Kepala Lisa menyembul di balik pintu ruangan Jungkook. Mengalihkan atensi pemuda itu dari selimut yang dimainkannya. Lisa tersenyum lebar, berjalan mendekati Jungkook.
"Sudah bangun, ya? Masih sakit?" tanyanya.
"Tidak. Tapi aku merindukanmu. Kau ke mana saja, sih?"
"Aku di kamar, tidak ke mana-mana. Aku datang saat kau belum bangun," ujarnya.
"Aku bertemu Yoonji."
Lisa mengernyit. "Yoonji siapa? Kekasihmu?"
"Kau saja yang jadi kekasihku, bagaimana?"
"Yak, aku sedang serius sekarang." Lisa mencebik.
"Yoonji itu, adik tiriku, mungkin? Apa aku belum cerita padamu?"
Lisa menyeret kursi, duduk di samping Jungkook dengan tatapan malas.
"Kalau diakumulasikan, pertemuan kita selama ini terhitung tidak sampai dua belas jam. Jadi menurutmu cerita hidup mana yang kuharapkan darimu wahai Min Jungkook yang terhormat?" ucap Lisa dalam satu tarikan napas.
Jungkook tertawa. "Wah, daebak, kau punya bakat ngerapp ternyata."
"Asal tahu saja, ya, aku pernah jadi trainee di Waiji Entertainment," ucap Lisa sembari mengibaskan surai panjangnya.
"Benar? Kau hampir debut?"
"Ya, harusnya aku sudah debut kalau saja sesuatu tidak terjadi," balas Lisa. Tatapannya menyendu.
"Bagaimana kalau kau ceritakan tentang dirimu? Aku penasaran," celetuk Jungkook. "Ceritakan garis besarnya saja kalau kau belum bisa membuka diri padaku."
"Apa yang mau kau ketahui?"
"Semuanya. Semuanya tentangmu. Keluargamu, mungkin? Biar aku bisa lebih mudah meminta izin untuk mengajakmu kencan suatu hari nanti."
Lisa memutar matanya malas. "Seperti aku mau denganmu saja."
"Yak, cepat ceritakan," desak Jungkook.
"Aku Lisa. Lalisa Manoban, lahir di Thailand tanggal 27 Maret. Punya tiga kakak. Apa lagi yang mau kau tahu? Cerita hidupku tidak terlalu menarik sebenarnya."
"Kau bukan orang Korea?"
"Ayahku orang Korea, tapi ibuku berdarah Thailand."
"Margamu, itu bukan marga ayahmu, kan?"
Lisa mengangguk mantap. "Ya, aku menggantinya. Mengganti Kim Lalisa menjadi Lalisa Manoban. Marga ibuku."
"Kenapa?"
"Karena satu dan lain hal. Nanti saja, suatu hari biar kuceritakan. Setelah kau sembuh. Jadi, semangatlah untuk sembuh kalau kau mau tahu lebih banyak tentangku."
"Lisa," panggil Jungkook.
Lisa menoleh, memberi tatapan ada apa pada Jungkook.
"Mau membantuku tidak?"
"Membantu apa?"
"Kupaskan nanas," tunjuknya pada salah satu buah yang tersaji di nakas.
"Ha? Kenapa tidak kau saja sendiri, dan biarkan aku pergi."
"Tidak, nanti tanganku kotor. Kau saja. Lagipula kau harus berlatih menjadi kekasih yang baik, kan?"
"Mati saja kau!"
Jungkook terbahak.
****
Yoongi mengernyit menatap nanas yang tadi ditinggalkannya kini sudah berupa potongan-potongan dadu. Ia menatap Jungkook yang sibuk mengunyah nanas tanpa terusik dengan kehadirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reason || Lizkook ✔
FanficBagi Jungkook, Lisa sesederhana angin yang berhembus. Pembawa ketenangan. Pembawa kesejukan. Dan bagi Lisa, pertemuannya dengan Jungkook seperti oase di padang pasir. Memberikannya alasan untuk bertahan. Lisa yakin, setiap hal punya alasannya masing...