itu, mengecek suhu tubuhnya. Namun tangannya lebih dulu di cekal oleh Yoonji.

"Ada apa?"

"Tidak, hanya ingin memastikan kau baik-baik saja. Kau terlihat bahagia hari ini, Yoonji." Hoseok mempersilakan Yoonji masuk ke rumahnya.

"Aku memang sedang bahagia," balasnya.

Hoseok tersenyum. "Baguslah. Aku senang kalau kau senang."

"Kenapa?"

"Tidak tahu." Hoseok mengedikkan bahu. "Senang saja melihatmu tersenyum begitu."

"Kau tidak menyukaiku, kan, Kak Hoseok?"

"Tidak, lah! Aku sudah punya calon. Kenapa pula aku menyukai anak kecil sepertimu," cibirnya.

Yoonji mengangguk. "Berarti memang benar, darah lebih kental dari air."

"Apa maksudmu?"

"Tidak ada. Hei, pekerjaanmu sudah selesai belum?"

"Sudah, memangnya kenapa?"

"Sebenarnya aku ingin menunjukkan sesuatu padamu. Kemarilah, ikut aku."

Yoonji beranjak, membuat Hoseok mau tak mau mengikutinya. Sejujurnya Hoseok masih penasaran dengan kalimat Yoonji, tapi biarlah. Anak itu sedang dalam mood yang bagus, Hoseok tidak mau mengacaukannya. Lebih baik melihat Yoonji kelebihan energi begini daripada melihat wajah suram Yoonji seperti sebelumnya.

Jadi di sinilah mereka sekarang. Di sebuah bangunan tua yang tak terpakai. Hoseok bisa menyimpulkan kalau tempat ini dulunya adalah rumah berpenghuni. Sampai sekarang pun, sepertinya si pemilik masih telaten membersihkan halamannya.

"Ini tempat apa?"

Yoonji berbalik. Raut senang yang tadi ditampakkannya dalam sekejap berganti dengan raut yang tidak bisa Hoseok jelaskan. Seperti takut, gelisah, dan ragu.

"Yang ingin kutunjukkan padamu tidak sepenuhnya berita baik, Kak Hoseok," ujarnya.

"Tidak apa-apa, tunjukkan saja."

Yoonji merogoh sebuah kunci dari dalam ranselnya, kemudian berjalan menuju garasi. Membukanya pelan. Hoseok menahan napas di tempatnya kala rolling door itu sempurna terbuka.

"Kau mengenali mobil ini, kan?" Yoonji berbalik.

"Mobil yang sama dengan yang sering kulihat di sekitar rumah Kak Yoongi," lirih Hoseok.

Yoonji mengangguk. "Benar. Itu mobil ibuku. Mobil yang sama dengan yang tertangkap kamera CCTV di lokasi kecelakaan Tuan dan Nyonya Min malam itu."

Yoonji menarik lengan Hoseok, mengajaknya mendekat untuk melihat lebih jelas.

"Mobil yang sama dengan yang ditabrak Kak Seokjin." Jemarinya menunjuk bagian belakang mobil yang lecet.

"Kau bercanda? Kau sedang menggali kuburanmu sendiri?" Hoseok menatap tak percaya pada perempuan di hadapannya ini.

"Bisa iya, bisa juga tidak. Aku hanya membantumu, Kak Hoseok. Daripada kau membuang waktu untuk menyelidiki, bukankah lebih mudah kalau kuperlihatkan langsung di depan mata kepalamu?" Yoonji berkata tenang, meski matanya bergerak gelisah.

"Ibumu bisa masuk penjara, Yoonji, mungkin juga dirimu. Apa yang kau pikirkan sebenarnya?"

"Aku tahu, sangat tahu. Tapi aku tidak bisa terus diam melihat ibuku melakukan kejahatan seperti itu. Dulu, aku tidak berani bilang karena aku tidak mengenal siapa pun. Tidak ada satu pun yang berpihak padaku. Lalu tanpa sengaja aku melihatmu, mengetahui kalau kau detektif kepercayaan keluarga itu. Membuatku yakin untuk membongkar semuanya. Dan sekarang, bukankah aku sudah sampai pada tujuanku?"

Reason || Lizkook ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang